Yong Hwa duduk di atas batu seraya mata menatap bangunan Vihara di depannya. Tempat ibadah itu terasa tenang dan menentramkan hati. Dimana-mana aura tempat ibadah selalu seperti itu. Untuk agama dan keyakinan apa pun. Yong Hwa menundukan kepala sambil mata memejam. Cerita Tetua Cha Jae Ok mengiang di telinga membuat hatinya seperti disayat. Rasanya ia tidak ingin pulang dan melihat wajah ayahnya sebelum mendengar alasan yang bisa ia terima akan yang telah terjadi. Ia memejamkan matanya semakin rapat.
Angin bukit bertiup kencang menggoyangkan pohon-pohon besar di sekitar Vihara menimbulkan suara gemuruh. Yong Hwa membuka matanya. Jemarinya menyeka air yang tanpa dapat ditahan menetes dari kedua bulatan hitamnya itu. Namun seperti yang dinasehatkan Halabeoji, dirinya harus kuat. Terungkapnya kebenaran itu belum seberapa dari langkah yang harus ia ambil untuk membuat keadilan bagi keluarga orang-orang yang telah menjadi korban. Ia harus berbuat sesuatu. Yong Hwa seketika bangkit dari duduknya. Ia tidak boleh terlarut, ia harus segera kembali ke Seoul.
📎Layar smartphone-nya menunjukan ada banyak yang memanggil dari beberapa nama. Iya, karena hari itu ia bolos bekerja. Setelah mandi dan makan, ia pun pamit dengan wajah lesu. Kedua orang tua itu memberinya semangat dan berkata-kata untuk menegarkan hatinya. Yong Hwa hanya mengangguk.
Setelah berada di dalam mobil ia meraih lagi smartphone-nya. Dari sekian banyak yang memanggilnya, nama 'ipho hyeongsa' adalah yang paling banyak. Segera ia melakukan sambungan. Dan sahutan diujung sana pun terdengar.
"Yobseyo! Jung Geomsa?"
"Kau merindukanku? Aigo... lebih dari 20 kali panggilan hanya atas namamu."
"Eodhigayo jigeum?"
"Jawab dulu pertanyaanku."
"Kembalikan rekam medis ibuku! Apa kau akan mencurinya? Kau bilang hanya 3 hari, sekarang sudah hampir satu minggu. Dan teleponmu tidak kau angkat..." raung Shin Hye emosi. Padahal awalnya dia sangat khawatir.
"Itu tandanya aku tidak melarikan diri, kau ini detektif bukan? Kalau aku akan mencurinya sudah tidak kuaktivkan ponselku dan kubuang supaya tidak terlacak." bantah Yong Hwa balas berteriak.
"Jadi dimana kau sekarang?" suara Shin Hye melunak.
"Di sebuah tempat yang indah, apa kau mau datang kesini untuk menjemputku?"
"Jebal, Geomsa-nim. Jangan becanda!"
"Kau benar hanya menginginkan dokumen itu?"
"Aniyo, aku juga menunggu penjelasanmu."
"Jadi artinya kau pun menungguku?"
"Eoh. Bballi wala, Jung Geomsa!"
"Dasar, wanita. Suka jual mahal. Kenapa tidak dari awal kau bilang, kau merindukanku. Kita tidak harus berdebat dulu dan aku akan segera berangkat. Sekarang keberangkatanku delay 1 jam gara-gara kau."
"Kembalilah dengan selamat! Aku menunggumu." ucap Shin Hye pelan, tapi Yong Hwa mendengarnya.
"Eoh, aku segera berangkat."Dan saat Shin Hye tahu kebenarannya, pasti dia akan sangat membencinya. Dan Yong Hwa tidak berharap Shin Hye memaafkannya. Setelah Shin Hye mengetahui semua kebenaran tentang kematian kedua orang tuanya, Yong Hwa siap kehilangannya lagi. Ia segera memacu roda empatnya meninggalkan suasana tenang pedesaan. Untuk mengakui semua kelakuan jahat ayahnya dan menerima segenap kebencian Shin Hye.
📎Jaksa kepala wilayah Jung Jin Seok terkenal tegas dan tanpa kompromi pada masa kepemimpinannya di kantor kejaksaan wilayah kota Seoul. Dia tidak dapat menganulir pelanggaran apa pun. Dia sosok idealis yang sangat ditakuti para oknum.
Chaebol Do Jae Won pelanggar kelas kakap yang akan menghalalkan segala cara untuk meraih ambisinya memperkaya diri. Termasuk melanggar hukum. Dua orang yang sangat bertolak belakang ini tidak pernah mencapai kesepakatan setiap kali bertemu. Jae Won selalu ingin menaklukan sang jaksa dengan menyuapnya. Jaksa Jung Jin Seok menargetkannya untuk menyeretnya ke dalam penjara.
Namun tidak mudah, chaebol serakah itu memiliki backup orang-orang kuat baik di pemerintahan atau parlemen. Jaksa Jung seperti menantang para elite politik yang berada di belakang Jae Won jika berkeras dengan tujuannya memenjarakan chaebol itu. Dan berulang kali pula dirinya dipanggil oleh orang-orang kuat yang dengan rutin mendapat upeti dari pemilik beberapa kasino dan tempat perjudian lain di beberapa negara tersebut.Tekad sekeras baja memerangi pelanggaran yang merugikan negara dan rakyat yang berusaha dilakukan jaksa Jung Jin Seok malah mendapat cibiran dan cemoohan sebagai pencintraan diri dari para elite yang seharusnya melakukan itu paling depan. Jaksa wilayah itu dituduh mencari muka dan sok idealis. Namun dia pun tidak bergeming.
Hingga suatu ketika kemarahan Jaksa Jung tiba dipuncaknya, dengan tegas dia memerintahkan jajarannya untuk jangan ragu melawan chaebol Do meski harus dengan melakukan kekerasan bila terus saja menekan mereka. Atas segala tindakan yang dilakukan jajarannya jika sampai melanggar hukum, dirinyalah yang akan bertanggung jawab.
Maka Kim Dong Il pun berani melakukan tindakan yang jelas-jelas melawan hukum dengan menusuk Do Jae Won hingga tewas. Demi idealismenya sebagai jaksa yang tidak akan termakan suap, jaksa-jaksa itu lebih memilih mendekam di balik jeruji besi daripada harus menikmati suap. Dan kasus penusukan itu pun dilaporkan kepada media sebagai duel diantara sang chaebol pelanggar hukum dengan jaksa, yang akhirnya pecahan botol wine melukai chaebol hingga terluka berat dan nyawanya tidak dapat diselamatkan.
Namun disaat semua sudah mengikuti skenario yang dimainkan kejaksaan wilayah tentang kematian chaebol Do, seorang kepala butler tidak mau ikut aturan. Sayangnya dia sempat melihat kejadian sesungguhnya di penthouse melalui CCTV. Sebelum keluarga chaebol Do menemukan kepala butler itu dan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di penthouse, kepala jaksa wilayah Jung Jin Seok segera mengambil tindakan dengan melenyapkannya.
Namun nampaknya, tidak selesai hanya dengan kepergian kepala butler. Suaminya yang merasa kematian istrinya itu tidak wajar, bagaikan rumput liar terus berusaha mencari penyebab istrinya mengalami pingsan. Dan terus mempertanyakan apa yang dokter berikan dalam suntikannya? Kenapa setelah diberikan obat itu kondisinya malah memburuk hingga mengalami koma?
Jaksa kepala wilayah pun tidak mau hal kecil itu jadi mengganggunya. Maka dengan segala cara melakukan upaya untuk juga melenyapkan suami butler.
Sampai bergetar tubuh Yong Hwa mendengar itu. Tidak menyangka ayahnya bisa sebiadab itu hanya demi menyelamatkan diri dengan kedua asistennya. Fakta itulah yang membuat dadanya sesak. Ia tidak menyangka ayahnya tega melakukan itu.Lalu sekarang tanpa merasa bersalah menduduki kursi empuk jaksa agung dengan sepasang suami istri yang dijadikannya tumbal. Yong Hwa sesungguhnya tidak punya muka untuk menunjukan diri pada Shin Hye dengan fakta ayahnyalah yang telah melenyapkan nyawa kedua orang tua gadis itu dengan alasan menegakan keadilan. Meski dalih kematian Do Jae Won, untuk memutus jaringan terorganisir kejahatan mencurangi negara, tidak sepantasnya ada orang tidak berdosa turut kehilangan kesempatan hidupnya dengan sia-sia hanya karena mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi. Dan seorang anak perempuan menjadi yatim piatu pada usia sangat muda.
Yong Hwa tidak dapat membayangkan bagaimana rasanya bila dirinyalah yang mengalami itu. Maka baginya sekarang tidak ada yang dapat ia lakukan untuk menebus rasa malu dan bersalahnya selain dirinya harus berperan sebagai jaksa yang sesungguhnya. Yong Hwa akan membuka kembali kasus itu dan mengadili ayahnya. Dirinyalah yang akan membuat tuntutan terhadap ayahnya sendiri yang adalah seorang jaksa agung. Hanya dengan melihat ayah serta antek-anteknya mengakui kesalahannya di persidangan, Yong Hwa dapat mengangkat kepala lagi di hadapan Shin Hye. Tanpa itu dirinya tak lebih dari seekor tupai yang hanya bisa meringkuk. Tidak memiliki keberanian diri dan selalu sembunyi.
Yong Hwa memacu roda empatnya semakin cepat setelah memasuki kota, Shin Hye sedang menunggunya di kafe. Ia tidak ingin membiarkan Shin Hye menunggunya lebih lama lagi. Ia ingin segera bertemu dengannya meski juga dadanya semakin berdetak kencang sebab akan segera pula mengakui segenap dosa dan kesalahan.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Justice of Love
ActionADA PART-PART YANG DIPRIVATE Bertemu pria gede rasa 1000 kali lebih menjengkelkan daripada berhadapan dengan seorang penipu dan pembohong kelas kakap. Shin Hye memilih berdebat dengan penjahat saja yang jelas dosanya segunung, daripada berhadapan de...