BAB 8

14.9K 617 15
                                    

Di ruangan serba putih ini, seorang gadis  tengah sibuk berkutat dengan berbagai obat - obatan di depan nya. Sesekali dahinya mengkerut bingung takkala obat itu tidak Ia kenali. Awalnya ruangan itu hening, hanya suara 'kresek' yang berasal dari tangan nya sendiri.

Tak berselang lama, dari arah pintu seseorang masuk dengan keadaan yang terbilang tidak baik-baik saja. Keringat yang terus menetes dari pelipis, baju yang di keluarkan, rambut yang berantakan seperti Subasa, dan nafas yang tidak normal seperti nafas senin-kamis.

Ratu cengo di tempat melihat keadaan Raja, "Abis ngapain? Nguras empang?"

Raja masih mengatur nafas nya, kedua tangannya ia tumpukan pada lutut, dengan mata yang menyipit. Raja kelihatan sangat lelah, entah apa yang baru saja dia perbuat.

"L.. Ohh.. Ke..man..na.. a.. j.. ah?" ucap Raja seraya mengatur nafas nya.

Ratu menghembus kan nafas kasar setelah mendengar ucapan Raja yang malah terdengar seperti orang sakaratul maut. Dia menghampiri Raja, menuntun lengan nya untuk segera menaiki ranjang uks.

"Naik!" ketus Ratu.

Raja menurut, ia naik ke atas ranjang Uks, berbaring di sana, sambil mengatur nafas yang belum stabil. Naik tangga, lari - lari di koridor, dan memutari satu sekolah seperti orang tawaf membuat Asma Raja kambuh, untungnya tidak terlalu parah sampai-sampai pingsan.

Ratu segera meriah alat bantu pernapasan di lemari uks. Lalu mengulurkan pada Raja.

"Nih, untung di Uks ada! Kalo ngga, udah ilang lu sekarang," Ratu menyelodor kan alat itu pada Raja.

Raja mendelik tidak percaya pada Ratu, inikan alat Uks, pasti sudah banyak yang memakai nya, Ia menggeleng, menolak uluran alat itu.

Ratu menatap Raja tajam," Hirup ngga! Kalo ngga, gue bakal bakar komik - komik dewasa di kamer lo! Mau ha!"

Raja mengerti sekarang, Ratu sedang dalam mode galak, ia masih berusaha mengatur nafasnya. Kalau ia tidak menghirup alat tersebut, sudah pasti Ratu akan benar-benar membakar komik nya, ucapan gadis bertubuh mungil ini memang benar adanya, slalu tidak main - main, hal ini membuat Raja bergidik ngeri.

Ia meraih alat itu, dan menghirup nya secara perlahan.

Ratu yang melihat hal tersebut tersenyum senang. Ia paham, Raja itu sangat menyayangi komik nya. Dan Raja pun mengerti, bahwa ia tidak akan main - main dengan ucapan nya.

Sekarang nafas Raja sudah terlihat membaik, ia bangun dari posisi berbaring nya, "Gue boleh minta minum?" rengek Raja pada Ratu.

"Tunggu bentar," Ratu berbalik, menuju ruang sebelah, tempat persediaan minuman hangat dan sebagainya.

Setelah tubuh Ratu menghilang dari balik pintu, Raja mengusap bibirnya dengan ujung kemeja sekolah nya.

"Anjir! Bau jigong,"

Pergerakan nya terhenti saat mendapati Ratu tengah berdiri di ambang pintu, dengan segelas teh hangat di tangan nya. Ia menghampiri Raja, menaruh Teh tersebut di samping ranjang uks. Kenapa Ratu cepat sekali?

Ratu bersedekap menatap Raja tajam.

"Gak boleh gitu, ja." Ucap Ratu berusaha membaca pikiran Raja.

Raja menatap ke arah lantai, tidak berniat menatap ke arah Ratu yang mungkin sebentar lagi akan memberi nya siraman rohani.

Ratu menghela nafas nya, duduk di samping Raja, menatap Raja dengan tatapan lembut nya.

Ratu dalam mode Ustadzah.

"Ja, kita boleh jijik atau apalah yang ada dalam pikiran kamu, tapi jangan sampe ada yang terluka atas ucapan kamu itu, inget, mulut itu lebih tajam dari pisau, sakit hati karena ucapan itu sembuh nya lebih lama dari sakitnya karena terseset pisau atau senjata lainnya. Setiap hari minum es barengan sama gue ajah lo ngga jijikan? Sok ngota lu, Malih! " ucap Ratu.

Raja hanya diam saja, tidak menyahuti ucapan Ratu, karena pasti akan berlangsung panjang dan Raja pasti akan kalah.

Ratu turun dari ranjang, menoleh ke arah Raja.

" Turun! Masuk kelas, uks mau di kunci, "
Ucap Ratu, seraya mengambil Kunci di lemari uks, melangkah menuju arah pintu.

Raja menurut, ia turun dari ranjang, menghampiri Ratu yang sedang berdiri di ambang pintu. Namun baru saja ingin melangkah keluar, tangan Ratu menghalangi nya.

" Masukin dulu bajunya, trus tuh rambut benerin dulu, udah kaya sarang burung tau ga," Ucap Ratu memerintah.

Raja hanya diam, mengerjap kan matanya, belum merespon ucapan Ratu.

Ratu memutar bola matanya kesal karena Raja tidak kunjung menuruti kata - katanya, asik mengerjap seperti anak kecil yang tidak mengerti kata - kata orang dewasa.

"ayo cepet!" sentak Ratu.

Raja tersentak. Segara tersadar dari bengong dan rasa bersalah nya. Bergegas, Ia segera memasukkan seragam sekolah ke dalam celana.

Ratu yang menyaksikan hal tersebut spontan menutup matanya.

"Raja!! Jangan di depan gue bege!"

Raja berdecak kesal, "Sok-sok an lu, Rat. Lo diajak mandi barengan ajah mau,"

"Yahh tapi itukan waktu masih kecil," Ucap Ratu jengkel.

"Ah sama ajah lah, lo udah liat itu gue,"

Ratu menggeplak kepala Raja gemas. "Raja ihhh!"

°°°°°

VOTE COMMENT AND SHARE.

Trimakasih💕😊

REMAJA(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang