-TWENTYSIX-

29 9 4
                                    


Mata Devano tiba-tiba terbelalak kaget, seketika ucapan Sandra tadi, itu adalah jawaban dari semua jawaban yang Devano tunggu.

"Maksud Lo? Itu kalung yang dikasih sama anak kecil itu?" Mata Devano terlihat sangat kaget, ketika memandang wajah Sandra.

"I-iya, anak cowok itu jatuhin kalung ini. Aku coba balikin kalung ini, tapi anak cowok itu pergi sama anak perempuan itu, aku coba panggil dia, tapi dia gak denger. Akhirnya aku simpan baik-baik kalung ini. Satunya-satunya kenangan dari dia." Suara Sandra berubah menjadi serak, dan air matanyapun terjatuh kepipinya itu.

Devano menghembuskan nafasnya kencang, dan tiba-tiba memeluk tubuh Sandra dengan kencang, bahkan sangat kencang.

Devano tak kuasa menahan air matanya, suasana hatinya kini sangat haru, dia tak menyangka akan bertemu dengan orang yang selama ini dia cari-cari.

Dan bodohnya dia, dia tidak menyadari dari dulu bahwa Sandralah orang itu, gadis kecil yang sangat ia cintai, gadis kecil yang selalu ada di lukisan besar di kamarnya. Cinta pertamanya.

"San, ini gue... Gue... Cowok itu, kalung itu punya gue, kalung yang gue jatuhin waktu itu, maaf gue gak dateng ketaman itu, maaf..." Devano terus memeluk tubuh Sandra dengan erat.

Sandra melepaskan pelukan Devano dan mencoba menerka, apa yang Devano bicarakan?

Dengan mata dan ekspresi yang sangat bingung Sandra bertanya pada Devano. "Maksud Lo? Ini kalung Lo? Jadi arti huruf dari kalung ini? DK? Devano kharisma? Dev, jawab?"

Devano menggenggam tangan Sandra dan menatapnya. "Bandung, Beberapa tahun lalu, ditaman hijau, jam 16.00 sore. Kita nyanyi dan nari sama-sama, gue bilang  suara Lo baguskan? Dan tiba-tiba, hujan dateng, terpaksa gue harus pulang dan disitulah gue ninggalin lo sendiri di tengah hujan, gue gak sadar kalung gue jatuh disana, dan saat itu juga gue sadar, kalung gue hilang dan cinta pertama gue juga hilang."

Sandra menutup mulutnya, tak percaya dengan apa yang Devano katakan tadi, semua ceritanya dan cerita Devano, menyatu dan semua itu benar.

"Kenapa gue bodoh banget sih Dev? Kenapa? Kenapa gue gak nyadar? kenapa gue baru cerita ini semua ke Lo? Kenapa gak dari dulu dev? Kenapa? Kenapa gue bodoh?" tangis Sandra pecah disitu.

Devano mengusap air mata Sandra. "Bukan cuman Lo yang bodoh San, bukan Lo. Tapi gue juga, gue gak pernah nyadar kalo Lo itu cinta pertama yang gue cari, gue bodoh banget, melebihi Lo san...." Devano memukul kepalanya pelan.

Sandra menggelengkan kepalanya masih tak percaya. "Dan sekarang kenapa ini terjadi? Kenapa baru sekarang gue tau Dev? Kenapa? Disaat Lo udah sama Bianca, dan gue baru tau. Kenapa? Gue udah terlambat Dev, sangat terlambat." Sandra tersenyum miris.

Devano kembali menarik tubuh Sandra kedalam pelukannya. "Entah apa yang gue pikirin sekarang San, gue bingung. Gue seneng, bisa tau kebenaran ini semua, tapi gue juga sedih, kenapa baru sekarang? Gue terlanjur sayang sama Bianca, dan hari ini Lo dateng, dan tiba-tiba hati gue bingung dengan dua pilihan ini? Gue harus gimana San?" Devano terasa sangat frustasi dengan semua ini, entah apa yang dia pikirkan, terasa sedang terombang-ambing dilautan luas.

Sandra tak kuasa menahan air matanya ini, ia tahu dulu dia sangat mencintai Devano, tapi Devano tidak pernah membalas cintanya, bagai cinta yang bertepuk sebelah tangan.

Dan dia juga tahu, dia belum bisa meninggalkan Devano, dia juga tak bisa mengelak bahwa dia sangat mencintai Devano, dan sandra juga mengerti bahwa Devano hanya untuk Bianca.

"Udah Dev, udah. Gue gak mau kejadian kemarin terulang lagi, Gue gak mau. Walaupun Gue tau, Gue masih sangat sayang sama Lo. Tapi, mungkin Tuhan berkehendak lain, Lo udah sama Bianca. Dan Gue juga udah telat Dev." Ujar Sandra yang sangat sedih.

Sandra melepaskan pelukan Devano, dan mencoba menguatkan Devano.

"Udah Dev, ini semua udah diatur sama Tuhan, kita udah tau cerita yang sebenarnya itu gimana, gue seneng kok udah ketemu sama cinta pertama Gue, walaupun harapan Gue buat bersama sama cinta pertama Gue itu pupus, yaudah gakpapa. Gue percaya sama rencana Tuhan selanjutnya" Sandra tersenyum sambil mengelus pipi Devano.

Mata Devano masih kosong, otaknya kini berputar sangat kencang, tapi tidak teratur dan sangat berantakan, hatinya kini entah dimana, dan dia tidak tahu apa yang ada dipikirannya sekarang.

"Devano, Lo gakpapakan?" Sandra menatap Devano yang memerah.

Devano hanya menggeleng, tetap dengan tatapan matanya yang kosong.

"Gue tau, Lo bingungkan? Gue juga Dev, seakan otak ini mau pecah, dan ya... Gue tau kok Devano itu anaknya kuat, masa sama masalah ginian doang langsung down? Ayo, mana Devano yang Sandra kenal?" Sandra mencoba memecahkan pikiran kosong Devano, dengan senyuman manisnya.

Devano menatap Sandra, dan sedikit menyunggingkan senyumannya.

"Okay Dev, makasihnya. Lo udah bisa menguak cerita Gue ini, gak sia-siakan Gue curhat sama Lo? Hh, Gue bener-bener seneng kok Dev, makasih banyak." Sandra tersenyum manis pada Devano.

Devano menggenggam tangan Sandra dengan erat.
"Lo gak bisa bilang makasih ke Gue, Lo yang berperan sangat membantu. Gue yang harusnya bilang makasih, dan Gue juga mau minta maaf, maaf Sandra. Maaf." Devano menatap Sandra.

Sandra melepaskan genggaman Devano, tak kuat rasanya, harus menatap mata Devano, tak kuat rasanya harus digenggam erat oleh Devano, dan tak kuat rasanya berada dipelukan Devano.

"Apapun itu makasih Dev, kayaknya Gue butuh waktu sendiri, maaf Devano...." Sandra bangkit dari tempat duduknya dan mencoba meninggalkan Devano.

Tapi dengan sigap, Devano menahan lengan Sandra, dan menatapnya lagi.

"Please ...." Ucap Sandra lirih.

Devano masih menatap Sandra, dan akhirnya genggamannya  melemah dan terlepas dari lengan Sandra.

Sandrapun dengan cepat, melangkah meninggalkan Devano sendiri disana.

Demi apapun itu, maaf Devano Gue harus pergi, Gue gak punya kekuatan lebih kaya Lo, gue gak kuat kalo harus deket sama Lo kaya gitu. ~ Ucap Sandra dalam hati. Sambil terus menyeka air matanya.

Sekarang hati Gue terguncang, apa yang bakal gue lakuin setelah ini? Maafin Gue Sandra, Bianca.... ~ Devano.


~~~

Cinta itu dinamis, harus siap bahagia, dan harus siap jatuh, sejatuh-jatuhya.





Vote dan comment
Sangat membantu❤

D AND B [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang