Part 5

2.3K 205 3
                                    


Malam beranjak larut, Sakura undur diri pada sang raja. Dia berdiri dengan anggun dan memakai kembali jubah putihnya, Hinata sudah menunggunya diluar kolam, mereka berjalan menuju paviliun mereka.

Setelah kepergian Sakura, Gaara pun beranjak pergi dari taman.

Sasuke bergerak melompat keatap bangunan mengendap-endap melompati satu bangunan ke bangunan lainnya. Ia berhenti di paviliun utara, milik Sakura, bisa dilihat dari atap bahwa paviliun itu sangat lah luas, bahkan mencapai berhektar-hektar.

"Dobe", panggil Sasuke Setelah keadaan diam yang telah tercipta sejak 30 menit yang lalu, mereka mengawasi paviliun. Otak jeniusnya sedang berfikir menyusun strategy untuk dapat menyusup kedalam.

"Buat beberapa bunsin, alihkan perhatian mereka dobe", ujar Sasuke dengan mata saringgan yang telah aktif entah sejak kapan.

"um", Naruto mengangguk patuh. dia membuat Sekitar 3 bunsin yang telah ia sebar untuk mengalihkan perhatian penjaga istana yang berjaga digerbang paviliun.

rencana Sasuke berjalan sempurna. Para penjaga itu mengejar bunsin Naruto, setelah aman mereka turun dan memasuki paviliun.

"Hinata ada di ruang sebelah barat, aku urus sisanya, ingat jangan berisik", terang Sasuke dengan wajah dingin tanpa ingin dibantah.

"Ck aku tau Teme, aku takkan mengacau lagi, kau hati-hati Teme aku merasakan firasat yang tidak enak tentang gadis itu",

Sasuke melesat pergi tanpa menanggapi omongan Naruto.

dia merasakan energi seseorang dibalik dinding, bukan cakra seperti para sinobi, ini terasa lebih murni. dia melihat menembus tembok, Sasuke dapat melihat seorang gadis yang tengah berdiri di ambang pintu. dia menyeringai mendapati gadis itu tengah memegang sebilah pisau kecil ditangannya.

Sasuke sengaja mengumpankan dirinya padanya itu, dia ingin melihat kemampuannya.

Sasuke menggeser pintu perlahan, dirinya terlihat tenang seakan akan dia tak tahu apapun, secepat kilat dia merasakan sebuah hunusan pisau dilehernya, Sasuke menyeringai dalam hati.

"Pergi dari sini diam diam, cepat bawa Hinata pergi jangan coba-coba melawan atau lehermu yang menjadi taruhannya disini", ucap gadis itu dengan dingin, terdengar mengalun merdu di telinga Sasuke.

Sasuke dengan mudah membalikkan keadaan, tangan yang sempat terhunus di lehernya kini tengah dipelintir kebelakang oleh Sasuke, terdengar ringisan dari balik cadar Sakura. Sasuke senang mendengarnya, tubuh mereka saling menempel, Sasuke bahkan bisa mencium aroma mawar yang menguar dari tubuh gadis itu, serta aroma manis dari rambutnya. Ia mengeram rendah.

'Sial'

.

.

.

Naruto berlari menyusuri lorong-lorong paviliun dengan minim suara, dia melihat dan merasakan keberadaan manusia di kamar didepannya, senyum lega terpati diwajahnya kala mengenali siapa sesosok manusia yang ada dikamar tersebut. perlahan dia membuka pintu geser itu sepelan mungkin, dirinya hampir menitih kan air matanya kala melihat Hinata yang tengah berbaring dengan tenang dihadapannya. perlahan dia mendekati Hinata, mendudukkan dirinya disamping Hinata, dia menatap wajah yang telah dia rindukan selama 2 tahun terakhir ini. Dibelainya pipi Hinata dengan lembut, seolah olah ia bisa hancur dengan sentuhannya. mata itu perlahan mengerjap, mencoba memfokuskan pandangannya yang agak buram. Amesty nya menemukan manik safir yang memandang rindu padanya, ia merasakan pandangannya buram kembali karena air mata yang menumpuk dipelupuk matanya. Dengan cepat dirinya memeluk leher Naruto dengan kuat seakan takut Semua hanya ilusi yang akan hilang jika ia melepaskanya.

Pink Moon (Rewrite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang