02 | Kenangan akan Angin Musim

74 18 5
                                    

HARI ini aku datang lebih pagi, dengan langkah lebar aku langsung menuju ke Ruang Osis.

Kurasa aku datang terlalu cepat, bahkan anggota Osis yang lain belum nampak. Aku menuju loker dan menyimpan tasku di situ, berkaca sebentar untuk memakai blazer biru mudaku, dan merapikan ikatan rambutku.

Setelah merasa pantas aku keluar, berjalan tanpa tujuan, mungkin siswa baru sudah ada yang datang.

Langkahku pelan, namun karna sepinya koridor, suara hentakkan sepatuku terdengar nyaring.

'Hit you with that Ddu-Ddu-Ddu-Ddu...'

Suara itu terdengar dibelakangku yang membuatku terkejut dan langsung menoleh ke belakang, kulihat Rayan dibelakangku. Ia nyengir, lalu merogoh sakunya. Ternyata ponselnya berbunyi.

Aku melanjutkan langkahku menuju kantin, kurasa segelas air mineral dingin cukup menyegarkan. Tapi mengingat nada dering ponsel Rayan sedikit membuatku terkikik geli.

"Selamat pagi, Kak." Rayan sudah ada disampingku, tersenyum seperti biasanya, yang membuatku balas tersenyum.

"Pagi, Ray."

Aku melirik Rayan yang saat ini menggaruk kecil tengkuknya, kurasa ia sedang mencari topik  perbincangan. Karena lama inisiatifku berucap duluan.

"Tidak bawa tanaman?" Rayan menoleh, "bawa dong..." aku mengangguk.

Setibanya di kantin aku langsung menuju ke chiller untuk mengambil mineral dingin, disampingku Rayan masih mengikutiku. "Kamu gak beli sesuatu?" tanyaku. Rayan melihat-lihat seperti ia memilih-milih sesuatu, bahkan ia mengambil snack lalu melihat tanggal expired nya, lalu ia beralih ke minuman susu kotak. "Pak, ini berapa harganya?" tanya Rayan sambil menunjukkan susu kotak rasa coklat, dan snack kentang rasa keju.

"Susunya 6.000, snacknya 3.000, Mas." Rayan manggut-manggut.

"Gak jadi deh, Pak. Kemahalan." ucap Rayan lantas mengembalikan susu kotak, dan snacknya ke tempat semula.

Refleks aku meringis dan penjual kantin itu melotot, "Ayo, Kak."  Setelah aku membayar mineralku dan berterimakasih, Rayan langsung menggandengku.

Apa-apa'an..

"Padahal ya, Kak, di Indomaret aja susunya harga 5.800!!" omel Rayan.

"Bedanya dikit." komentarku.

Rayan melotot, "kak Ocha, gak pernah denger pepatah 'dikit-dikit, lama-lama  jadi bukit'?" Aku mendengus.

"Kamu sama saya, tua siapa coba?"

"Eh?"

Rayan nyengir mendengar balasanku, Rayan ingin membalas lagi, namun suara bel masuk serentak menghentikan kami.

Aku berucap sebelum pergi, "Btw, nada dering ponsel kamu... unik." Aku tersenyum geli dan menepuk pelan pundak Rayan yang saat ini terlihat pucat.

***

Aku menuju ke taman belakang, area yang akan ditanami tanaman dari siswa baru, kulihat Anina sedang membimbing kelas X-3 di area barat, aku berjalan menuju ke arah barat.

"Kak," aku menoleh.

"Bantuin nanam dong," aku mengangguk, Rayan tersenyum lalu memberikan tanaman belimbing nya.

Aku jongkok lalu segera membuat lubang kecil yang akan diisi tanaman belimbing Rayan. Rayan meletakkannya dengan pas sesuai arahanku, aku segera menutupnya kembali dan menyiramnya dengan air yang sudah di siapkan Rayan sebelumnya.

Eidetic MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang