BAB 14

9.5K 446 2
                                    

Di depan pintu kelas Shea menyundul kan kepalanya. Ia berharap hari ini bukan guru kiler, namun harapan nya melenceng, ia menghembuskan nafas nya pelan. Memasuki kelas dengan tenang.

"Assalamualaikum."

Seperti otomatis, semua tatapan mengarah padanya. Tatapan nya pun berbeda beda, namun tepat di wajah Edgar, pria itu menghela nafas lega, dan tersenyum kecil ke arah Shea yang terlihat kikuk di tempat.

Pak Wahid menatap Shea tajam. Beliau bahkan menghentikan aktifitas nya beberapa menit lalu, menjelaskan materi.

"Kamu dari mana jam segini baru dateng?"
Ucap Pak Wahid.

"Saya.. Tadi, disuruh menghadap bu Salma pak. Jadi yah telat,"

"Kamu tidak berbohong kan?"

"Tidak, pak."

"Yasudah, duduk di kursi mu. Dan jangan ribut,"

Shea menganggukan kepala nya, lalu ia segera menuju meja nya dan duduk disana.

"Darimana?" bisik Ratu.

"Telat. Tadi naik pager belakang, untung ngga kecyduk Pak Anhar."

Ratu kaget. naik pager! Kenapa Shea tidak pernah belajar dari kesalahan?

Ratu menggeplak lengan Shea, "Lo tuh yah! Ngga pernah belajar dari kesalahan apa!"

Shea meringis sakit, "Kenapa lo geplak,"

"Biar lo waras."

"Otak tu dikepela, bukan di lengan. Ipa kok ngga tahu,"

"Bukan nya otak lo letak yah istimewa yah,yang lain di kepala, lah lo di lengan. "

Shea mencibir kesal, membuat Ratu jadi mempunyai keinginan menganiaya Teman nya yang satu ini. Tapi Ratu urungkan niat nya saat melihat Pak Wahid menatap ke arah mereka tajam. Itu membuat keduanya diam tak bergembing.

Baik pak wahid ataupun siswa kelas diam, menyimak pelajaran, walaupun hanya sebatas menyimak, bukan mengerti.

Sama halnya dengan Shea, dia diam pura - pura menyimak, padahal telinga nya tersumpal earphone. Tiba-tiba Ponsel nya bergetar, Shea mengecek.

Mela nenek sihir(1)

Bolos lo!!

Njir ngegas amat

Kagak peduli! Jawab dulu pertanyaan gue

Kgk.

Boong!

Kagak, Doyok!

Awas lo berani blos.

Obrolan mereka terhenti saat Shea mengakhiri percakapan nya. Shea kembali menyimpan Ponsel nya do kolong, lalu kembali pura-pura memperhatikan Pak wahid.

Tak terasa sudah dua jam pak Wahid menyampaikan materi, bel istirahat berbunyi nyaring. Pak wahid segera menutup pelajaran dengan doa, dan melenggang pergi menuju kantor guru.

Shea segera membereskan bukunya yang terlihat masih bersih tanpa goresan tinta sedikit pun.

"Mau ke kantin, She?" tanya Ratu.

Shea mengkedikan bahunya, "Ngga tahu. Gue mager, tu."

Ratu memutar bola matanya jengah. "Yaudah, jangan ngomong sama gue kalo mag lo kambuh. Awas ajah lo!"

REMAJA(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang