Budayakan menyapa sebelum membaca..
Selamat minggu malam semuanya..
Istirahat ya, biar besok hari seninnya semakin indah.. 😘😘😘• • •
Suara dengungan musik mengalun lembut di sebuah bar private di pusat kota, bar kelas atas yang hanya bisa di datangi beberapa orang dengan penjagaan terbaik.
Di sudut bar dengan ruangan khusus yang di sewa pelanggan, Yoora menikmati malamnya bersama pemuda yang selalu menjadi sandaran untuknya disaat kekacauan melanda hari-harinya.
"Jadi, apa sebenarnya yang kau alami? Rencana pernikahanmu berjalan lancar bukan?" Pertanyaan pemuda di sebelahnya itu membuat atensinya beralih dari segelas wine di tangannya ke pemuda tampan idaman gadis hampir di seluruh daratan Korea.
"Bagaimana aku bisa menceritakannya padamu jika aku sendiri masih belum mempercayai apa yang terjadi padaku, Jeon? Bahkan aku tidak tahu pernikahan macam apa yang harus di lakukan nanti."
Yoora menghela panjang berat bersamaan dengan vokalnya yang memberat, membayangkan apa yang harus di alaminya untuk menghadapi salah satu fase dalam kehidupan manusia. Yoora ingin tertawa, menertawakan bagaimana jalan hidupnya terlihat begitu konyol.
"Jika kau tidak yakin, kenapa kau harus menjalaninya?"
Sekali lagi Yoora menatap Jungkook, mengabaikan bagaimana rasionalnya mencoba menyerbu dan mendobrak akal pikiran Jungkook. "Apa ada alasanku untuk menolaknya? Kau tahu sendiri bagaimana aku bisa menjalani hariku setelah hari itu. Tak ada yang bisa kulakukan lagi, Jung. Aku hanya akan membiarkan diriku terbawa arus takdir kemana akan membawaku. Atau mungkin, membawa takdirku untuk di atur ibuku. Aku hanya pantas menerima dan menjalani, Jung. Bukan untuk memilih atau mencari."
Jungkook mengalihkan atensinya saat mendapati ekspresi wajah Yoora yang suram. Mengingatkan Yoora tentang masa lalunya sama saja dengan membunuh Yoora untuk kedua kalinya. Dan Jungkook melakukannya baru saja.
"Kau tahu, Yoo? Kupikir rencanaku untuk menikah di umur 30 itu telah sesuai dengan takdirmu sekarang." Yoora menoleh untuk mendapati Jungkook yang tengah memainkan gelas berisi wine yang tinggal setengah. Menegaknya sekali sebelum melanjutkan perkataannya. "5 tahun setelah ini. Pernikahanmu bisa dilihat dalam jangka 5 tahun ini, bukan?"
"Maksudmu?"
Jungkook meletakkan gelasnya di meja, memiringkan tubuhnya untuk menatap wajah sahabat yang begitu di sayanginya.
"Tidak mudah untukku berdekatan dengan perempuan, Yoo. Jika dalam 5 tahun ini aku tidak bisa mendekati perempuan manapun, dan ternyata pernikahanmu gagal. Aku bersedia menikahimu dan menerimamu jika kau menghentikan pernikahanmu kelak. Bagaimana?"
"Sialan! Jeon Jungkook!" Yoora terkejut dengan ucapan Jungkook, mengepalkan tangan kanannya untuk segera meluncurkannya ke bahu Jungkook membuat pemuda itu mengerang kesakitan. Mengerang manja!
"Awwhh! Sakit, Yoo!"
"Siapa suruh berkata omong kosong."
"Aku tidak berkata omong kosong, Yoora. Aku bersungguh-sungguh dengan perkataanku!"
"Brengsek!" Sekali lagi Yoora memukul bahu kiri Jungkook untuk melampiaskan kekesalannya. "Aku bahkan belum menikah, dan kau sudah mengatakan aku menjadi janda? Sialan memang."
Sontak Jungkook beringsut menjauh, menjaga tubuhnya dari terjangan pukulan Yoora. "Sini, Jung! Biar ku hancurkan badanmu!"
Jungkook masih terus menjauh hingga akhirnya Yoora menyerah, menjatuhkan tubuhnya ke punggung sofa dan menatap langit-langit ruangan di bar itu. Rasa kesal masih mengekangnya, namun perkataan Jungkook begitu mengacaukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CALLOUSLY [M]
Fanfiction[ CERITA TELAH DITERBITKAN - TERSEDIA DI TOKO BUKU ] Song Yoora pernah berharap - angan-angan seorang anak gadis - bahwa kehidupan pernikahannya akan menjadi titik akhir perjuangannya dimana dia akan menjatuhkan segala ketakutannya menjalani hidup...