BAB 28

7.9K 373 2
                                    

Dari kejauhan, Shea dapat menebak bahwa Dani sudah stay dirumah nya. Terbukti bahwa pagar yang biasanya terbuka malah tertutup rapat seperti halnya penjara. Shea turun dari kendaraan Edgar, menyerahkan helm yang beberapa saat lalu menempel di kepalanya.

"Nih. Btw, makasih udah traktir." Ucap Shea, tangannya sibuk merapikan rambut yang terlihat berantakan.

Edgar tersenyum, "Iyah, tapi sekali kali kamu traktir saya."

"Dih, lo siapa gue?" Shea membalas sinis.

"Teman, bukan nya teman kamu."

Apa tadi? Teman?

Edgar menganggap nya teman? Benarkah? Padahal saat kelas 10 Edgar sama sekali tidak melirik nya, berbicara pun hanya seperlu nya saja. Itupun kalau Shea menanggapi. Tapi sekarang dia menyebut Shea temen. Apa Shea salah salah dengar!

"Hm! Gue ga anggep lo teman tuh." Shea berdecih. Bahkan wajahnya terlihat menyeram kan, ditambah topi hitam yang sudah bertender di kepalanya.

"Terus? Pacar?" Edgar memiringkan kepalanya.

Shea terkejut, "Horor banget muka lo anjir!"

"Kamu ngomong kasar!" omel Edgar.

"Terus? Suka-suka gue dong! Mulut siapa!"
Shea memajukan badan, bersedekap.

Apa Shea benar-benar seorang wanita? Kata Meli atau bunda nya , wanita itu lembut dan tidak suka berteriak, dan bunda ingin mempunyai menantu seperti itu, tapi kenapa Shea slalu berbicara dengan nada tinggi bahkan kasar. Seakan itu adalah kebiasaan gadis itu. Edgar geleng-geleng kepala, lantas kepala nya mengarah kebangun tinggi disamping tempat ia berdiri.

"Rumah kamu?"

"Iyah!" jawab Shea ketus.

"Gede banget, ga sepi yah?" masih dengan menatap rumah milik Shea.

Ia akui ucapan Edgar mampu membuat nya diam. Seperti sesuatu yang baru saja menghantam relung hati nya. Sepi. Bukan hanya sebatas sepi yang Shea rasakan, tapi lebih dari itu. Melihat Shea yang diam, Edgar bingung, lelaki itu turun dari motornya, lantas memeluk Shea.

"Maaf. Kamu tersinggung nya." ucap Edgar, seraya menepuk punggung Shea pelan.

Entah kenapa, Shea tidak berkutik, ia tidak berontak, marah atau yang lebih parah lagi memukul Edgar, tubuhnya serasa kaku, enggan untuk bergerak, masih menikmati pelukan hangat Edgar. Mata nya terasa begitu panas, airmata sudah mengenang dipelupuk matanya, tapi ia tak kuasa untuk menumpah kan begitu saja. Ia tak ingin menangis dihadapan lelaki yang bahkan belum mengenal nya. Perlahan, tangannya mulai bergerak, memeluk Edgar erat.

"Woy tiang listrik!"

Baik Shea ataupun Edgar sama terkejut, melepas pelukan mereka, lantas sama-sama menoleh kearah Elang yang sudah berdiri tak jauh dari mereka. Elang sudah berganti pakaian menjadi baju biasa.

Elang mendekat, "Enak ajah lo peluk - peluk! Lo pikir guling!"

Edgar mengerut kan dahinya, "Kamu slalu ada dimana - mana. Jangan jangan kamu tutisan malaikat goblin nya?"

Elang dan Shea menoleh bingung. Okeh, sepertinya Edgar salah berbicara.

"Kalian ga tau?" Edgar tak kalah terkejut.

Pasalnya, Resti Said "Film Goblin tuh terkenal banget, Gar. Jadi lo harus temenin gue nonton, abisnya gue takut. Yayaya.. Gue jamin kok, lo pasti suka."

Edgar menurut, menemani Resti malam itu, walau memang dia juga menikmati nya dan sampai lupa waktu. Filmnya sih enak, tapi masa iya Elang dan Shea tidak tahu. Ini Edgar yang terlalu pintar apa mereka yang ketinggalan jaman!

REMAJA(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang