Aku berjalan membawa gitarku. Tak jarang aku melihat beberapa pasangan yang berlalu-lalang. Aku menghela nafas gusar. Sangat susah menyimpan rasa cinta jika kau bahkan sangat dengan orang itu, tapi dia tak peka. Aku menghela nafas sebelum mendekat kearahnya
"Kenapa kau terlambat?" Aku menghela nafas sebelum membuka dan meraih gitar akustikku lalu duduk didepannya.
"Membeli minuman. Kau mau Oppa?" Dia menatapku aneh, sebelum menatap gitarku
"Kau membeli gitar baru? Berhenti berbohong denganku (Y/n)" Aku terkekeh sebelum mengangguk dan menyodorkan gitarku kepadanya.
"Tapi aku tak berbohong. Aku benar-benar membeli minuman" Aku mengambil plastik yang berada di dalam tasku dan memberikan segelas coklat panas kepadanya. Dia terkekeh lalu menyingkirkan gitar ku dan menerima minuman itu.
"Gomawo" Aku tersenyum menjawab itu dan dia langsung meminum coklat panas itu. Aku meraih gitarku dan mulai menyetel senarnya. Dia dengan cepat menarik gitarku dan menyetel tanpa kuminta. Aku menatapnya kesal dan dia tidak peduli.
"Kau sudah mempelajari lagu apa (Y/N)?" Dia menatapku dan aku langsung menatap arah lain menghindari tatapannya.
"Aku punya satu lagu. Tapi aku tidak yakin dengan kualitas gitarku."
"Memangnya kau ingin menyanyikan lagu apa?"
"Someone like you"
🍁
Aku membuka pintu kemudian memasuki ruangan itu lalu menutupnya. Menyandarkan bahuku lalu terduduk lemas. Menutupkan wajahku diantara tanganku sebelum akhirnya aku bangkit berdiri menaruh tas dan gitarku kemudian duduk di kursi meja riasku.
"Aku tau. Ini tak akan terjadi" Aku menatap diriku sendiri
"Aku sendiri saja masih mengharapkan dia kembali" Aku langsung berdiri lalu berjalan memasuki kamar mandi. Cukup lama aku membasahi tubuhku dibawah shower aku akhirnya menyudahi mandiku dan bersiap untuk makan malam. Aku membuka kulkasku dan menyumpat kesal
"Sial. Aku harus membeli bahan bertahan hidup." Aku menutup kulkasku lalu meraih hoodie, kunci mobil, dan juga dompetku. Aku mengendarai mobilku. Aku mengingat kejadian dua tahun lalu. Ketika aku bertemu dengannya, berlatih dengannya, kemudian berpacaran dengannya sebelum akhirnya dia meninggalkanku begitu saja. Aku menghela nafas kasar sebelum memarkirkan mobilku dan keluar menuju kedalam supermarket itu.
Aku menggunakan topi hoodieku dan mengambil troli. Aku langsung menuju hallway untuk ikan, daging, sayur. Setelah mendapatkan ketiga bahan makanan itu aku langsung mendorong troli itu menuju hallway beras. Begitu sampai aku melihat beberapa jenis beras sebelum akhirnya aku memutuskan untuk mengambil yang harga medium. Ketika aku berniat untuk mengangkat karung beras itu bahuku seakan ditahan. Aku menoleh
"(Y/n)! Aku kira aku salah orang." Aku terdiam melihatnya yang tersenyum manis padaku.
"Kau.. sedang apa disini jaehwan? Kupikir.. ah sudahlah" Aku menatapnya dari ujung kaki hingga ujung rambut
"Aku ingin membeli makanan. Hei kau ada waktu aku ingin mengobrol sebentar" Aku menatapnya aneh. Jujur aku senang akhirnya bertemu dengannya, tapi disaat yang bersamaan aku juga merasakan hal yang aneh.
"Kita sudah bertemu sekarang, langsung mengobrol saja kan?" Aku menatapnya dan menatap sekitarku. Dia tampak tidak setuju dengan saranku
"Aku rasa kita bisa mengobrol sambil makan malam. Kajja membeli belanja bulananmu lalu pergi" Dia kemudian mengangkat karung beras yang tadi aku ingin ambil lalu memasukkannya ke troliku kemudian menarikku menuju hallway berikutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WannaOne IMAGINE
FanfictionTidak semua imajinasi itu tak berguna. Hanya saja terkadang seseorang menghancurkan imajinasi. Bagaimana jika kau bertemu dengan orang yang mendukung imajinasi mu? (Open Req)