March 2016 - Int'l Liaison Officer

12.5K 682 14
                                    

       "Astaga merentek banget badan gue, Ray! Semalem jamming session-nya asik banget sumpah, ngelawak banget itu bule-bule," kata Kania yang baru terjaga dari tidurnya.

       Raya dan Kania pertama berkenalan pada saat tahap wawancara yang menjadi salah satu tahap seleksi untuk menjadi volunteer di festival musik pada tahun 2013 silam. Hingga sekarang sudah kali ketiga mereka menjadi international liaison officer di festival tahunan tersebut.

       Tanggung jawab yang diemban oleh seorang international liaison officer cukup besar, mereka sebagai perpanjangan tangan dari pihak penyelenggara dituntut untuk dapat menjalin komunikasi efektif dengan musisi-musisi yang akan tampil di festival tersebut. Seorang liaison officer sebagai representatif pihak penyelenggara dan tentunya Indonesia sebagai negara tempat festival diadakan, jangan sampai para musisi internasional tersebut mempunyai kenangan yang tidak menyenangkan selama mereka di sini.

       Liaison officer juga harus memastikan musisi tersebut mematuhi itinerary yang dibuat oleh manajemen pihak penyelenggara sehingga festival dapat terlaksana dengan baik dan terstruktur.

       Lalu satu orang liaison officer biasanya menangani satu musisi, yang tak ayal musisi tersebut pasti membawa 'pasukan' entah itu band pengiring, road manager, stylist, staf lainnya, atau bahkan pasangan mereka masing-masing. Jadi, jumlah yang harus diurus oleh satu orang liaison officer bisa mencapai lima orang atau lebih.

       Terkadang juga suka ada yang tandem kalau rombongan yang datang itu banyak seperti rombongan musisi dari Brazil pada tahun 2014 lalu. Dalam rombongan tersebut berisi sekitar lima belas orang dan terbagi menjadi empat grup. Kebetulan Raya mendapatkan pecahan dari grup tersebut, yaitu seorang pria berusia sekitar 50 tahunan yang menyanyi sambil memainkan gitar akustik.

       Terlihat cukup beruntung memang Raya hanya perlu mengurus satu orang, tapi sayangnya pria tersebut sama sekali tidak bisa berbahasa Inggris. Dan berhubung di tempat acara sinyal ponselpun kadang tidak dapat diandalkan, jadi mau tidak mau Rayalah yang harus belajar bahasa Portugis. Meskipun hanya menghafal percakapan umum saja, tapi itu sudah cukup membantu dibandingkan hanya mengandalkan body language.

      Seorang musisi tidak bisa berbahasa Inggris merupakan salah satu contoh worst case scenario yang bisa dialami oleh liaison officer. Selain itu, kendala aksen yang beragam juga dapat menjadi suatu tantangan tersendiri, mulai dari aksen Inggris Singapura, Inggris Perancis, British, Irish, Southern America, dan masih banyak lagi.

       Namun ada juga musisi yang sangat independent—mereka datang sendiri tanpa ada pendamping. Biasanya mereka-mereka ini adalah musisi yang sudah mempunyai jam terbang tinggi di Indonesia bahkan berteman akrab dengan beberapa musisi tanah air. Jadi, jangan kaget kalau tiba-tiba musisi tersebut menelepon hanya untuk mengabarkan, "I just arrived at Black Cat with Lesmaya. Don't worry! I'll be back before three."

       Selain itu tugas liaison officer juga harus menjemput para musisi di bandara dengan transportasi yang sudah disediakan. Mereka akan menjadi lebih sibuk jika dalam satu rombongan (band, crew, manager dan lain-lain) mempunyai jadwal kedatangan yang berbeda. Maka dari itu liaison officer tersebut harus bolak-balik dari bandara ke hotel, kemudian kembali lagi ke bandara, lalu ke hotel—mengikuti jadwal kedatangan musisi beserta rombongan masing-masing.

       Untuk itu demi memudahkan kinerja para international liaison officer yang jumlahnya bisa sampai puluhan orang—tergantung jumlah musisi internasional yang tampil—maka pihak penyelenggara menyediakan apartemen yang juga masih berada dalam satu bangunan hotel tempat para musisi tersebut menginap. Jadi, kalau dari depan lobi utama hotel, ke arah kiri merupakan sisi hotel, sedangkan ke arah kanan merupakan sisi apartemen.

       Dalam unit apartemen tersebut biasanya terdiri dari dua sampai tiga kamar. Makanya kalau sudah hari H yaitu hari Jumat, Sabtu, dan Minggu, para international liaison officer memilih untuk bermalam di apartemen tersebut. Maka dalam tiga malam itu mereka akan benar-benar berebut memanfaatkan dengan baik spasi kosong pada ruang apartemen yang tersedia agar dapat sekedar merebahkan tubuh dan memejamkan mata untuk mengisi kembali energi mereka yang tersita akibat seharian penuh menjalankan tugas—sebab bukan hanya berkomunikasi dengan para musisi dan panitia saja, tapi mereka juga harus berkomunikasi dengan tim transportasi, tim hotel, refreshment, backstage, venue, social media, merchandise, endorsement sampai tim promosi.

       Bersyukurlah mereka yang dapat merebahkan punggung di atas kasur, meskipun tanpa selimut dan bantal yang biasanya sudah ditarik terlebih dahulu keluar kamar untuk mereka yang tidur di lantai beralaskan karpet—seluruh ruangan dialasi karpet kecuali kamar mandi dan dapur—ada juga yang tidur di sofa bahkan sampai ada pula yang niat membawa sleeping bag sendiri dari rumah.

       Jadi, kondisi di dalam apartemen pada saat baru membuka pintu masuk, siapapun pasti akan disambut dengan sepatu-sepatu yang berserakan di lantai sebelum kertas bertuliskan 'BATAS SUCI' yang mereka buat dan ditempelkan di lantai kurang lebih satu meter dari pintu masuk—demi menjaga kebersihan karpet.

       Setelah tulisan 'BATAS SUCI', pemandangan yang tersaji di lantai jika malam hari bukan lagi sepatu melainkan manusia-manusia yang sedang merebahkan diri mereka karena seharian lelah beraktivitas.

       Di dinding dekat pintu masuk pasti sudah tertempel rundown terbaru, nomor kontak masing-masing koordinator divisi, sampai post it-post it berisi curahan hati mereka setiap harinya, ada yang anonim, ada juga yang tidak. Kira-kira begini isinya;

Good luck everybody~

Semangat hari ini! Ganbatte!

Anjir tadi macet banget jalan ke venue parah.. Gimana besok malem minggu?

Sisain voucher breakfast please yang ngerasa cantik atau ganteng. -Fajar

Ester jangan lupa nanti tag-in tempat di sebelah lo dong buat tidur, please, gue balik bakal malem pasti. -Arini

Itu beer siapa di kulkas? Bagi satu ya. -Bugi

Raya makasih roti tawar dan Nutellanya, besok beliin lagi yang banyak yaaa biar semua kebagian :-)

Eh siapapun, malem-malem kalo pada beli mie Kalimantan gua dibangunin plis!!! -Lupus.

Yang modus juga ada;

Neng N, makin cantik aja tiap tahun... Kesian si R, ngelamunin neng terus...

Dear K, bobo sebelah aku plis, udah aku bawain sleeping bag biar kamu gak kedinginan. -S

Yang tadi pake sweater coklat, LO baru ya? Semangat ya *bighug*

       Celotehan-celotehan seperti ini juga bisa melepaskan endorfin mereka agar tetap semangat dan menghilangkan stres meski peluh tetap menetes di wajah.

       Pengalaman dan cerita suka atau duka itu jugalah yang menjadi faktor meningkatnya kebersamaan dan keakraban di antara volunteer. Menginap di apartemen tersebut juga opsional, mereka tetap dapat memilih untuk pulang-pergi dengan catatan harus tetap siaga (siap antar jaga), kalau-kalau musisi yang mereka tangani membutuhkan sesuatu atau membuat permintaan seperti; minta dicarikan lapangan basket agar mereka dapat tanding basket, minta ditemani ke Monas dan Istiqlal karena penasaran, minta ditemani berbelanja ke Mangga Dua, minta dicarikan amplifier baru karena amplifier yang mereka pakai ketika sedang latihan tiba-tiba meledak, bahkan sampai yang minta ditemani untuk cuci darah pun ada.

#######

Notes: beberapa part based on real events 😳

nnrslnty
24 Jan 2016

LIONHEARTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang