Dua Puluh Tujuh

276 91 8
                                    

Menepati ucapannya Yong Hwa mulai konsentrasi membuat draf pengajukan permohonan kepada hakim untuk mengangkat kembali kasus 13 tahun lalu. Saat meminta persetujuan jaksa kepala pidana dan jaksa kepala wilayah, mereka kaget tak terkira. Dan tentu saja mereka menolak.
"Apa ini artinya aku harus mencari jaksa lain yang bersebrangan dengan ayahku, Han Suseog-nim?" tatap Yong Hwa kepada atasannya, jaksa kepala bidang pidana.
"Tolong dijaga sikapmu, Jaksa Jung! Pekerjaan ini bukan untuk bermain-main apalagi untuk sok-sokan menunjukan siapa kau." peringat jaksa itu yang menilai canda Yong Hwa untuk unjuk gigi keterlaluan.
"Apa maksud Anda sok-sokan? Aku serius ingin menyeret ayahku sebagai tersangka kasus pembunuhan chaebol Do Jae Won di penthouse Seoul Hotel 13 tahun yang lalu, Jaksa Kepala Han." tandas Yong Hwa. "Itu hanya pemberitahuan saja kepada Anda tentang apa yang akan aku lakukan, Anda tidak mengijinkanku pun aku akan maju terus." tegasnya sambil berbalik meninggalkannya.

Jaksa Han langsung membuat sambungan telepon melaporkan hal itu kepada Jaksa Choi Woo Jin.
"Apa...? Yong Hwa kenapa, Jaksa Han?" suara asisten jaksa agung itu pun sama kaget.
"Dia tampak tidak main-main, Jaksa Choi. Mengatakan ingin menyeret ayahnya atas kasus 13 tahun yang lalu." dia amat sangat cemas.
Sebab sadar semua itu muara dari tugas yang ia berikan kepada anak jaksa agung tersebut untuk membawa saksi kunci kasus itu dari kantor polisi dihari pertamanya berkantor disana.
"Apa memang yang terjadi? Mengapa dia tiba-tiba seperti itu?"
"Saya pun tidak paham, namun dia mengatakan tetap akan melakukannya walau tidak mendapat ijin dari kami, Jaksa Choi." sekarang dia gemetar.

Choi Woo Jin tidak bicara lagi, ia langsung menutup sambungan telepon untuk melaporkan apa yang terjadi kepada jaksa agung. Jung Jin Seok luar biasa marah. Saat itu juga ia menekan nomor kontak putra semata wayangnya tersebut.
Yong Hwa sedang terduduk di kursinya kala smartphone-nya berbunyi. Di ruangannya ada Kwang Hee dan Su Ho yang sedang mengobrol dengan Lee Joon. Mereka tengah membicarakan pertandingan softball yang diikutinya dalam turnamen olah raga tahunan. Mereka segan mengajak Yong Hwa turut serta dalam turnamen tersebut sebab Yong Hwa tampak begitu sibuk. Bahkan dia menolak untuk diajak bicara masalah apa pun, berlagak sama sekali tidak bisa diganggu. Maka mereka hanya bicara bertiga saat Yong Hwa menyahuti panggilan dari smartphone-nya.
"Yobseyo."
"Noe micosso...? Apa yang kau lakukan?" suara ayahnya langsung meradang.
"Sudah aku jelaskan kepada Abeoji, bahwa aku akan membuka lagi kasus itu." Yong Hwa tidak kalah keras kepala.
"Hentikan! Jangan membuat masalah denganku. Atau kau kupecat!"
"Aku sudah katakan kepada Jaksa Kepala Kang, aku akan melakukannya walau tanpa ijin siapa pun."
"Jadi kau akan menantangku?"
"Aku berencana membicarakan niatku itu dengan jaksa yang bersebrangan dengan Abeoji."
"Jangan membuatku marah, Jung Yong Hwa!"
"Kecuali ada itikad baik dari Abeoji terhadap keluarga korban, aku bisa menjembataninya. Abeoji memohon maaf dengan berlutut di kaki mereka.."
"Kasus itu sudah lama berlalu, untuk apa kau mengungkitnya sekarang?" Jin Seok gemas.

Sementara yang sedang mengobrol di meja Lee Joon seketika hening. Ketiganya sama-sama menatap Yong Hwa.
"Nde, arrayo. Sudah 13 tahun kasus ini berlalu dan sudah selama itu pula anak serta keluarga korban yang ditinggalkan menderita. Sepantasnya Abeoji datang kepada mereka untuk berlutut dan memberikan uang kompensasi atas penderitaan mereka kehilangan tulang punggung keluarga." Yong Hwa semakin berani.
"Tutup mulutmu! Selangkah lagi saja kau melaju memperkarakan kasus yang sudah terkubur itu, kau bukan anakku lagi."
"Buatku itu lebih baik, Abeoji. Dengan begitu aku akan lebih leluasa lagi menuntutmu."
"Apa sebenarnya yang kau inginkan?"
"Abeoji memohon ampun kepada mereka. 13 tahun mereka sangat menderita."
"Kau mau aku mengakui bersalah terhadap mereka?"
"Nde, majayo."
"Babo! Geurae... Lakukan saja apa yang kau mau, Jung Yong Hwa. Dan kau tunjukan bukti dosa-dosaku itu di pengadilan jika memang kau hebat! Namun jika tidak mampu, kau yang akan balas aku tuntut. Kau telah mencemarkan nama baikku." tantang ayahnya akhirnya.

Lee Joon, Kwang Hee dan Su Ho membekap mulut mereka masing-masing mendengar tantangan itu yang cukup jelas di telinga mereka meski Yong Hwa tidak me-load speaker smartphone-nya. Sedang Yong Hwa terlihat memejamkan mata. Namun dengan berani ia membalas lagi.
"Nde, aku siap menerima semua resikonya, Abeoji!"
Setelah itu tidak terdengar lagi suara ayah dan anak itu. Yong Hwa lantas meletakan smartphone-nya di atas meja. Berkali-kali ia menghela napas dalam.
Lee Joon memberi isyarat kepada Kwang Hee dan Su Ho supaya pergi, mereka pun tanpa suara meninggalkan ruangan itu.

Kabar Yong Hwa yang akan menuntut ayahnya sendiri yang adalah seorang jaksa agung segera menjadi gosip hangat di kantor kejaksaan wilayah. Mereka rata-rata kagum dengan keberaniannya sekaligus ngeri dengan sikap tidak berperasaan Yong Hwa tersebut. Bagaimana memang jaksa agung mendidiknya sehingga memiliki anak yang tidak punya hati seperti itu? Namun staf lama di kejaksaan wilayah yang tahu insiden 13 tahun lalu, membelalakan mata mendengar keberanian anak itu. Mereka meramalkan kejatuhan jaksa agung Jung Jin Seok sudah dekat.

Tapi yang paling membuat penasaran, kasus apa sebenarnya yang membuat Yong Hwa hingga seberani dan setega itu terhadap ayahnya sendiri? Tidak banyak yang tahu. Termasuk ketiga teman Yong Hwa. Mereka sangat tidak menyangka anak pemalas itu akan bertindak out of the box. Selain sebagai ayah, jaksa agung itu adalah pimpinan tertinggi di lembaga kejaksaan. Keberanian Yong Hwa tidak bisa ditolerir.

Kesungguhan Yong Hwa menepati ucapannya sampai juga di telinga Shin Hye. Setelah beberapa hari berselang sejak Yong Hwa menyampaikan fakta menyakitkan tentang kematian ibunya, Shin Hye kembali kepada aktivitasnya. Saat ia sedang minum sendiri di klub sepulang kerja, Lee Joon datang ke tempat yang sama, juga sendirian.
"O... Shin Hye-ya. Sendirian?" sapa Lee Joon.
"Lee Joon Oppa, eoh. Oppa juga sendiri?"
"Iya, semua orang sedang sangat sibuk kecuali aku. Sebelum sampai di rumah aku ingin minum dulu." tukasnya. "Lama tidak bertemu, Shin Hye-ya."
"Nde."
"Kau pun sangat sibuk nampaknya."
Shin Hye hanya tersenyum kecil.
"Apa yang terjadi? Kenapa minum sendiri? Kemana Yu Ri?" berondong pria cantik itu seraya menuang minuman ke gelasnya.
"Aku juga sama dengan Oppa, kabur sendiri disaat yang lain sedang sangat sibuk."
"Gwenchana?"
"Nde, gwenchana."
"Tapi wajahmu tampak lesu."
Shin Hye tidak menjawab hanya meneguk minumannya.

Keduanya lalu sama-sama menikmati minuman pesanan masing-masing seraya saling bisu. Sampai kemudian terdengar lagi suara Lee Joon.
"Apa kau sudah mendengar gosip yang sedang hangat di kantorku?"
"Aniyo. Mwoga...?" toleh Shin Hye.
"Jung Yong Hwa~temanku yang anak semata wayang jaksa agung itu, akan menuntut ayahnya atas kasus yang sudah 13 tahun berlalu. Saat Jaksa Agung Jung menjabat jaksa kepala wilayah."
Seketika gelas berisi wine di tangan Shin Hye yang sedang dimainkannya, tumpah.
"Mwogayo...?" tatapnya tajam, tidak mempedulikan minumannya yang membasahi bar dan gelas yang tergelincir lalu jatuh ke lantai.
"Wheo?" Lee Joon malah heran.
"Jaksa Jung kenapa?" tatapnya semakin tajam.
"Kami semua di kantor kaget mendengarnya, kau tampak lebih kaget lagi."
"Jaksa Jung akan menuntut ayahnya Oppa bilang?"
"Aku mendengar sendiri saat mereka bertengkar di telepon. Yong Hwa berkeras akan membuka lagi kasus 13 tahun lalu dan ayahnya marah. Lalu ayahnya mengancam tidak akan menganggap lagi anak bila Yong Hwa tetap pada pendiriannya hingga akan menuntut balik bila ternyata Yong Hwa tidak bisa membuktikannya di pengadilan. Orang-orang di kantorku berpikir cara Yong Hwa mencari perhatian sudah berlebihan. Dia bisa kehilangan ayah sekaligus pekerjaan dan akhirnya masuk bui. Karena sudah mempermalukan ayahnya sendiri untuk kasus yang sudah kadaluarsa, disamping itu ayahnya itu bukan orang biasa. Sungguh gila."

TBC

Justice of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang