15. Sepertinya, Kita (Tidak) Perlu Berjalan Sendiri

26.8K 3.2K 209
                                    

15. Sepertinya, Kita (Tidak) Perlu Berjalan Sendiri



Banyaknya arus pejalan kaki di sepanjang shopping strip George Street yang tengah berburu makan siang menggangu Aksa yang berniat untuk mengatur pikirannya sambil berjalan-jalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Banyaknya arus pejalan kaki di sepanjang shopping strip George Street yang tengah berburu makan siang menggangu Aksa yang berniat untuk mengatur pikirannya sambil berjalan-jalan. Tidak memiliki tujuan tertentu, dan tidak sedang berada dalam mood berpetualang, dia akhirnya kembali lagi pada kompleks World Square dan berhenti pada satu-satunya kafe yang tidak terlihat memiliki isu pada customer service ratio nya. Setelah membayar dan mendapatkan nomor meja, dia lantas membuka iPhone, dan melancarkan sebuah panggilan.

"Dim, meting kita masih ada berapa sih? Dua aja sih menurut gue yang penting, Dexus sama Charter Hall, sisanya bisa ditunda dulu sih keliatannya," tuturnya ketika panggilannya pada Dimas tersambung.

"Ditunda gimana maksud lo?"

Aksa berdiam sejenak. "Cancel semuanya deh, minta mereka yang dateng ke kita aja kalau memang perlu ketemu, it's fine we'll cover it, I have to leave."

"Hah pulang? Lo bukannya yang keukeuh minta kita stay lebih lama kapan hari? Ada apa, Sa?" Tanya Dimas menuntut kejelasan.

Aksa menghela nafas. Memang benar dia yang meminta pada Dimas untuk mengatur jadwal mereka sedemikian rupa sehingga mereka bisa tinggal di kota itu lebih lama lagi. Dia bahkan harus menyogok Dimas dengan mengikuti pria itu bermain di casino padahal dia paling tidak suka bermain judi.

"Nina happens," jawab Aksa singkat namun berhasil menjelaskan perubahan rencananya tanpa berkata-kata lebih lanjut.

"Ya udah, ntar malem kita balik?"

"Hmm..." Aksa menimbang keputusannya sembari mencoba White Chocolate Chai yang baru sampai di mejanya. "Besok deh."

"What?  Yakin lo? I mean... terserah lo, sih," jawab Dimas berusaha menutupi ketidaksetujuannya. Bukan hanya dia saja yang menjadi kerepotan karena manipulasi Nina. Sebagai ekstensi dari dirinya yang kini menjadi pokok spekulasi, Dimas juga terkena imbasnya. Persekutuan mereka yang mencakup keluarga dan bisnis sudah tidak bisa lagi dipisahkan dan karena itu mereka jadi saling berbagi masalah.

"Bilangin ambil yang paling pagi deh, transit mana aja is fine, pokoknya kita cabut."

Tidak lama setelah Aksa mengakhiri panggilan itu, email berisi jadwal penerbangan yang dikirim oleh asistennya untuk esok hari datang, dan tentu saja tanggal dan jam yang tertera di dalamnya memicu alisnya untuk bertaut masam. Dia tidak ingin meninggalkan kota ini terlebih dahulu, tetapi dia tidak mempunyai pilihan jika dia ingin tetap waras. Nina tidak akan bisa menyentuhnya jika dia sudah kembali berada di Jakarta, di mana semua orang akan memantau gerak-gerik mereka, dan setiap tindakan akan berdampak lebih cepat daripada kemampuan mereka untuk menciptakan suatu alasan. Namun hal itu berarti dia tidak bisa menjaga Runaya Khandra Wimala lagi.

Sepertinya, Cinta (UPDATE SUNDAYS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang