Belum sempat ku merayu, kau tinggalkan lebih dulu. Belum sempat ku berkata, kau hapuskan segala rasa. Semesta tak pernah punya rasa, mempersembahkan senja, tatkala gelap masih disembunyikannya. Maka menyesalah semua penikmat senja, tak sadar, ia tertipu bahwa kegelapan segera tiba.Lucunya, langit selalu kau tuduh sebagai penyebabnya, bukankah bumi berputar pada porosnya ?.
Pada akhirnya yang berpijak akan beranjak. Sebelum penyesalanmu datang bukankah kau pernah berkata "bersamanya, aku merasa lebih bahagia" ?. Berbulan-bulan lamanya aku ditertawakan duka, dan setelah semua kesakitanku pulih, dengan ringannya kau meminta maaf dan belas kasih agar aku senantiasa menerimamu kembali sebagai kekasih. Dimana letak kesadaranmu ?.
Kau tak pernah belajar tentang perputaran bumi sebelumnya, tentang siang dan malam yang terjadi setiap hari, terus mengulang tanpa henti, namun mustahil membawamu pada kejadian yang sama lagi.
Bagaimana kau menilai-ku sekarang ? kejam ?, maaf aku hanya berpegang teguh pada diriku tentang bagaimana kau yang tak pernah merasa bahagia bersamaku. Aku bukanlah angkuh, aku hanya tak mau pendirianku yang pernah kubangun tiba tiba kembali rapuh saat kau kehilangan tempat berteduh. Dunia selalu berputar, apa yang kau lakukan dahulu, saat ini sedang terjadi padamu. Nikmatilah pedihmu, agar suatu saat nanti, ketika kau menemukan pendamping baru, kau dapat belajar dari kesalahan dan penyesalanmu dimasa lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gubahan Rasa
PoetryTentang rasa yang pernah menguat lalu melemah, sangat kuat lalu hancur dengan sesaat.