Tujuh Belas

304 86 5
                                    

Shin Hye tidak mengajak minum ditempat yang jauh, tapi di kantin kejaksaan saja sebab tahu Yong Hwa masih dalam jam kerja. Dirinya sendiri sedikit santai.
"Kau hebat juga rupanya. Aku sampai terpesona melihatmu tadi." puji Shin Hye, lama-lama dirinya jadi terbawa style jaksa ini yang selalu blak-blakan dan gede rasa.
"Itu belum seberapa, aku belum menunjukan kehebatanku yang sesungguhnya. Ketika aku bekerja mengeluarkan segenap kemampuanku, kau akan lebih terkaget lagi." jawabnya tetap jumawa. Dan semakin saja gede kepala. Shin Hye mencibir, ia menyesal telah melontarkan pujian itu.

Yong Hwa tersenyum melihat Shin Hye mencibir. "Aku sendiri sebetulnya tidak suka dengan sikapku yang gede kepala itu. Tapi itu sebuah fakta. Kemarin itu karena aku malas, aku tidak punya semangat bekerja. Sebisa mungkin aku ingin melawan kepada ayahku, dan membuatnya kesal. Sebab Abeoji telah memaksaku untuk mengikuti jejaknya." ocehnya. "Apa ayahmu juga seorang detektif?" tolehnya.
"Aniyo. Appa bekerja di bank, Appa seorang akunting."
"Dan ibumu?"
"Eomma bekerja di hotel. Eomma hanya seorang Butler, atau tepatnya kepala para butler. Dan Eomma sangat mencintai pekerjaannya itu."
"Lalu kenapa kau memilih jadi detektif?"
"Aku tidak sengaja memilih profesi ini. Karena sejak SMA aku sangat baik dalam pelajaran olah raga, dan teman-temanku menyarankan agar aku masuk akademi kepolisian. Tanpa alasan aku mendaftar, ternyata diterima. Jadi aku lanjutkan saja." cerita Shin Hye.
"Menyenangkan bila di dalam satu keluarga ada banyak profesi, pasti banyak cerita. Tidak seperti di rumahku, pembicaraan tentang hukum dan kejaksaan selalu yang mendominasi obrolan kami."
"Tapi sekarang kedua orang tuaku sudah tiada, aku tidak bisa lagi bercerita tentang profesi dengan mereka." ungkap Shin Hye sendu.
"Kau bisa bercerita denganku mulai sekarang." senyum Yong Hwa penuh harap.

Shin Hye mengurai senyum. Ketika diliriknya jam di pergelangan tangan ia segera menandaskan minumannya.
"O ya, kau pasti harus segera kembali ke kantor. Aku pun harus bertugas kembali. Aku harus pergi. Terima kasih untuk waktunya." Shin Hye berdiri.
"Kau tidak akan menunggu kopiku habis?" tanya Yong Hwa tidak ingin segera ditinggalkan Shin Hye.
"Lain kali saja kita minum lagi. Aku pergi, Jung Geomsa." pamit Shin Hye.
"Kau janji kita akan minum lagi..."
"Eoh." tukas Shin Hye sambil berlalu pergi. 

Yong Hwa menuju ruangan jaksa kepala Han dengan mental siap diomeli. Tapi orang tua itu tidak berani barang untuk menegurnya kenapa tidak langsung datang ketika dia memanggilnya. Jaksa kepala Han begitu takluk olehnya. Dia justru memuji tuntutan yang diajukan Yong Hwa yang sangat fokus namun penuh perhitungan. Dia hanya mengingatkannya untuk tetap teguh tidak terpengaruh apa pun. Yong Hwa meninggalkan ruang jaksa kepala dengan seringai sumbang.
📎

Sekeluarnya dari kantor kejaksaan wilayah, Shin Hye membawa mobilnya ke hotel tempat ibunya bekerja dulu. Ia menemui kepala departement housekeeping dimana ibunya menjadi staf 13 tahun yang lalu. Dan 13 tahun bukan waktu yang singkat. Sekitar 2 tahun lalu Shin Hye pun pernah menemuinya untuk tujuan yang sama, namun kala itu tidak banyak informasi yang didapatkannya membuatnya menyerah pada saat itu. Sekarang ia ingin memulainya lagi.
Kepala departemen housekeeping atau Housekeeping Manager itu rupanya sudah berganti orang. Shin Hye kembali menjelaskan maksud kedatangannya, dan orang baru itu mengaku sama sekali tidak tahu peristiwa 13 tahun lalu yang melibatkan kepala butler kala itu dengan kematian seorang chaebol di hotel mereka.

"13 tahun yang lalu? Aku bahkan masih di bangku kuliah kala itu, Hyeongsa-nim." ujar pria yang mungkin usianya tidak jauh dari Shin Hye, paling antara 5-6 tahun diatasnya. Dengan seringai sinis.
"Barangkali ada file yang bisa saya pelajari dari kejadian itu." pinta Shin Hye.
"Aniya." jawabnya tak acuh.
"Kepala departemen sebelum Anda, mengatakan ada semacam catatan harian butler yang wajib diisi oleh semua anggota butler. Apa saya boleh meminjam itu, Tuan? Visum harian butler tahun dimana terjadi kematian seorang chaebol di salah satu penthouse hotel ini."
"Minta saja padanya kalau dia yang telah menjanjikan itu padamu." tukasnya sombong.
Shin Hye langsung bisu.

Ia keluar dari kantor megah kepala departement housekeeping dengan wajah muram. Kepala departemen itu sama sekali tidak salah. Bagaimana pun dia melindungi rahasia perusahaan. Apalagi kejadiannya sudah 13 tahun yang lalu. Shin Hye berjalan lunglai menuju basement, tapi di pintu lift seseorang memanggilnya. Seorang dengan pakaian Room Attendant~yang bertugas merawat dan membersihkan kamar hotel, tiba-tiba memanggilnya.
"Agashi!" teriaknya.
Seorang wanita berusia hampir 50 tahun tergopoh-gopoh menghampirinya. Shin Hye batal memasuki lift.
"Ajhumma perlu padaku?" tanya Shin Hye menunjuk dadanya sendiri.
"Ini alamat rumahku, datanglah Agashi ke alamat ini sore sekitar pukul 5 setelah kupulang kerja." tangannya menyelipkan secarik kertas ke saku coat Shin Hye.
"Eoh, nde." angguk Shin Hye meski bingung.

Memang siapa wanita ini? Apa dia tahu tujuan kedatangan Shin Hye ke hotel itu? Apa dia menguping saat dirinya berbicara dengan manager mereka? Shin Hye lalu membungkuk saat pintu lift terbuka. Dan ia melangkah memasukinya. Di dalam lift ia melihat carikan kertas itu yang bertuliskan sebuah alamat. Tentu ia akan mendatanginya sore nanti untuk memenuhi rasa ingin tahunya yang amat sangat.
📎

Wanita itu adalah seorang Room Attendant senior. Ia bekerja sebagai RA di hotel itu sudah hampir 20 tahun. Seorang RA berdampingan tugasnya dengan butler. Hanya yang membedakan, butler banyak berinteraksi dengan tamu hotel, RA bekerja di belakang layar. Seorang tamu hotel akan komplain mengenai kebersihan kamar misalnya kepada butler yang posisinya seolah asistent pribadi tamu selama mereka berada di hotel.
13 tahun lalu, ajhumma itulah yang bertugas membersihkan penthouse. Ajhumma itu juga yang membersihkan darah chaebol yang mati ditusuk oleh seorang jaksa. Ajhumma sesungguhnya salah satu saksi paska kejadian tragis tersebut.
"Agashi seorang detektif bukan?" tatap Ajhumma setelah Shin Hye berada di ruang tamu rumahnya.
"Nde." angguk Shin Hye.
"Apa Agashi ingin menyelidiki kasus kematian chaebol 13 tahun lalu yang ditusuk jaksa?" tanyanya lagi.
"Mwo...?"
"Apa kasus ini akan dibuka lagi?"
"Maksud Ajhumma?" Shin Hye mengernyitkan dahi.
"Kasus ini tidak jelas ujungnya bukan? Tidak diketahui jaksa siapa yang telah menusuk chaebol itu. Kasus ini dibiarkan menggantung kemudian dipetikemaskan sehingga masyarakat tidak tahu siapa yang bersalah. Karena tersangkanya seorang aparat penegak hukum barangkali, sehingga aib bagi perangkat hukum negeri ini jika diketahui siapa orang bersalah itu." ceracau ajhumma.
"Geuraeyo, Ajhumma?" kening Shin Hye kian mengernyit. "Aku melakukan penyelidikan ini karena ibuku seorang butler. Dan ada misteri yang menyelimuti kematiannya."
"Ibumu seorang butler? Nugu..? Apa butler di hotelku?"
"Majayo, Ajhumma. Ireumi Hwang Ji Ah. Ibuku kepala butler."
"Aigo... jeongmalyo?" ganti ajhumma yang terkaget.
"Ibuku meninggal 13 tahun lalu karena terkena stroke, dan meninggal di RS pada hari kedua di ICU. Ayahku mencurigai selang oksigennya ada yang memotong, Ajhumma."
"O may!" ajhumma membungkam mulutnya sendiri dengan jemari. "Benarkah itu yang sesungguhnya terjadi dengan kepergian kepala butler Hwang?" ajhumma semakin kaget.
"Kebenarannya itu justru sedang kuselidiki sekarang, Ajhumma. Terlambat memang. Dan sudah kadaluarsa. Tapi setidaknya aku tahu kebenaran yang membuat ibuku menghembuskan napas terakhirnya benar karena seseorang memotong selang oksigennya atau bukan?"
Ajhumma speacless mendengar itu.

Bukan saja ajhumma yang kaget mendengar fakta kematian kepala butler Hwang. Shin Hye pun tak kalah kaget mendengar penusukan chaebol oleh jaksa hingga tewas. Apa kasus ini yang menjadikan Lee Kang Hwi sebagai saksi kunci itu? Kening Shin Hye semakin berlipat-lipat.
Dengan rasa penasaran menggunung ia mulai mendengarkan cerita ajhumma tentang kasus itu. Dimulai sejak ajhumma membersihkan kamar berdarah setelah dilakukan pemeriksaan oleh polisi. Chaebol itu tidak meninggal di tempat. Setelah ditusuk dia sempat dilarikan ke RS namun nyawanya tidak tertolong.

TBC

Justice of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang