18. Sepertinya, Jarak (Tidak) Mengubah Apapun

27.4K 2.9K 235
                                    

18. Sepertinya, Jarak (Tidak) Mengubah Apapun

Pengumuman dimulainya proses boarding untuk penerbangan Garuda Airlines dari Sydney menuju Jakarta sontak mempercepat langkah Naya. Dengan satu koper carry on, sling bag, serta dua buah kantong plastik berisi berbagai jenis coklat yang baru saja dia beli di counter oleh-oleh bandara Kingsford Smith, Naya berlari secepat kilat menuju ke gate nya.

"Excuse me, can I see your boarding pass?" Hardik seorang Customer Service Agent ketika dia tanpa sadar hendak menyelonong masuk ke pesawat begitu saja karena sudah tidak ada penumpang lagi di ruang tunggu.

Sebagai orang terakhir yang masuk ke pesawat itu, Naya otomatis menjadi tontonan bagi penumpang lain yang sudah siap di tempat duduknya.

Begitu semua koper yang dia bawa tersimpan rapi di tempat penyimpanan barang, Naya segera mengurus isi tas nya yang sempat terporak-porandakan karena paspor yang dia simpan tidak kunjung dia temukan ketika dirinya berada di meja imigrasi tadi.

Dua buah kartu yang tersusun rapi di dalam dompetnya lantas memancing sebuah senyum di bibir Naya. Di dalam benaknya, terputar momen ketika dia mengetahui bahwa gift card untuk restaurant Macchiato dan QUAY yang diberikan oleh Aksa padanya sebelum pria itu meninggalkan kota Sydney tidak memiliki limit. Dia bahkan tidak mengerti bahwa konsep open tab bisa berlaku di restauran.

Naya tahu bahwa keluarga Hagam dengan total kekayaan yang tercatat tahun lalu sebesar USD 37 Miliar versi majalah Forbes tentu saja mampu jika harus membeli dua rumah makan tersebut sekalipun, tetapi dia sama sekali tidak menyangka bahwa pria itu akan bertindak sedermawan ini untuknya.

Hari-hari sebelum kepulangan Naya diisi dengan berbagai hidangan gratis yang dia nikmati dengan penuh suka cita dan rasa penasaran yang semakin meningkat untuk seorang Adhyaksa Prasaja Hagam.

Bahkan setelah Aksa berjarak 5496 km dari dirinya, Naya tidak mengerti mengapa dia masih saja membiarkan pikirannya tersita untuk pria itu.

"Udah mau take off ini ya ampun," bisik Naya menjawab panggilan dari Cintara yang dia terima sesaat setelah dia mengirimkan pesan pada sahabatnya itu bahwa dia sudah berada di pesawat.

"Jangan lupa ntar kabarin gue kalo udah landing ya, pokoknya gue yang jemput loh!"

"Iya, iya, udah ya, gue mau matiin hp nih," sahutnya terburu karena sang pramugari sedang berjalan mendekati barisan tempat duduknya.

Setelah menekan tombol end untuk panggilan Cintara, Naya segera menyempatkan diri unruk mengecek akun Instagram nya.

Agaknya, pit stop yang dia ambil demi sebuah story akan Shopping Hall Kingsford Smith Airport tadi merupakan suatu keputusan yang tepat karena lagi-lagi, aksahagam muncul dalam daftar siapa saja yang cukup peduli untuk mengamati dunianya.

Agaknya, pit stop yang dia ambil demi sebuah story akan Shopping Hall Kingsford Smith Airport tadi merupakan suatu keputusan yang tepat karena lagi-lagi, aksahagam muncul dalam daftar siapa saja yang cukup peduli untuk mengamati dunianya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Naya merasa janggal ketika dia tidak kunjung melihat Cintara yang sejak kemarin memaksa untuk menjadi penjemputnya di Jakarta. Menurut pesan yang diterimanya beberapa menit setelah dia mendapat koneksi data melalui wifi bandara, sahabatnya itu seharusnya sudah berada di meeting point Kedatangan Internasional sekarang.

Sepertinya, Cinta (UPDATE SUNDAYS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang