BAB 58

5.6K 280 6
                                    

Benar ternyata cerita Ratu bahwa Rama seprotektif itu. Lihatlah, baru saja kaki Ratu menginjak halaman sekolah, Rama sudah melambai kan tangan dengan riang, senyum nya begitu lebar, seakan menunggu keluarga yang baru saja pulang haji.

Bukan hanya itu, kehadiran nya membuat sebagian siswa perempuan menghentikan langkah mereka, untuk menatap Rama sebentar, menikmati pemandangan yang jarang mereka dapatkan. Yah Shea akui bahwa Rama itu tampan, tinggi, badannya benar-benar proporsional, kalau kata Mela seperti Oppa korea nyasar di Indonesia, jangan kira Mela melewati momen ini, keponakan nya itu sedang berdiri tidak jauh dari Rama, beberapa kali memotret dengan kamera ponsel nya.

Shea menepuk pundak Ratu prihatin.

"Sabar yah, Tu. Resiko emang punya abang ganteng."

Ratu menoleh dengan wajah kesal, lalu beralih kearah Rama yang masih melambai, padahal Ratu sudah tau kakak nya disana.

"Lo liat kan, abang gue itu super protektif tau ga. Padahal gue mau ketemu Saga dulu. Gimana dong, She?" Ratu merengek.

"Yaudah lah. Nanti kalo gue ketemu Saga gue tanya deh." mencoba mencari solusi terbaik.

"Bukannya ngomong lo mah malah bikin Saga pulang tinggal nama."

Wajahnya berubah sinis,"Di kasih bantuan juga. Yaudah gausah deh."

Tubuh Ratu tiba-tiba mendekat, lalu merangkul lengan Shea dengan wajah sok imut, "Marah yahh.. Iyah deh gue minta bantuan buat ngomong sama Saga. Okeh?"

"Hng."

"Jangan marah dong.. Nanti makin jelek loh."

Wajah Shea semakin minta di siram air panas. Mengundang gelak tawa Ratu.

"Iya maap." mencubit pipi Shea. "Yaudah, gue mau ke Bang Rama. Nanti keburu para pemburu cogan pada dateng." melapas tangannya dari lengan Shea.

"Dadahh.."

Shea menatap punggung Ratu hingga perempuan itu berada di pelukan Rama, lalu masuk kedalam mobil, meninggalkan halaman sekolah dengan cepat.

°°°°°°

Langkah nya terhenti saat perempuan yang sejak tadi ia perhatikan pergi menjauh, mendekati lelaki lain yang Ia tahu adalah kakaknya, lalu melesat cepat meninggalkan halaman sekolah. Saga menghela nafas nya, mengacak rambut nya, berharap pikiran negatif nya lenyap. Sedari saat Ratu turun dari Bus, berbicara dengan Shea, hingga tertawa dengan wajah yang sangat ingin Saga cubit. Ia menahan nya, berfikir apakah ia akan menghampiri, melupakan pikiran yang sering kali membayangi pikiran nya. Namun saat niatnya bulat untuk melupakan itu, Ratu malah berlalu menjauh.

"Saga."

Saga menoleh, matanya menangkap Sarah, teman sekelas nya menghampiri dengan wajah sumringah.

"Belum pulang? Mau pulang bareng aku ngga?" terselip nada harapan disana bila dilihat dari wajah Sarah.

Saga meng geleng, "Ngga deh. Gue naik angkutan umum ajah." Saga menolak halus, berusaha tidak melukai perasaan Sarah.

Sarah tersenyum sendu, "Hng gitu yah. Soalnya aku takut pulang sendiri. Kepala aku pusing, takutnya ada apa - apa dijalan kalo aku yang bawa mobil." Sarah beralasan, meski wajahnya tidak menampakkan hal tersebut.

Saga menggaruk tengkuk nya, "Emm gimana yah. Gue ngga enak. Emang temen lo kemana semua?"

"Temen aku.. Udah pulang, di jemput sama keluarga nya."

Saga diam. Masih berpikir apa ia akan menerima penawaran Sarah? Ia takut Ratu tau dan melukai perasaan nya tanpa ia sengaja.

Baru saja akan menolak, tiba-tiba tubuh Sarah terhuyung ke belakang, hampir saja Sarah jatuh ke kerasnya aspal kalau Saga tidak merengkuh tubuhnya dengan erat.

REMAJA(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang