BAB 38

8.9K 388 4
                                    

Edgar tidak pernah menyangka akan bertemu dengan Shea di kedai seblak itu. Awalnya, ia menolak kala Resti minta di temani membeli makanan pedas yang menurut Edgar berbahaya, tapi Resti memaksa dan akhirnya ia harus rela menunda belajarnya. Malam ini, Shea terlihat cantik dengan baju serba gelap, Edgar sampai memuji Shea, lalu dihadiahi ucapan tajam dari perempuan itu. Resti masih menunggu, perempuan itu sedang asyik menikmati wifi yang tersedia di kedai ini.

Ponsel nya berdenting, menandakan pesan masuk. Edgar mengeluarkan dari dalam bajunya. Lalu mulai mengecek satu - persatu pesan, termasuk pesan dari perempuan yang sering bertukar pesan dengannya.

Dia caca. Gadis berbadan mungil yang akhir - akhir ini sering membawa kan kue coklat. Bukan, bukan ia meminta itu, tapi Raga dan sekawan nya. Salahkan mereka yang memperdaya gadis sepolos caca.

Caca : kak

Edgar : iyah

Caca : caca kangen

Edgar : besok kan ketemu di sekolah

Caca : tapi maunya sekarang.

Edgar : udah mlm. Tidur

Caca : ywdh iya. Selamat malam kak Edgar

Edgar : juga Caca

Edgar menghela nafas. Edgar yakin, Caca adalah gadis yang masih polos, bahkan mungkin belum mengenal sepenuhnya dunia dan isinya. Setiap kali Edgar menatap matanya, terlihat begitu ceria, tanpa tahu mungkin saja ada bahaya bahkan kesedihan mengintainya, matanya tersorot tanpa kesedihan, atau mungkin ia menyembunyikan semua itu. Entahlah, Edgar tidak mengerti. Yang ia tahu, ia tidak akan memberi Caca harapan, hingga akhirnya harus membuat perempuan itu terluka.

Sepeluh menit kemudian, seblak itu sudah berada di tangannya. Ia mengulur kan uang 30rb untuk dua porsi. Kemudian berbalik, sempat tersenyum singkat pada Shea yang tak sengaja menatap kerahnya. Lalu keluar dari kedai itu bersama Resti yang terus menggerutu karena masih ingin menikmati wifi gratis.

°°°°

Akhir - akhir ini Shea tidak mengetahui bagaimana kabar Elang. Lelaki itu hilang bagai di telan bumi. Chat darinya jarang ia balas, Shea pernah beberapa kali ke kelas Elang, tapi lelaki itu lagi - lagi  tidak kelihatan batang hidung nya. Tapi Shea tidak menyerah. Istirahat pertama Shea kembali ke kelas Elang. Ia tidak ke kantin, karena Ratu masih sakit karena kejadian yang Shea tahu dari Raja saat jam pertama tadi. Dan dalang dibalik itu semua adalah Anna. Cewek nenek sihir yang sudah Shea duga sering mengancam Ratu.

Sesaat setelah memasuki kelas Elang. Hanya ada beberapa siswa yang bertahan dikelas, sebagian dari mereka adalah membaca buku, dan sebagian lagi mendengarkan musik lewat earphone yang terpasang di kedua telinga nya. Shea mengetuk pelan, lantas masuk.

"Assalamualaikum. Elang ada?"

Si pembaca buku mendongak, "Baru aja keluar." mengarahkan dagu nya kearah pintu.

"Okeh. Makasih."

Shea mengeluh sesaat. Kenapa Elang susah sekali di temukan! Lihat saja, Shea akan menjambak rambutnya kalau sampai lelaki itu sengaja menjauh. Tepat di depan pintu kantin, Elang keluar dengan rombongan kelasnya. Ia terlihat tertawa begitu senang.

Perlahan Shea semakin mendekat. Menatap Elang seakan mengisyaratkan bahwa lelaki itu harus stay di tempat nya.

"Ikut gue."

Ujar Shea saat sudah tepat di depan Elang. Perempuan itu kembali berbalik, berharap Elang mengekor di belakang. Tapi sungguh diluar dugaan, Elang hanya menatap Shea datar. Perempuan itu kemudian kembali berbalik.

REMAJA(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang