Rindu pernah menghiasi malam-malam kita, kita tak berpisah dengan jarak seperti Jawa dan Sumatera, kita berada dikota yang sama, hanya saja waktu terlalu angkuh ucapmu. Aku kerap mengajakmu untuk berada dalam satu meja yang sama, melepas kerinduan, mencapai pertemuan. Namun, kau selalu menghindar dengan alasan membosankan. Pantaskah kerinduanmu ku anggap sebagai kejujuran ?. Rindumu hanya kalimat penenang.
Bagaimana mungkin ? ketika dua orang yang saling mencintai, selalu mengundur waktu untuk bertemu, mengulas lebih dalam alasan alasan tabu. Jika sudah begini, di bagian mana aku harus mempercayaimu ?. Rindumu hanya sebatas pengakuan yang berdasar pada kepalsuan.
Jika memang kau tidak berkenan di pertemuan, janganlah sekali kali kau mengaku kerap dalam kerinduan, kau hanya akan menciptakan sebuah harapan dipenantian yang menyakitkan. Meskipun itu melatih kesabaran, setidaknya berhentilah memberi harap pertemuan dihari kemudian. Rindu itu menyiksa perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gubahan Rasa
PoetryTentang rasa yang pernah menguat lalu melemah, sangat kuat lalu hancur dengan sesaat.