Dua Puluh Satu

395 82 12
                                    

Do Jae Won adalah pemilik JW Group. Perusahaan dengan banyak anak cabang di dalam dan diluar negeri. Dia masuk pada urutan 4 besar chaebol terkaya di Korea Selatan. Tapi JW Group juga yang paling sering berurusan dengan aparat hukum karena berbagai pelanggaran yang dilakukannya. Mulai dari pengemplangan pajak sampai menyelundupkan tenaga kerja ilegal dari Vietnam. Perusahaan ini memang kontroversial. Itulah dulu yang menyebabkannya berurusan dengan kejaksaan. Belum pula usahanya untuk selalu menyuap penegak hukum.

Konon, latar belakang pertemuannya dengan jaksa di penthouse Seoul Hotel pun dalam rangka deal-deal-an menyuap kejaksaan agar tidak terus memburunya supaya mentaati kewajiban membayar pajak. Jaksa Kim Dong Il bersama Jaksa Choi Woo Jin mewakili jaksa kepala wilayah kala itu~Jung Seok Jin, membuat kesepakatan. Namun nampaknya daripada kesepakatan tercapai, Jae Won mengancam akan menghabisi aparat kejaksaan bila tidak mematuhi keinginannya.

"Aku seperti yang kalian ketahui memiliki banyak preman, mereka bisa melakukan apa pun yang kuperintahkan selama kalian tidak sepakat denganku. Yakuza di Jepang adalah antek-antekku. Dan salah satu anggota kongres adalah yang selalu aku beri upeti kepadanya, tentu akan lebih mendukungku daripada mendengarkan kalian. Para jaksa muda di level kota. Sebelum aku kalap, kalian pikirkanlah lagi penolakan itu." gertaknya dengan seringai amat sombong.

"Kami bekerja untuk negara dan masyarakat Korea. Bukan untuk segelintir chebol serakah seperti Anda, Tn Do." tangkis Dong Il berani.
"Kau sungguh tidak paham yang kukatakan. Terserah, kalian ingin dipecat dan kehilangan pekerjaan selamanya, atau mematuhiku dan kalian akan hidup sejahtera sebagai jaksa kaya raya. Sebab aku tidak akan melupakan jasa orang-orang baik budi yang membantuku."
"Aku lebih baik dipenjara karena membunuh seorang penjahat berkedok orang terhormat." Dong Il tersulut amarahnya, tangannya langsung meraih leher botol wine lalu memecahkan pantatnya membuat wine muncrat dan botol di tangan jaksa muda itu meninggalkan pecahannya yang sangat runcing.
"Apa yang kau lakukan?" chaebol itu ketakutan. Dan tangannya sedang meraih ponsel di saku pakaiannya ketika Dong Il menghunuskan pecahan botol yang runcing itu ke leher Jae Won.
"Dong Il Sunbae, apa yang kau lakukan?" Woo Jin kaget dan panik. 

Seketika Dong Il menjatuhkan botol yang pecahannya berlumuran darah.
"Woo Jin-ah, ighe ottokae?"
"Cepat kita pergi!" 
"Jung Suseog-nim. Telepon Suseog-nim! Katakan apa yang terjadi..." perintahnya.
Woo Jin mematuhinya, dan jaksa kepala wilayah itu bertindak cepat. Membungkam seluruh petinggi Seoul Hotel dengan menyodorkan semua bukti kejahatan Do Jae Won. Lalu dirinya mengambil tanggung jawab dengan mengatakan dirinya yang memerintahkan apa yang dilakukan anak buahnya itu.

Yong Hwa mengurut kepalanya yang terasa pening. Apa harus sebesar itu ayahnya mengambil tanggung jawab atas yang dilakukan asisten kepercayaannya? Mempertaruhkan jabatan dan nama baiknya sendiri? Sebesar itukah ayahnya akan mengorbankan diri demi orang lain? Mengapa Yong Hwa merasa cerita Dong Il bukan yang sebenarnya?

"Wheo? Kau meragukan kejujuranku?" tatap pria tampan itu dengan reaksinya yang hanya memejamkan mata.
"Aniyo. Aku hanya kagum dengan ayahku. Jika kelak aku menjadi seorang pimpinan, aku pun akan melakukan itu dalam melindungi bawahanku." elaknya.
"Ya, memang begitulah ayahmu. Kau tidak mengenalnya. O ya, ada yang menitip salam padamu." beritahu Dong Il.
"Nugu...?" Yong Hwa menatap mata pamannya itu.
"Kim Min Ji."
Yong Hwa tersenyum lebar. "Usia berapa putrimu itu sekarang, beraninya mengirim salam pada pria." ejeknya.
"14 hampir 15 tahun, 2 bulan lagi ulang tahunnya."
"Baru juga setengahnya dari umurku."
"Ini dia fotonya!" Dong Il menunjukan layar smartphone-nya, seorang remaja putri cantik berpose dengan bermacam-macam gaya.

Yong Hwa membelalakan mata melihat rangkaian foto putri semata wayang Dong Il itu.
"Kau memberinya makan apa, Samchun? Kenapa dia cepat sekali besar? Dan cantik sekali...! Kristal Jung saja lewat." ocehnya sambil jarinya tidak henti menggeser layar smartphone Dong Il.
Foto yang diambil dengan teknik selfi itu memenuhi memori galeri smartphone ayahnya. Ada puluhan foto dengan pose-nya yang lucu menggemaskan~khas remaja. Gaya meletlah, pose pinger heart, pose love dengan tangan melengkung diatas kepala. Pose piece dengan 2 jari... pose imut puppy eyes, sampai ke pose mengantuk... Bahkan pose manyun pun anak itu tetap saja cantik. Tapi yang paling Yong Hwa suka pose manja seraya memeluk leher ayahnya.
"Aku minta foto ini, Samchun!" pintanya seraya mengirimkan ke nomor kontaknya.

"Aku harap kau tidak meragukan keteranganku. Dan jangan pernah ingin mengorek kasus itu lagi. Fokus saja pada tugas-tugas atasanmu. Buktikan bahwa kau memang mampu bekerja." nasehat Dong Il seraya memasukan smartphone-nya ke dalam saku dalam jasnya lagi.
"Itu juga yang kulakukan sekarang. Aku berusaha menjawab semua tantangan yang diberikan jaksa kepala Han, Samchun." tukas Yong Hwa seraya tangan mengotak-atik smartphone-nya.
"Samchun beritahu, kau hanya buang waktu jika mengorek-orek kasus yang sudah kadaluarsa. Sekarang waktunya kau bekerja sebaik-baiknya. Torehkan prestasi. Buat ayahmu bangga! Dan tepiskan semua pandangan orang yang melihatmu rendah selama ini."

"Aku begitu penasaran dengan saksi kunci yang selalu minta ditahan di kepolisian, tapi setelah mendengar langsung seperti ini dari orang yang benar-benar ada pada insiden itu, aku tidak penasaran lagi." tukasnya.
"Keterangan Samchun dengan kesaksian saksi kunci itu sama bukan?"
"Nde, sama persis."
"Artinya tidak ada lagi yang harus kau cari tahu."
"Eoh." jawab Yong Hwa seraya menjauhkan layar smartphone-nya, melihat hasil editannya sendiri.

Setelah ia rasa foto yang ia edit itu cukup bagus, kemudian ia kirim pada nomor kontak seseorang. Lalu ia serius lagi mengobrol dengan Dong Il. Tapi tidak lama smartphone-nya berbunyi. Ia melihat siapa yang menggetarkan gadget-nya itu. Bibirnya mengurai senyum saat tampil satu nama di layar smartphone-nya.
"Lihat, Samchun! Anakmu." ucapnya memperlihatkannya kepada Dong Il sebelum menjawab panggilannya itu. "Yobseyo."
"Oppa... Yongie Oppa, kenapa jadi foto aku peluk Oppa?" teriak dari ujung telepon.
"Kau tidak suka...?"
"Su...ka.. Bagus banget. Oppa apakan itu?" tanyanya manja.
"Itu namanya diedit, anak manja. Apa kau tidak bisa edit gambar kayak gitu?"
"Oppa editkan fotoku dengan foto Nam Da Reum Oppa!" pintanya.
"Aigoo... kenal saja tidak, pasti kau akan mencari fotonya di Geogle?"
"Eoh. Tapi pasti akan keren kalau aktor itu foto pelukan denganku, Oppa. Teman-temanku akan gila melihatnya nanti. Please, Yongie Oppa!"
"Foto yang baru kukirim itu saja perlihatkan pada teman-temanmu, mereka pasti akan gila juga melihatnya nanti." usul Yong Hwa.
"Bukan foto aku peluk ajhussi tapi aku dipeluk Nam Da Reum Oppa..." teriak Min Ji.
"Aish... enak saja ajhussi..." Yong Hwa membentak, kesal disebut ajhussi. "Geuno!" akhirnya ia menutup teleponnya.

Dong Il hanya tersenyum melihat Yong Hwa kesal diledek putrinya.
"Benar yang dia katakan. Kau sudah pantas jadi ajhussi sekarang. Cepat cari pacar! Aku seusiamu dulu sudah punya Min Ji." ujarnya.
"Aku tidak ingin terjebak dengan harus segera menikah karena dikejar usia, Samchun. Aku hanya akan menikah jika hatiku sudah menemukan pelabuhan dan yakin kami ingin hidup bersama atas dasar saling membutuhkan." tandas Yong Hwa.
"Tapi apa gadis itu sudah ada? Jika tidak, akan Samchun carikan."
"Tentu saja sudah ada, Samchun meremehkanku." senyumnya.
"Apa profesinya?"
"Mmmmhhh...." Yong Hwa tidak bisa menjawab. Sebab ia sendiri tidak yakin Shin Hye mau menjadi pacarnya.
"Pasti kau baru mengincarnya saja. Benar kan, Yong Hwa-ya?" terka Dong Il.
"Aigo... susahnya berkelit dengan jaksa kepala wilayah Gangwon."
📎

Shin Hye mengamati tulisan pada Medical Record ibunya. Tidak paham tentu saja. Sebab dirinya tidak kompeten untuk membacanya. Tapi yang pasti, kondisi ibunya kala masuk RS hanya pingsan. Tapi lalu memburuk menjadi koma, dan dinyatakan meninggal dunia 2 hari sejak mendapat perawatan di kamar ICU. Karena kehabisan napas. Ayahnya yang mencurigai kematian itu tidak wajar, melakukan penyelidikan.

TBC

Justice of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang