10 |

46 11 5
                                    

"TUGAS kalian mana?" Aku dan Anina menoleh, kulihat Inov—ketua kelasku, berdiri disampingku. Raut wajahnya terlihat judes.

Aku merogoh tas ku, lalu mengeluarkan map tugas, "nih."

Inov mengambil tugasku, Anina juga mengulurkan tugasnya. Setelah itu Inov pergi tanpa berucap.

"Si Inov judes amat sih." Anina berbisik pelan ditelingaku, takut si empunya nama tiba-tiba nongol.

Aku mengangguk, "iya, pantes aja jomblo." sahutku.

"Omo, emang lo enggak?" Anina menatapku remeh.

Aku nyengir.

"WEH!" Aku dan Anina tersentak lagi, apaan lagi ini?

Aldi nyengir tanpa dosa, membuatku tergoda menyumpalkan sepatuku di mulutnya itu.

Anina mendengus, "apa lagi!?"

Aldi terkekeh, "lihat iin gak?"

Aku dan Anina bertukar pandang? Iin? Murid baru?

Aku menggeleng, Anina mengernyit heran, "iin anak ips?" tanyanya ragu.

"Buset.. iin yang gendut itu? Ogah." Aldi bergidik. Padahal setauku nama Iin di sekolah ini cuman satu itu.

"Iin yang mana sih?" tanyaku kesal.

"Iin ketua kelas kita, Cha. Durhaka amat lo gak kenal." tuding Aldi. Astaga Iin itu Inov? Asem!

Brakk!

Aku dan Aldi terlonjak kaget, Anina disebelahku menggebrak meja dengan keras, mukanya merah menahan amarah atau kesal menatap Aldi sepenuhnya.

Aldi yang ditatap itu nyengir kaku, "gue duluan deh ya, babayy." ucapnya lalu pergi terbirit-birit.

"Sumpah! Kesel gue sama Aldi!" Anina mencak-mencak.

Aku tertawa geli, "tau tuh, gak jelas."

"Ngerusak suasana."

"Eitsss.. asal lo tau, kalo kelas kita gak ada yang modelnya kayak Aldi bakal garing."

"Yaudah, entar gue basahin." balas Anina simpel.

"Basahin gimana? Mau lo ludahin?" Anina mendelik, menepuk bahuku keras. "Jorok ih!"

Aku tak kalah sewot, "kan ajarannya elo." lalu tertawa.

"Ocha, Anina!" Siapa lagi sih yang manggil?

Kulihat Nilam berlari memasuki kelasku, dengan nafas terputus-putus, "eh, sekarang ke ruang Osis, gih." ucapnya masih mengatur nafas.

Aku dan Anina mengerutkan kening, perasaan kemaren gak ada tanda-tanda rapat osis deh di grup WhatsApp.

"Mau ngapain?" tanyaku heran.

"Gak tau gue, dadakan ini."

"Kebiasaan deh, dadakan mulu. Dikira tahu bulat!" omel Anina. Duh jadi pengen makan tahu bulat di kantin.

"Kok gak bilang di grup aja kemarin, atau tadi, Lam?" tanyaku lagi. 'Kan lebih gampang gitu ya, ketimbang nyamperin kelas satu-satu.

Nilam menepuk jidat, "ya allah, gak kepikiran gue. Tadi setelah dikasih tau Bagas, gue langsung buru-buru aja  ke kelas terdeket."

Aku menggeleng-geleng prihatin, padahal Osis tapi rada lemot gini.
Aku mengambil ponselku, membuka aplikasi WhatsApp.

OSIS BAKTI RAYA 2017-2018

Orizha  :  ngumpul di ruang osis skrg.

Setelah itu aku, Anina, dan Nilam pergi ke ruang Osis.

Eidetic MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang