╭ ibu ╮

45 16 1
                                    

– ·– ·–· ––· · –   –·· ·· – · –– ··– –·– ·– –·

"Berapa tahun?"

"Entahlah, aku sedang tidak ingin mengingatnya."

Mata biru lautnya menatap tanah gembur di bawahnya, dengan batu nisan menancap pada ujung salah satunya. "... Aku terkejut kali ini kau setuju untuk menemaniku, Zack."

"... Aku tidak familiar dengan kuburan," ujar pemuda berkawat gigi di sisinya. "Kedua orangtuaku tidak dikubur."

"Maaf jika kau risi--"

"Tidak, tidak apa."

Kedua remaja itu menatap satu sama lain, lalu bergeming.

"... Aku akan menunggu," ujarnya, "kau bisa lakukan apa saja. Itu ibumu."

Mengembuskan napas berat, pemuda bermata biru itu berjongkok. "Bu," bisiknya. "Aku.... merindukanmu."

Setelahnya, ia kembali berdiri. Disenggolnya lengan Zack, mengajaknya kembali ke asrama.

Namun temannya itu masih bergeming.

Malah, kini ia berlutut di sisi kuburan itu. "Hai Tante, mungkin kita belum pernah ketemu sebelumnya... tapi aku dan Okto sudah berteman entah berapa tahun lamanya.

"Okto itu pintar, dia berhasil meraih rank pertama nyaris tiap tahun. Dan ternyata ia juga memiliki sisi kepemimpinan yang bagus, ia bahkan menjadi ketua OSIS sekarang. Aku tidak tahu seperti apa dirinya dulu, dulu sekali sebelum bertemu dengannya. Namun Okto terus berkembang menjadi lebih baik, Tante tidak usah khawatir.

"Aku juga tahu Okto tengah memerangi penyakit yang ia derita. Namun selama satu tahun terakhir, ia merasa dirinya baik-baik saja. Tidak ada teriakan, bayangan-bayangan yang mengintainya... tiap kali aku mendengar cerita Okto mengenai dunianya, aku selalu takut. Namun Okto sangat kuat, ia masih bertahan hingga sekarang. Itu yang kukagumi darinya.

"Oh iya, Tante, soal jodoh memang hanya ada di tangan Tuhan. Walau dia ganteng, berkharisma, dan pinter gini ternyata belum ada cewek yang minat sama dia. Mungkin pake slogan kayak keep the best for the last ya, Tante?

"Kesimpulannya sih," ia berdeham, "Okto itu spesial, Tante pasti seneng kalau bisa liat anak Tante udah kayak gini. Makasih ya Tante, sekarang dia jadi salah satu teman terbaikku."

Ia beranjak, lalu menatap temannya yang... kini berwajah beku.

"... Untung ada orang kayak gua, bayangin lu sendiri ngomong kayak gitu doang. Apa serunya coba?!" pekiknya, bahkan hingga gaya bicara aslinya keluar.

Okto terbahak. "Ayo, kita harus kembali," ujarnya. "Cukup bermain-main dengan ibuku."

"Gak main-main, serius loh," balasnya. Ia tersenyum dalam hati, Bu, aku akhirnya bisa membuat temanku senang

[ Judul lagu dari playlist acak ]
NPC'S 30 Days Writing Challenge
Sixteenth Day

note:

[ Memproses data untuk menyingkirkan target terakhir berdasarkan cuplikan yang telah tersedia ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ Memproses data untuk menyingkirkan target terakhir berdasarkan cuplikan yang telah tersedia ]

Not a Silver Lining: NPC's 30 Days Writing ChallangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang