5. Sepertinya, Kini Tidak Ada yang (Tidak) Mungkin

35.1K 3.8K 222
                                    

5. Sepertinya, Kini (Tidak) Ada yang Tidak Mungkin

Langit malam itu terlihat lebih muram daripada biasanya, baik bulan maupun bintang memilih untuk menyembunyikan diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Langit malam itu terlihat lebih muram daripada biasanya, baik bulan maupun bintang memilih untuk menyembunyikan diri. Tidak ada sumber cahaya yang cukup kuat untuk menerangi area Bradleys Head Road. Merupakan hal yang umum bahwa suburban area di Australia tidak selalu dilengkapi oleh lampu jalan, dan rumah-rumah di sana pun juga tidak selalu menyalakan lampu teras mereka. Dalam gelap dan dengan hati yang porak-poranda seakan baru saja ada angin ribut datang menghantam, Naya meniti footpath yang agaknya tidak terlalu umum dipergunakan oleh penduduk sekitar itu.

Dia bahkan hampir saja melewatkan pemberhentian bus karena daerah itu memang non-pedestrian friendly. Jika saja ujung heels nya tidak tersengkat pada tanah yang tidak rata, dia mungkin akan terus berjalan hingga entah ke mana. 

Dengan jalanan yang kosong, dan jadwal bus yang entah mengapa tidak ter-update, hanya sedikit kemungkinan bahwa dia bisa lepas dari situasi ini. 

Naya memperhatikan tiang besi kurus yang dihiasi dengan plang bergambar bus itu dengan kesal. Dia tidak ingin mengakui bahwa dia menyesali keputusannya untuk menolak tawaran Andre yang melarangnya pulang sendiri, namun dia kini cukup marah pada dirinya yang tadi bersikeras untuk mempertahankan harga diri. Sebenarnya untuk siapa dia bersikap seperti ini, karena Andre yang secara harfiah, pernah menjadi lifeline nya itu jelas tahu bahwa integritas yang dia miliki tidak akan pernah mengalahkan perasaannya.

Kewalahan dengan ketidakpastian akan kedatangan bus nomor 100 yang seharusnya muncul setiap 15 menit sekali, Naya menyerah, dan kini dia sedang menunggu penampakan sedan hitam Tesla tipe S layaknya orang terkonyol di dunia.

Entah apa yang telah merasuki benaknya sehingga tanpa berpikir panjang dia membiarkan jarinya menekan tombol call pada nomor paling baru di contacts nya.

Siapakah Naya hingga dia berpikir bahwa menelepon Adhyaksa Prasaja Hagam pada pukul 23:15 malam adalah hal yang pantas? Siapakah Naya hingga dia merasa meminta Adhyaksa Prasaja Hagam untuk mencarinya ke pelosok North Sydney adalah hal yang lumrah?

Dengungan binatang malam di balik semak-semak seketika menghilang dari pendengaran Naya bersamaan dengan hadirnya sorotan lampu mobil yang menepi di depannya. Naya tidak tahu di mana lokasi Aksa ketika dia menelepon tadi karena pria itu lebih banyak bertanya daripada menjawab, yang pasti, pria itu sudah tiba selang 15 menit kemudian.

Tanpa sadar Naya menahan nafasnya kala pintu mobil terbuka dan Aksa secara nyata berada di hadapannya.

"Ha... hai," sapanya terbata ketika pria itu tidak langsung bersuara.

Dengan ekspresi alert dan gerakan yang tidak pernah menyisakan ruang untuk keraguan, pria yang selalu mampu membuat Naya mempertanyakan dirinya sendiri itu segera melepaskan jas yang dia pakai.

"Are you okay? Maaf saya lama." Aksa menyampirkan jas itu pada bahunya, dan dia baru sadar betapa dinginnya malam ini. Naya memang mengenakan coat, tetapi dua layer itu tidak cukup mampu untuk melindunginya dari angin laut lepas yang berhembus bebas dari arah tebing.

Sepertinya, Cinta (UPDATE SUNDAYS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang