"AYAANN... main yukk!" Aku berteriak keras di depan pagar rumah Rayan. Menunggu sosok yang kupanggil-panggil keluar."Ayaannnn..." aku mulai kesal, kemana Rayan ini? Apa udah main duluan kali ya? Kok nggak ngajak aku sih?!
Aku menahan tangis lalu ingin beranjak pulang, tapi pintu tiba-tiba terbuka, dan pengasuh Rayan keluar dengan tergopoh-gopoh lalu membuka pagar dan membiarkanku masuk. "Maaf ya Cha, Bibi habis setrika bajunya den Rayan," katanya. Aku tersenyum girang, "Ayan di rumah, Bi?" tanyaku lalu melengos masuk, "iya Cha, di kamarnya, tadi habis mandi langsung masuk kamar, main PlayStation mungkin."
Aku manggut-manggut. "O, Aku juga mau main ah, dadah, Bi." Aku melambaikan tangan dan langsung menaiki tangga menuju kamar Rayan.
Sampai di pintu kamar Rayan, pintu bewarna putih dengan banyak stiker kartun, seperti spongebob, spiderman, doraemon, dan princess ariel -yang itu tambahanku sih- aku langsung membuka pintu dan nyelonong masuk. Biarin mama-papanya Rayan sudah menganggapku saudara sendiri -katanya sih.
Rayan sedang duduk di depan Tv beralaskan karpet berbulu, kamar Rayan memang di fasilitasi TV sendiri, kalau gini sih, siapa yang gak betah di kamarnya. Bahkan dulu aku sempat merengek ke Ayah karna juga pingin kamar yang ada Tv nya, tapi tentu saja omonganku tidak di dengar.
"Ayaannn.." aku duduk di sampingnya, Rayan menoleh, ia sedang bermain PlayStation.
Ia memandangku kesal, "jangan panggil aku, Ayan!" ucapnya.
"Aku 'kan gak bisa ngomong 'Llllll'" balasku merengut, aku memang masih cadel.
Rayan memandangku tak suka lalu membuang muka dan fokus ke PlayStationnya.
"Kok main ini? Ini gak seru! Kerjanya keluar rumah mulu!" omelku ketika melihat Rayan memainkan game 'Harvest Moon'
Rayan tidak peduli dengan ocehanku malah asik terus bermain. Aku mulai bosen, "yannn.. main smek don aja." usulku sambil menyenggol tangannya.
"Apa sih."
"Ih." Aku melirik tak suka pada Rayan. Kalau gini terus lama-lama aku bosen. Rayan juga! Cowok kok game-nya cupu gitu, tukeran kelamin aja sama aku!
Aku menguap, karna bosan melihat Game yang gak ada seru-serunya buatku ditambah Rayan yang berlagak aku gak ada disini, benar-benar membuatku ngantuk.
Aku melirik Rayan yang masih dengan posisi menghadap ke layar Tv, fokus dengan game-nya, halah game nya gak seru aja bisa fokusnya kek gitu.
Aku tersadar, lalu menyeringai kecil, melirik Rayan yang masih fokus, lalu melirik tempat Tidur Rayan yang mengundangku tidur siang disitu. Aku tersenyum kecil, perlahan aku bangkit dan berjalan berjingkat agar Rayan tidak tahu aku akan berbaring di tempat tidurnya.
Serasa Rayan tak akan menoleh, aku melihat lagi, mencoba memastikan Rayan tidak melihat. Pertanda bagus! Aku akan tidur nyaman di kasur Rayan.
Dan sekejap setelah tubuhku menempel di kasur Rayan, aku benar-benar jatuh tertidur.
😋😋😋
"Gimana, Cha?" Aku terkejut, lagi-lagi Anina mengejutkanku. Apa aku yang memang gampang terkejut kali ya?
"Hah?"
"Tuh 'kan ngelamun terus ih, gimana kemaren ketemu sama mas mantan?" O, ketemu Benji... tanpa sadar aku memutar bola mataku. "Ya.. gitu.." ucapku malas.
Anina melotot lalu menepuk bahuku keras, membuatku meng-aduh, "gitu gimana ih!" Anina terdengar gemas.
Aku mengingat kembali tentang pertemuanku kemarin dengan Benji setelah aku menuruti permintaannya untuk ikut dengannya-berburu senja, ternyata ia membawaku ke bukit taman belakang sekolah SMP kami dulu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Eidetic Memory
Teen FictionBagaimana sih rasanya melupakan? Aku ingin mengerti rasanya, Apa rasanya semudah aku mengingat sesuatu? Baiklah.. mungkin ini terdengar aneh, tetapi faktanya aku menderita Hyperthymesia atau HSAM, dimana Aku tak bisa melupakan sesuatu di masa lalu...