8. Sepertinya, Ini Bukan Waktu yang (Tidak) Tepat

30.6K 3.4K 156
                                    

8. Sepertinya, Ini Bukan Waktu yang (Tidak) Tepat

Naya heran mengapa dia memiliki kecenderungan untuk bersikap serampangan di depan Adhyaksa Prasaja Hagam, padahal dia sudah tahu bahwa dia justru harus menjaga perangainya di depan pria itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Naya heran mengapa dia memiliki kecenderungan untuk bersikap serampangan di depan Adhyaksa Prasaja Hagam, padahal dia sudah tahu bahwa dia justru harus menjaga perangainya di depan pria itu.

Di mana Runaya Khandra Wimala yang biasanya tertata dan terarah? Mengapa sikap itu mendadak hilang dari dirinya tiap kali dia bertemu dengan pria itu?

Naya jadi tidak yakin dengan tipe kepribadian yang dimilikinya, dan mengapa hanya Aksa seorang yang mampu mempengaruhinya? Bahkan pada masa-masa remaja labilnya saja, dia tidak pernah merasa sekagok ini dalam menghadapi seseorang.

"Cuman begini kamu udah sesak nafas?" Naya melepas pelukannya dari pria itu. Sebenarnya dia malu karena perbuatannya, tetapi tentu saja dia tidak akan mengakuinya. Dengan tangan yang terlipat dan senyum miring dia lantas bertutur. "Trus gimana kalau saya mau lebih?"

Satu alis Aksa terangkat, dan bibir pria itu perlahan-lahan menyunggingkan sebuah senyuman yang begitu manis hingga pangkal lidah Naya turut merasakannya.

Bertahan dengan akting merajuknya, dan karena Naya tidak yakin dia bisa menguasai dirinya lebih lama lagi jika dia terus melihat Aksa dalam jarak dekat dengan kemeja putih yang dua kancing teratasnya sudah terbuka, dia cepat-cepat membuang muka.

"Lebih seperti apa yang kamu maksud?" Naya dikejutkan oleh jemari Aksa yang menyentuh dagunya. Dia tidak menyangka pria itu akan menerobos personal space nya.

Mata Naya melebar gugup ketika selanjutnya pria itu menarik dirinya mendekat dengan telapak tangan di lesung punggungnya.

Jantung Naya seakan meloncat keluar saat dia menyadari posisi menempel mereka. Dia tidak menduga Aksa akan mengalahkannya dalam permainan yang dia sendiri cetuskan karena pria itu bahkan tidak terlihat mengerti situasi pada awalnya.

Tetapi kini, dengan kedua mata yang berkabut akan basic instinct, dan caranya mendekatkan wajah seolah dia sudah menemukan teritori, Aksa jelas overqualified untuk perburuan ini.

"Apa kehabisan nafas seperti ini... yang kamu maksud?" Bisik Aksa pelan, namun setiap kata pria itu seakan menggema di telinganya. Naya bersumpah dia merasakan bulu kuduknya berdiri karena ulah pria itu.

Kesal karena merasa diperdaya, dan khawatir Aksa akan merasakan bagaimana tubuhnya mendadak tergelitik tidak wajar, Naya segera mendorong pria itu agar menjauh darinya.

"Seneng ya ngerjain saya?" Serunya dongkol. Naya mendecak keras melihat Aksa terbahak. Bisa-bisanya dia sejenak berkhayal tentang apa yang hendak pria itu lakukan.

"Kayaknya kamu butuh sesuatu yang dingin," tutur Aksa membuatnya muntap. Pria itu bahkan menghampiri kulkas dan mengambilkan sebotol air kemasan untuknya. "Kenapa kamu masang tampang begitu? Kayak... kesel, or something?"

Sepertinya, Cinta (UPDATE SUNDAYS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang