BAB 13

9.8K 462 3
                                    

Shea POV

mataku mengerjap, menyesuaikan dengan cahaya matahari yang menelisik dari celah jendela di balkon kamar ini. Aku mengucek mataku perlahan, mencoba membuka mataku, walaupun masih sangat berat. Ku tegakan badan ku, menyibak selimut, lalu berjalan menuju balkon, membuka jendela lebar - lebar, menghirup udara pagi hari yang terlihat masih segar.

Disana, jauh dari tempat ku berdiri, aku menahan rindu yang masih menggebu, mencoba menahan sakit yang terus menggerogoti hati.

Bunda, aku rindu! Ingin aku berteriak seperti tadi malam, ingin aku menangis seperti tadi malam. Tapi tidak bisa, ini  masih pagi.

Aku hanya bisa berdoa, Smoga Allah memberi tempat yang indah, untukmu Bunda.

"She, cepet keluar! Belanda udah deket!"

Aku mendesis. Melirik kearah pintu yang tidak di buka, tapi suaranya udah kaya ibu kosan nagih duit.

"Yahh trus? Gue kesiangan,"

"Lo juga ngga sholat subuh?"


"Gue lagi pms, udah sana pergi. Gue mau mandi," jawab ku santai.

"Lima menit ngga turun, lo gue tinggal."

Aku hanya menanggapi dengan deheman singkat. Sambil berjalan menuju kamar mandi, aku bernyanyi kecil.

                                         ~~~~~


Elang dan sejuta kebengisan nya. Seperti hari ini, ternyata ucapan Elang akan berangkat duluan tidak main - main. Shea harus berjalan kaki sampai ke ujung kompleks, lalu menaiki bus untuk sampai sekolah. Jangan tanyakan dimana motor nya? Elang bahkan repot - repot mengganti knalpot berisik Shea. Ia menghela nafas untuk yang kesekian kalinya, kakinya sudah lelah, keringat terus menetes di pelipis nya.

Sampai ujung komplek, Shea berbelok dan sudah terlihat halte yang terlihat Ramai. Mayoritas para ibu - ibu, tidak ada sama sekali siswa ataupun pekerja kantor, karena jam menunjukkan pukul 06:50.

Siapa memang yang akan berangkat sesiang ini?

Ia mendekat Halte, duduk disana, menunggu bus.

Namun, dari kejauhan Shea menangkap siluet seseorang yang ia kenal. Mendekat ke arah nya, dengan motor milik nya.

Sampai di depan Shea, motor itu berhenti. Sang empu membuat helm, lalu tersenyum.

"Mau bareng?" Tanya Alan dengan senyum yang slalu ia tunjukkan pada Shea.

Ini lelaki yang menabrak nya hingga membuat ponsel nya rusak, dan yang Shea temui di lift saat di apartemen. Kenapa Shea slalu bertemu lelaki ini dimana - mana? Mungkin kah Alan mengikuti nya?

"Kok bengong? Ayo cepet, nanti keburu masuk loh." ucap Alan, menyadarkan lamunan Shea.

Dengan perasaan terpaksa, Shea pun mendekati Alan dan menerima uluran helm tersebut, lalu memakai nya. Ia sesegera mungkin menaiki motor ninja hitam yang Alan tumpaki, lalu membelah jalan jakarta yang masih sedikit padat ini.

                                  ~~~~~~~

Ratu tengah di landa khawatir sekarang, Pelajaran sudah berlangsung sepuluh menit yang lalu, tapi Shea belum menunjukkan sama sekali batang hidung nya. Ia berkali-kali menelfon Shea, tapi nomor nya tidak aktif. Ia duduk di bangku nya dengan gelisah.

Raja yang menangkap gerak gerik gelisah Ratu pun kepo, Ia mengendap endap untuk sampai di bangku sahabat nya ini.

"Napa lo, tu?" bisik Raja setelah duduk di sebelah Ratu.

Ratu menoleh, "Shea."

Seakan mengerti, Raja menganggukan kepalanya paham. Satu kelas sudah wanti - wanti kalau Shea akan di skors atau bahkan dikeluarkan dari sekolah kalau tidak ada keterangan karena masalah yang telah perempuan itu ciptakan. Diantara nya masalah bolos, rambut yang di warnai, berkalahi dengan Nency dan yang paling ekstrim yaitu membuat anak laki-laki kelas 12 masuk rumah sakit karena berani mengatai nya 'lonte' sekolah. Maka dari itu Ratu sampai se khawatir ini.

"Tenang ajah, Shea pasti dateng."

Ratu tersenyum, walau memang dia masih saja khawatir. Dia memaksa Raja untuk kembali ke meja nya. Walaupun Raja tetap Kekeh. Tapi akhirnya Raja mengalah demi ketenangan kelas.

Di lain tempat, Shea tengah menaiki pagar belakang sekolah di temani Alan.

"Cepet loncat, Abdul! Katanya jagoan, tapi loncat dari situ masa ngga bisa." 

Jika menganggap yang berucap tadi adalah Alan, itu salah besar. Sedari tadi Shea menyakinkan Alan bahwa semua akan baik-baik saja, ia akan menangkap Alan, tapi Alan kekeh takut.

" Gue takut, She! Ini tinggi banget, kan gue udah bilang kita lewat gerbang depan ajah. Dihukum juga kagak papa, paling nyapu di halaman belakang."

Shea berdecak, "Ck. Malah ceramah lagi, udah cepet. Kalo ngga loncat, lo gue tinggal! Mau!"

"Astagfirullah,She. Jangan jahat sama gue dong," Alan merengek persis seperti anak kecil.

"Yaudah cepet!"

Dengan perasaan terpaksa, Alan memejamkan matanya, lalu berdoa dalam hati. Ia menarik nafas, "She, kalo gue ngga selamet, tolong bilangin sama Nency, kalo kutek ungu nya ada di rumah gue. Abisnya gue kesel. Masa dia nolak cinta Dadang, diakan teman gue, gara - gara si Nency bocah kurang vitamin, si Dadang jadi sakit deh. Anjir bet tuh cewek ."

"Lo kok malah curhat! Cepat, elah!"

"Eh, iya! Ini otw.. Menuju alam kubur. Huhuhu, sedih gue."

"Malah pengen mati," Shea berdesis pelan.

Dengan perasaan dag dig dug Alan lompat dari pagar yang menurut Shea tidak terlalu tinggi itu, bahkan lelaki itu terus mengaduh sakit sepanjang koridor sekolah. Mengeluhkan sakit lengan, kepala, bahkan tangannya yang lecet karena tergesek. Shea hanya menimpali dengan gumaman singkat, dan Alan mendominasi percakapan. Entah sejak kapan Shea jadi SEDIKIT dekat dengan Alan, tapi entah mengapa hatinya meresa nyaman, dan slalu terlindungi jika bersama dengan lelaki manja ini.

"Lo kenal Edgar?" Alan kembali bertanya, namun dengan pertanyaan yang berbeda.

"Iyah, temen sekelas."

Alan menganggukan kepalanya paham, Saat di depan tangga lelaki itu berhenti. Membuat Shea juga sama-sama ingin berhenti.

"Gue duluan yah. Btw, makasih bantuan manjat nya, lo emang berbakat menjadi pengunduh diam - diam mangga di kebun orang." ucap Alan, lalu lelaki itu mengacak rambut Shea dan menaiki tangan dengan langkah riang.

Di tempat, Shea tersenyum kecil, lalu ia pun melangkah pasti menuju kelasnya.

                                   ~~~~~~

VOTE COMMENT AND SHARE GUYS.

Trimakasih sudah mau membacakan Shea❤️

REMAJA(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang