22. Sepertinya, Aku (Tidak) Berada di Halaman yang Sama Denganmu

28.9K 2.6K 204
                                    

Bukan karena Aksa tidak berjiwa nasionalis sehingga dia tidak suka berkunjung ke gedung pemerintahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukan karena Aksa tidak berjiwa nasionalis sehingga dia tidak suka berkunjung ke gedung pemerintahan. Hanya saja, aura politik itu begitu terasa bahkan ketika dia masih berada di pelataran lobby gedung. Mata-mata yang melirik, serta maksud implisit yang terucap tidak pernah gagal membuatnya risi berada di tengah-tengah lingkaran tersebut.

Keengganannya untuk bersingunggan dengan hal-hal yang berbau kekuasaan konstitusional lah yang menyebabkan dirinya memiliki Dimas sejak hari pertama dia turut terjun dalam bisnis yang membesarkan nama keluarganya. Sepupu dari pihak ibunya itu dari awal memang secara tidak langsung berperan sebagai lobbyist di balik layar untuknya.

Merupakan suatu keuntungan juga bagi dirinya karena Dimas tidak memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam bisnis perhotelan keluarga Radjiman karena pria itu merupakan cucu dari anak lelaki terakhir sehingga kedudukan Dimas dalam pohon silsilah keluarga ayahnya berada di peringkat yang paling rendah.

Keleluasaan yang Dimas miliki adalah berkat tersendiri bagi Aksa, oleh karena itu, meski sepupunya itu kadang menguji kesebarannya, dia kerap mengingat bahwa tanpa adanya bantuan dari Dimas, dia juga tidak akan bisa mencapai kesuksesan dalam kurun waktu sesingkat ini.

"Jaman sekarang mau acc proyek susah, Pak. Ada aja halangannya. Kita juga nggak bisa apa-apa kan kita cuman makan gaji. Negara bukan punya kita, ya kita sih bisanya cuman ngawasin. Semua keputusan itu nggak bisa dari satu pihak begitu, karena di sini kan kita menghadapi banyak kepentingan," kilah seorang petinggi pemerintahan yang memegang posisi cukup tinggi di Dewan Perwakilan Rakyat. "Lebih baik kita batal juga lagian, daripada ntar bermasalah lebih repot lagi kitanya."

Aksa sudah tahu dari awal bahwa usahanya untuk memenangkan proyek jalan tol Sumbawa-Bima agaknya tidak akan menemui titik terang ketika dia menemui biang kerok yang menolak proposal resmi yang telah digarap oleh tim nya selama lima tahun penuh itu.

Pria paruh baya yang namanya didukung oleh partai yang digawangi oleh Hardjono Sadikin tentu saja bisa diatur oleh Adrian. Menurut kabar orang dalam, Adrian akan mengambil alih kedudukan Hardjono Sadikin sebagai calon gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta karena kesehatan beliau yang semakin menurun.

Aksa cukup tahu bahwa tidak akan ada seorang nama pun dalam pemerintahan yang berani memihak pada dirinya kini karena melangkahi seseorang dengan kekuasaan sebesar itu merupakan tindakan yang akan merusak prospek kebebasan finansial mereka di masa yang akan datang, bahkan jika dia kini terlebih dahulu melempar uang sekalipun karena permainan ini jelas akan terus berlanjut hingga mereka semua digantikan oleh generasi selanjutnya.

"Bagaimana kalau kami ajukan proposal baru yang lebih lengkap, Pak? Mungkin Bapak bisa mengkaji ulang keputusannya?" tanyanya berkedok. Dia hanya ingin mengetahui sampai sejauh mana Adrian telah memenangkan permainan ini.

"Saya rasa itu tidak perlu. Karena toh meskipun Bapak benar, saya juga nggak bisa apa-apa, Pak. Saya sudah dapat arahan untuk menyerahkan urusan ini ke bumn, kan memang itu ranahnya mereka mestinya."

Sepertinya, Cinta (UPDATE SUNDAYS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang