16. Sepertinya, Sudah Seharusnya Aku (Tidak) Melewatkan Kesempatan

27.7K 3.4K 326
                                    

16. Sepertinya, Sudah Seharusnya Aku (Tidak) Melewatkan Kesempatan


Rupanya pada hari kerja, banyak juga orang berlalu-lalang di jalanan Central Business District kota Sydney

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rupanya pada hari kerja, banyak juga orang berlalu-lalang di jalanan Central Business District kota Sydney. Agaknya jumlah pendatang yang menetap di kota paling populer di negara Australia itu bertambah pesat akhir-akhir ini. Naya mengamati sekeliling mereka sebelum pandangannya jatuh pada Aksa yang yang mengusapkan tangan ke tengkuknya berkali-kali. "Mau ambil jaket dulu di tempat kamu?"

"Nggak usah deh," balas Aksa tidak meyakinkannya. Mereka baru saja keluar dari lobby gedungnya dan hendak menyeberang ke sisi jalan lain.

"Yakin? Soalnya di sana anginnya bakal lebih kuat sih. Mau jalan sampe ke pelatarannya kan? Mending kita mampir deh."

"No, it's fine." Aksa menjawab dengan pasti, tetapi kernyitan di dahi pria itu menyatakan keraguannya.

"Mau naik tram aja?" Tawar Naya tidak lama kemudian kala mereka menunggu lampu merah di perempatan. Awalnya dia mengira mereka lanjut berjalan saja sampai ke Circular Quay, tetapi raut tidak nyaman Aksa membuatnya iba pada pria itu. Mereka yang tidak pernah tinggal lama di Sydney pasti tidak akan tahu bahwa selain derajat cuaca, kekuatan angin juga harus diperhitungkan, dan aspek itu biasanya akan menurunkan sekitar 2 derajat dari angka yang tertulis.

"Iya, saya belum pernah naik tram sih di sini. Mana sih stop nya?" Balas Aksa dengan nada tidak sabaran, dan Naya mengulum senyumnya.

"Ya udah, tram aja biar kamu nggak mati kedinginan. Ntar saya lagi yang dicari sama orang-orang yang nunggu kamu di Jakarta. Town hall mah di belakang, udah lewat. Next stop nya QVB, nggak jauh kok." Naya lantas mengulurkan tangannya untuk Aksa yang pria itu tanggapi dengan alis terangkat bingung. "Katanya kedinginan? Ya udah siniin tangannya biar anget."

Aksa tersenyum ringan, dan tangan pria itu lantas menyambut ulurannya yang sejak tadi terbiarkan menggantung begitu saja. "Biar anget atau biar kamu bisa modus?"

"Oh, jadi kamu orangnya words of affirmation gitu ya?" jawab Naya sebelum tawanya terlepas. "Kamu umur berapa sih, tau juga modus..."

"Rasanya kamu pengen tau banget ya saya umur berapa. Kalau kamu mau tau kita jodoh apa nggak, nggak sekalian aja nanyain bintang sama weton saya? Biar lebih targeted gitu." Naya sontak menoleh mendengar balasan pria itu. Ditilik dari sudut manapun, dia yakin bahwa Aksa sedang menggodanya.

"Jadi kapan ulang tahun kamu, sih?" Naya berusaha menjaga senyumannya yang sudah mengancam untuk keluar dari sudut bibirnya.

"Tanggal lima belas Desember ntar saya umur tiga puluh."

Sepertinya, Cinta (UPDATE SUNDAYS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang