Di sebuah kafe Shin Hye sudah duduk menunggu dengan tidak sabar. Sekali-kali matanya menengok pergelangan tangan, tapi tidak berani mempergunakan smartphone-nya untuk bertanya kepada Yong Hwa sudah sampai dimana. Sebab ia tahu Yong Hwa sedang di belakang kemudi. Namun akhirnya yang ditunggunya itu tak urung datang.
"Kau sudah lama menunggu?" tanyanya.
"Eoh. Hampir 1 jam." jawab Shin Hye.
"Aigo... mianhe! Macet dibeberapa titik. Biarkan aku minum dulu, eoh?" pintanya seraya melambaikan tangan meminta pelayan menghampiri.Yong Hwa memesan secangkir kopi, setelah itu pun ia masih menunggu pesanannya datang. Setelah menghirup kopinya hingga separuh cangkir, baru tangannya merogoh selembar dokumen dari dalam tasnya, lalu menyerahkannya kepada Shin Hye.
"Igho."
"Bagaimana hasilnya?" tatap Shin Hye seraya mengambil lembar rekam medis itu.
"Dokumen itu bukan asli alias hasil edit." tukasnya.
"Siapa yang mengeditnya dan atas perintah siapa?" pertanyaan Shin Hye memburu.
Sebaliknya Yong Hwa, terdiam tidak segera menjawab. Tangannya meraih lagi cangkir, terkesan mengulur waktu untuk menenangkan debaran jantungnya."Jung Geomsa?" Shin Hye yang tidak sabar bertanya lagi.
"Kau janji tidak akan shock?" tanyanya membuat Shin Hye malah mulai berdebar. "Janji?" desaknya.
"Nu-gu..?" tanyanya dengan suara pelan sedang matanya menatap iris mata Yong Hwa lekat.
Yong Hwa terlihat memejamkan mata seraya menunduk.
"Samchunie...?" tebak Shin Hye. Yong Hwa menggeleng.
Mata belo Shin Hye mencoba mengira-ngira dengan menatap tajam mata Yong Hwa. Tapi benaknya tidak bisa menebaknya. Jadi ia hanya menunggu Yong Hwa mengatakannya."Orang itu... jaksa kepala wilayah kala itu. Samchun mendapat perintah darinya." ucap Yong Hwa dengan berat.
"Jaksa kepala wilayah?" ulang Shin Hye.
"Saat ini jabatannya jaksa agung." tambahnya.
Sejenak kepala Shin Hye loading mendengar jawaban itu. Tapi lalu matanya melotot menyadari siapa orang yang dimaksud Yong Hwa.
"Maksudmu, orang itu ayahmu, Jung Geomsa?" tanyanya.
Yong Hwa mengangguk.
"Benar?"
"Nde."Shin Hye merapatkan punggungnya pada sandaran kursi, sekujur tubuhnya terasa lemas. Apa telinganya tidak salah mendengar? Ayah pria ini yang telah memerintahkan rekam medis ibunya direkayasa? Seakan mengidap sakit parah sejak datang ke RS, seperti yang tertulis di dalam rekam medis yang ada di tangannya. Dan dengan itu bisa diramalkan pula apa tujuannya? Lebih lanjut terbaca dalam benak Shin Hye, siapa yang memotong selang oksigen ibunya? Atau siapa orang yang memerintahkannya? Ya, tentunya tiada lain dan tiada bukan...
Seketika ia bangkit dari duduknya, dengan tergesa tangannya meraih tas dan coat serta lembar rekam medis tersebut. Lalu tanpa permisi ia melangkah ke arah pintu. Yong Hwa memejamkan mata, tapi segera ia pun bangkit dari kursi. Dari saku celananya ia merogoh dompet, mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar minuman mereka, lalu meletakannya diatas meja dan segera menyusul Shin Hye yang sudah jauh diluar.
Shin Hye lari menuju roda empatnya, ia bermaksud segera meninggalkan tempat itu. Tapi entah apa yang terjadi dengan tangannya karena sulit sekali hanya menarik handle pintu. Pintu mobil itu tidak mau terbuka. Tangannya yang gemetar membuat tenaganya hilang. Sedang tangis mendesak di kerongkongan. Akhirnya ia menekuk kakinya yang lemas di samping ban mobilnya, ia menangis dalam posisi jongkok.
Yong Hwa yang sudah menduga akan semua itu, melihat dari kejauhan dan akhirnya berjalan menghampiri. Ia hanya berdiri menatap Shin Hye yang sesegukan di kaki roda empatnya, tanpa bisa melakukan apa-apa. Ia tidak tahu harus berbuat apa atas luka yang dirasakan Shin Hye karena dosa ayahnya tersebut.
"Mianhe." bisiknya.Beberapa menit berselang, Shin Hye menghentikan tangis dan menghapus air matanya. Baru ia bisa berdiri dan menekan unlock pada remote kunci dengan benar, tangannya dengan mudah menarik handle pintu. Yong Hwa hanya menatap kala mobil itu lalu meninggalkannya. Tubuhnya sendiri terasa amat lelah. Ia memburu mobilnya setelah mobil Shin Hye jauh meninggalkan pelataran parkir kafe.
🎑Shin Hye membawa roda empatnya ke sungai Han. Ia ingin membicarakan itu dengan Immo namun saat ini lidahnya kelu. Air matanya tidak juga mau henti. Bagaimana ia melaporkan hal itu kepada Immo? Bahwa seorang jaksa kepala wilayahlah yang menginginkan kematian ibunya. Dimana saat ini jaksa kepala itu menduduki jabatan jaksa agung. Ibunya dibunuh, fakta itu sangat mengiris hatinya. Lalu apa kesalahan ibunya sampai harus mengalami ini? Dosa apa yang dilakukan ibunya kepada jaksa kepala wilayah kala itu?
"Eomma... Eomma..." hanya itu yang sanggup diucapkannya diantara sedu sedan tangisnya.
Ia terus saja menangis.Jika sekarang ingin menuntut jaksa agung itu atas dosanya yang telah membunuh ibunya, kasusnya sendiri sudah kadaluarsa. Karena sudah lebih dari 10 tahun. Lantas orang yang akan dituntut itu pun seorang jaksa agung, mana dirinya memiliki kekuatan. Jaksa siapa yang akan mau mengikuti permintaannya sebab tidak akan ada jaksa yang berani membuat tuntutan kepada pimpinannya sendiri? Itu antara lain yang membuatnya sulit menghentikan tangis.
Tapi akhirnya tangisnya berhenti. Mendengar smartphone-nya terus saja berbunyi. Immo pasti sangat mengkhawatirkannya. Jam-jam begini harusnya dirinya sudah di rumah, sebab kalau melaksanakan tugas luar atau pulang telat ia pasti akan mengabari Immo. Itu pasti yang membuat Immo terus membunyikan smartphone-nya. Shin Hye berulang kali menghela napas dalam sebelum menyahuti panggilan telepon itu, berusaha membuat suaranya terdengar biasa.
"Nde, Immo. Yobseyo."
"Shin Hye-ya, eodhiga-yo? Apa kau sakit? Suaramu kenapa serak?" Immo benar mengkhawatirkannya.
"Aniyo, hanya agak pilek."
"Kau dimana sekarang? Apa masih di kantor?"
"Aku sudah akan pulang, Immo. Sedang di jalan."
"O ya sudah, hati-hati kalau begitu!"
"Eoh."
Shin Hye segera berdiri meninggalkan sungai Han.
🎑Sekeluarnya dari kafe Yong Hwa mengarahkan roda empatnya ke rumah orang tuanya. Bagaimana pun ia harus mendengar klarifikasi semua itu dari ayahnya. Jaksa Agung Jung Jin Seok dengan istrinya tengah makan malam kala ia tiba di rumah. Makan malam yang telat, sebab mungkin ayahnya baru pulang. Abeoji memang selalu menyukai makanan rumah yang disediakan Eommoni.
"Yong Hwa-ya, kau pulang? Tepat sekali Abeoji baru akan makan. Ayo sini kita makan! Sudah lama sekali kita tidak makan bersama." ajak ayahnya.
Yong Hwa melangkah ke ruang makan. Menarik kursi di sayap kanan ayahnya.
"Apa kau bekerja dengan sangat giat sekarang? Kenapa jarang sekali pulang?" protes ibunya seraya menyendokan nasi ke dalam piringnya.
"Eoh." jawabnya pendek.
"Geurae? Bekerja dengan baik itu menyenangkan bukan?" senyum ayahnya pula.Dia sudah mendengar buah hatinya itu bekerja dengan baik sekarang.
"Abeoji, malam ini apa bisa kita bicara 4 mata? Ada hal yang ingin aku tanyakan kepada Abeoji." ucapnya terdengar dingin.
"Eommoni ikut mendengarpun pasti tidak akan paham, Yong Hwa-ya." sela ibunya tersinggung.
"Tentang apa? Kenapa harus 4 mata segala?" ayahnya menatap sedikit heran.
"Nanti saja aku katakan. Yang jelas ini masalah pekerjaan, Eommoni. Bukan masalah yang lain." Yong Hwa menandaskan dengan nada bicaranya yang terdengar asing bagi ibunya. Maka ia pun tidak bicara lagi.Makan malam pun berjalan dalam suasana sunyi. Padahal seharusnya banyak cerita diantara mereka, sebab Yong Hwa baru pulang dan sekarang ia mulai berubah. Tapi anak itu sendiri menciptakan suasana menjadi serius. Tidak sepatah katapun terucap dari bibirnya. Tidak ada ungkapan manja yang dilontarkannya kepada ibunya. Terlebih bersikap malas yang sering memancing omelan ayahnya. Yong Hwa berubah menjadi sosok yang tidak dikenali kedua orang-tuanya. Itu yang membuat suasana di meja makan terasa senyap.
Karena begitu penasaran, selesai makan dia pun membawa Yong Hwa ke kamar kerjanya.
"Apa yang membuatmu berubah sedingin ini? Eommoni sampai kebingungan melihatmu." tatap ayahnya heran.
"Aku ingin mengklarifikasi kasus 14 tahun lalu tentang pembunuhan chaebol Do Jae Won di penthouse Seoul Hotel. Kim Dong Il Samchun pun sudah mengakui dirinyalah yang menusuk Do Jae Won hingga tewas. Kenapa Abeoji harus membunuh juga kepala butler Seoul Hotel dan suaminya? Apa kesalahan mereka?" tatap Yong Hwa sungguh diluar dugaan.TBC
Apa kira-kira jawaban ayah Jung, readers?
KAMU SEDANG MEMBACA
Justice of Love
AksiADA PART-PART YANG DIPRIVATE Bertemu pria gede rasa 1000 kali lebih menjengkelkan daripada berhadapan dengan seorang penipu dan pembohong kelas kakap. Shin Hye memilih berdebat dengan penjahat saja yang jelas dosanya segunung, daripada berhadapan de...