Selamat pagi, semuanya..
• • •
Hawa dingin malam itu tak menghilangkan peluh panas yang tengah membanjiri wajah Yoora. Kedua mata yang terbuka lebar tak mau menutup, nafas acak yang mengacaukan fokus, rasa lelah yang menggerogoti seluruh sendi tubuh. Semuanya berpacu pada satu hal dimana bayangan Jimin yang menyeringai tengah menampar ketenangannya.
Ya, sudah kelewat tengah malam dan dalam seminggu ini Yoora tak mampu memejamkan mata lebih awal semenjak pertemuannya dengan Jimin. Yoora hanya akan terlelap di saat fajar hampir memulai, itu pun bersama suara Jungkook yang menenangkan.
Jangan tanya bagaimana Yoora mampu berkomunikasi dengan Jungkook setiap malam. Gadis itu tidur di kamar yang terpisah dengan Taehyung, membuat waktunya lebih bebas untuk berbicara dengan Jungkook by phone.
Jung...
Mengerjap menatap ponselnya yang berpendar, pemberitahuan jika ada panggilan masuk dari Big Jeon. Ya, jawaban atas pesan singkat yang di kirim Yoora tadi. Jungkook tahu sahabatnya itu tidak bisa tidur malam ini.
"Hei, tak bisa tidur lagi?"
Anggukan menjadi jawaban, meski Jungkook tak akan mampu melihat dari seberang sana.
"Masih memimpikan si brengsek itu lagi?"
Yoora mengkerutkan dahinya kesal, mengingat kembali seringaian mengerikan Jimin yang selalu menghantui tidur malam ini.
"Bisakah kau datang ke mimpiku? Seret dan hajar dia, jangan biarkan masuk lagi!"
Ada kekehan lembut dari line seberang yang sedikit mampu menyalurkan kehangatan di hatinya yang terlampau dingin.
"Sudah membicarakan tentang bocah itu pada suamimu?"
Yoora menggeleng dan mendengus pias, sedikit bangkit untuk mendudukan diri dan bersandar di ranjang. Matanya menerawang jendela luar hingga mampu membayangkan cahaya bulan yang terang di balik gorden putihnya.
"Untuk apa? Menceritakan cerita tentang kami dulu padanya? Kurasa dia tidak akan peduli. Dia tidak memikirkan istrinya sama sekali."
Ada hening yang menjadi sambutan di sana. Yoora tahu, topik tentang Taehyung selalu membuat emosinya berada di ratio di atas rata-rata. Selalu membuat kesal dan sayangnya Jungkook tidak peduli dan akan terus menanyai Yoora meski tahu Yoora akan membencinya.
"Tapi setidaknya, biarkan dia tetap tahu cerita tentang kalian."
Nafas jengah tercipta terlalu kuat, Yoora meraih guling dan mendekapnya erat. Membayangkan seperti apa raut wajah Taehyung jika dia menceritakan tentang masa lalunya bersama sahabatnya.
"Jung, apa kau percaya aku mencuri?"
Yoora bisa membayangkan wajah mengkerut Jungkook yang tak mengerti dengan suara dengungan Jungkook sebagai jawaban atas pertanyaannya.
"Menurutmu? Apa Taehyung percaya padaku jika aku menceritakan masa laluku bersama sahabatnya? Sama persis seperti jika kau mendengar cerita kalau aku pernah mencuri."
Decakan skeptis menjadi respon pertama yang Yoora dengar. "Tapi bagaimanapun dia tetap suamimu, baby."
"Ya, dan kuingatkan satu hal bahwa kami menikah karena perjodohan konyol!" Kekehan Jungkook terdengar menjadi penenang di antara pembahasan mereka.
Selalu seperti ini, setiap malam. Yoora benar-benar meminta Jungkook untuk menemaninya berbincang hingga di rasa lelah telah menggerogoti kesadarannya. Satu jalan yang lebih baik di banding Yoora harus mengkonsumsi pil penenang lagi.
Yoora masih memiliki Jungkook bersamanya.
Hanya perbincangan ringan, yang kadang di selingi nyanyian Jungkook sebagai lullaby-nya. Bahkan kadang Jungkook meninggalkannya untuk bermain game online di saat panggilan mereka masih tersambung dan Yoora akan mendengar sorakan dan umpatan pemuda Jeon itu.
"Yoora—"
Jungkook memanggilnya lembut, menjawabnya dengan dengungan saat Yoora menarik selimut untuk menutupi rasa dingin yang menyentuh kulitnya.
"Mau ku antar ke Jin hyung?" Yoora mengerjap, membayangkan sosok pria tinggi nan tampan, dengan kaca mata bulat yang melingkar di wajahnya. Ah, sudah lama Yoora tak bertemu dengan Kim Seokjin.
Namun kenyataan di mana alasannya untuk menemui Kim Seokjin itu telah mampu merenggut euforia rasa rindunya.
"Ini sudah berjalan seminggu, Yoo. Aku tidak ingin insom-mu semakin parah. Kau perlu menemuinya untuk menenangkan diri."
Pikirannya berkecamuk. Terakhir bertemu Seokjin, Yoora telah mengatakan kepada pria yang telah di anggap seperti oppanya sendiri itu bahwa dia akan sembuh, dan tidak akan kembali sakit lagi. Namun nyatanya, kali ini dia akan tetap kembali dan menyembuhkan diri.
Yoora memang telah berpikiran untuk kembali mendatangi Kim Seokjin. Namun dia mencoba bertahan, mungkin dengan hidup bersama Taehyung, Yoora akan lebih mampu melupakan masalahnya dan tidak perlu mendatangi dokter psikis-nya.
Tapi Taehyung jauh lebih acuh dari pada yang dia bayangkan. Pria yang telah menyandang gelar sebagai suaminya itu sama sekali tak mempedulikan keberadaan Yoora. Berangkat kerja pagi buta dan pulang di saat malam telah merenggut.
Pada awalnya Yoora masih bersikap sebagai seorang istri yang sempurna. Namun melihat bagaimana makan malamnya masih utuh di pagi hari membuat Yoora pada akhirnya menyerah. Membiarkan pria Kim itu mengurusi dirinya sendiri, dan Yoora hanya akan memasak untuk memenuhi kebutuhan perutnya.
Taehyung tak bisa membuat Yoora mengalihkan pikirannya dari Park sialan!
"Kurasa aku menyerah. Bisa menemaniku menemui Seokjin oppa? Aku membutuhkannya."
Ada hembusan nafas lega dari seberang, membuat Yoora sekali lagi bersyukur memiliki Jungkook bersamanya. "Lagi pula, aku merasa sangat di rugikan. Aku banyak kehilangan jam tidur emasku."
"Yaa, aku akan menemanimu menemui Jin hyung. Akan ku buatkan jadwal lusa. Kau bisa?"
Yoora mengangguk antusias, menoleh melirik jam di nakasnya. Jarum pendek sudah menunjuk angka lewat dari seperempat terakhir malam.
"Jung, kurasa kau harus tidur. Kau ada jadwal pagi nanti, bukan?" Ada suara khawatir mengingat lawan bicaranya bukanlah sosok yang bebas untuk tetap terjaga hingga hampir pagi seperti ini.
"Ya, berterima kasih padamu karena kau telah membuat pria sibuk ini untuk terjaga hingga pagi." Yoora terkekeh pelan, suara mengeluh Jungkook terasa menggelitiknya di saat Jungkook sendiri tak akan pernah bisa membiarkannya terjaga sendirian hingga pagi.
"Aku yang harus berterima kasih padamu, tuan Jeon yang tampan. Ku doakan semoga Tuhan selalu memberikan kesehatan padamu hingga bisa selalu menemaniku setiap malam seperti ini." Gelak tawa kembali terdengar begitu menghangatkan. Jungkook benar-benar hadiah Tuhan yang selalu membuat Yoora bersyukur karenanya.
"Jalja, Jung—"
Mematikan panggilannya, Yoora kembali merebahkan tubuhnya di ranjang untuk menyamankan diri. Matanya sekali lagi mengamati arah luar jendela yang masih gelap pekat. Bergelung dalam selimut dan memaksa untuk memejamkan mata. Butuh waktu sekitar satu jam berikutnya hingga Yoora mampu benar-benar terlelap dalam tidurnya.
Meski hanya beberapa jam saja, Yoora harus kembali terbangun dengan peluh membasahi wajahnya dan nafas terengah hampir terputus. Karena sekali lagi seringaian mengerikan Jimin mengejarnya hingga ke dalam mimpi.
- Sept 22, 2018
Coba Jimin yang masuk ke mimpiku. Di jamin tidak akan keluar dengan selamat! 🤭🤭🤭
With love,
Adoreyna
KAMU SEDANG MEMBACA
CALLOUSLY [M]
Fanfiction[ CERITA TELAH DITERBITKAN - TERSEDIA DI TOKO BUKU ] Song Yoora pernah berharap - angan-angan seorang anak gadis - bahwa kehidupan pernikahannya akan menjadi titik akhir perjuangannya dimana dia akan menjatuhkan segala ketakutannya menjalani hidup...