03 | Angin Yang Berlalu

59 15 4
                                    


SAAT ini aku sudah keluar dari area sekolah, aku berjalan kaki menuju arah pulang. Aku sengaja melambatkan langkahku, masih ingin merasakan angin-angin disekitarku.

Kejadian beberapa tahun yang lalu terukir kembali di ingatanku, pada tanggal yang sama, namun ditahun yang berbeda.

16 Juli 2005.

Saat itu aku sedang menunggu Ayah menjemputku, biasanya Ayah selalu menjemputku karena jam pulangku sama dengan jam istirahat Ayah dikantor.

Aku duduk di ayunan sekolah, jenuh karna tidak ada siapa-siapa, sambil menguap menahan kantuk, aku melihat si cowok kecil itu berjalan membawa setumpuk kardus.

Kardus yang ia bawa banyak, bahkan untuk ukuran tubuh kecilnya. Aku memandangnya penasaran.

Cowok kecil itu melintas didepanku, kepalanya menoleh ke arahku, ia menyeringai lebar lalu mengedipkan sebelah matanya. Aku melotot, lalu menjulurkan lidahku. Tapi ia tidak peduli, cowok kecil itu terus melanjutkan langkahnya.

Sampai cowok kecil itu berhenti, lalu mulai menyusun kardus baloknya, dan tadaaa... seperti sulap ia menyusun kardus itu menyerupai tenda, bukan tenda juga sih, tapi aku menyebutnya tenda karna atapnya terbuat dari kolong yang ada di mainan perosotan.

Dengan santainya, ia duduk lalu melihat ke arahku, tiba-tiba ia menjulurkan lidahnya. Aku cemberut, lalu membuang muka.

Jadi cowok kecil itu juga menunggu orangtuanya menjemput.

Lalu tiba-tiba saja, aku merasakan ayunan disebelahku bergerak, aku menoleh, cowok kecil itu telah duduk disampingku. Aku mengerutkan kening, "kok disini?" Cowok kecil itu menggendikkan bahu, "padahal aku udah buat markas, tapi masih terasa sepi." ucapnya tertunduk.

Eidetic MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang