Percayalah jika dia benar-benar jodohmu
Kalian pasti bertemu
Dan dua insan
Akan berubah
Menjadi
Satu.Aku tersenyum bahagia sambil membawa buket bunga kesukaannya dan juga hadiah untuknya.
Hari ini tepat 4 tahun kami bersama. Pertengkaran mungkin tak terhingga lagi, tapi anehnya kami tak pernah lebih sehari saling bermarahan.
Tawa dan canda garingnya membuat mengulas senyumku sekilas. Aku ingat saat kami saling berbagi rasa.
Aku turun dari mobilku. Aku memantapkan niatku untuk berkata hal ini. Jika memang ini adalah kesempatan terakhirku.
"Minhyung!!" Aku tersenyum melihatnya yang tertawa sambil melambai kepadaku. Aku mendekat kepadanya lalu memeluknya.
"Kau membelikan ku bunga??" dia menerima bunga yang kubawa lalu dia menciumnya.
"Ada apa ini? Kau tidak biasanya membelikan ku bunga" dia menatapku mengintrogasi. Aku cukup kaget karena dia mengetahui maksudku
"Tidak. Itu hanya hadiah untuk hari jadi kita" aku langsung merangkulnya.
"Kau ingat?! Kukira kau lupa" Aku mencubit pipinya sementara dia menatapku sambil cemberut.
"Tidak lah... Kau pacarku yang pertama.." dia kemudian menyingkirkan tanganku darinya.
"Jadi jika aku bukan yang per—"
"Aku akan tetap mengingatnya sayang " Aku memotong ucapannya lalu menarik hidung nya."Ya! Sakit!" Dia memukul bahuku sambil mengelus hidungnya. Aku hanya terkekeh. Lalu aku membawanya ke salah satu kursi taman lalu memeluknya.
"(y/n)"
"hmn?""Kau.. " aku kemudian melepaskan pelukanku lalu memegang bahunya membuat dia langsung menghadapku dan menatapku bingung.
"Kau mau menikah dengan ku?" Dia menatapku terkejut lalu menatapku kesal.
"Itu tidak lucu minhyung. "
"Aku serius" aku kemudian membukakan kotak yang kubawa.Dia menutup mulutnya terkejut lalu kutatap matanya. Matanya berbinar menahan air matanya. Dia mengangguk lalu memelukku. Aku tertawa lalu mengelus rambutnya.
Hari berlalu, ini sudah h-1 menjelang aku menikah dengannya. Semua berjalan lancar. Aku masih menemuinya sebelum akhirnya jam menunjukkan jam 4. Aku mengantarnya pulang lalu aku pulang dan bersiap untuk besok.
Harinyapun tiba. Aku sangat senang. Tak jarang aku tersenyum dan memujinya "Kau cantik. Tapi aku yakin anakmu akan lebih cantik" Dia memukulku pelan lalu menjawab "Berhentilah" Aku terkekeh.
Setahun setelah pernikahan kami, dia didiagnosi tidak dapat hamil. Itu sangat memukul. Terutama baginya. Dia sangat mendambakan seorang putri. Aku menghiburnya tapi sayangnya dia mengalami depresi. Aku sedih, sangat terpukul melihatnya seperti itu.
Tapi sesuatu berubah setahun kemudian. Dia mulai terlihat ceria dan lebih bersemangat. Aku merasa lega.
Hari ini tepat dua tahun enam bulan kami menikah, aku berencana memberikan dia bunga dan menyiapkan dia sebuah hadiah tapi aku sibuj dengan pekerjaanku.
"Kau ada dimana?" Tanyaku dari telpon
"Aku lagi dijalan. Oh iya, bisakah kau pulang lebih cepat hari ini? Aku ada berita penting"
"Ha? Emn.. Sepertinya tidak bisa aku akan ada pertemuan, apa kau tak apa?"
"Ah, begitu ya kalau begitu sampai jumpa"
KAMU SEDANG MEMBACA
WannaOne IMAGINE
FanfictionTidak semua imajinasi itu tak berguna. Hanya saja terkadang seseorang menghancurkan imajinasi. Bagaimana jika kau bertemu dengan orang yang mendukung imajinasi mu? (Open Req)