Part 14

14.8K 541 8
                                    

MICHAEL JONES POV

Senjata makan tuan. Mungkin itu adalah kata yang tepat untukku, saat aku mengira Elisabeth Mayer adalah wanita lemah dan juga gampang kubodohi.

Balas dendam ini berujung duka, karena hubungan yang baru saja akan kumulai dengan Queen Madison mungkin harus segera di akhiri.

Alasannya? Oh tolong jangan tanyakan alasan itu padaku, karena aku benar-benar merasa tolol ketika Elisabeth Mayer harus mengandung darah daging yang sama sekali tidak aku inginkan.

"Bayi itu tidak bersalah, Mike? Kau harus bertanggung jawab, jika merasa kau adalah lelaki sejati!" ujar Greg saat aku menceritakan kisah tak terduga ini padanya.

Ya, Greg memang benar. Embrio kecil dalam rahim Elisabeth Mayer tidak bersalah sama sekali, dan aku tetap menjadikan itu sebagai pendirian mana kala Jhonson Mayer berniat melenyapkan diriku dari muka bumi ini.

Akan tetapi saat bertemu dengannya, ia malah memintaku untuk segera menikahi Elisabeth, sehingga nama dua keluarga tidak rusak karena sudah terlebih dahulu terendus media.

Dengan berat hati aku mengiyakan perintah si tua brengsek itu, tapi tentu saja aku melakukannya setelah membawa Elisabeth ke rumah sahabatku yang memasang alat kontrasepsi dalam tubuh wanita itu kemarin.

"Apa kau berpikir jika aku ini adalah seorang pembohong, Mike? Aku bahkan menjaga keperawananku hingga kau menjadi lelaki pertama yang berhasil mendapatkannya!" umpat Elisabeth saat aku meragukan kehamilannya.

Sehingga saat amarahku sudah sedikit mencair akibat bertukar pikiran dengan Greg dan Filemon, aku membenarkan jika Elisabeth tak mungkin berkhianat dan disinilah aku saat ini berada.

Mencoba untuk mengakhiri kisah baru dengan jalan berdamai dan menepati janjiku pada Queen Madison.

"Bagaimana? Apa dia sudah masuk kerja?" tanyaku pada Filemon, selepas ia kembali dari ruangan Madam Marimar.

"Oh, Shit! Kau harus memberiku hadiah itu sekarang juga, Brengsek!" amuk Filemon membuatku bingung, "Aku tidak akan mau kau suruh menghisap lubang busuk wanita gempal itu hanya karena sebuah infomasi lagi! Ini menjijikkan! Hoekkk...!" lalu memuntahkan isi perut bersama lendir dari dalam mulutnya.

"Oh god! What the fucking are you doing, Brother? Ini untukmu," dan aku pun segera memberikan segelas whiskey milikku padanya.

"Ukhukkk... Ukhukkk... Hoekkk...!" bunyi yang keluar dari pita suara Filemon, tanpa memberikan penjelasan apa pun.

Alhasil aku dengan sabar menunggu keadaan Filemon kembali membaik, dan kutarik saja seorang wanita yang saat ini sedang melintas di dekatku.

"Hei! Are you cra--"

"Aku akan membayarmu berapa pun, asal kau harus segera menghibur temanku ini!" tegasku mendorong tubuh wanita itu ke tubuh Filemon yang sedang memuntahkan isi perutnya kembali.

Tak sampai sepuluh menit aku menunggu dalam diam di atas kursi bartender, akhirnya Filemon pun buka suara, "Dia sudah tidak bekerja di sini lagi, Mike. Kau terlambat karena kemarin malam dia sudah dibawa seseorang untuk bekerja di sebuah kasino."

"Hei, apa yang kau bicarakan ini adalah sahabatku Queen Madison?" sehingga wanita yang kini sedang memberi hand job di kejantanan Filemon, ikut bersuara.

"Memangnya kau tahu siapa yang sedang kami bicarakan? Berjongkok dan gunakan juga lidah serta rongga mulutmu juga, Bitch! Aku tidak membayarmu untuk bercerita!" lalu aku menjawabnya dengan sangat sinis.

"Queen Madison adalah sahabat baikku selama kami bekerja sebagai seorang Strippers di sini, Tuan tampan nan sombong! Dia menerima tawaran menjadi Strippers di pantai teluk Texas, karena dia memang seorang wanita yang selalu mementingkan uang dan harta! Jadi jangan bicarakan Queen Madison lagi sekarang!" dan dia pun menjawab perkataanku dengan tak kalah sinisnya.

"Kasino? Pantai teluk Texas? Queen Madison pergi?" tanyaku di dalam hati, "Oh, Tuhan? Apa semua ini masih ada hubungannya denganku? Jika Queen adalah wanita yang digambarkan olehnya tadi, kenapa dia tidak di sini dan menjadi bagian tersembunyi dari hatiku saja? Mungkin setelah melahirkan, aku bisa memberinya kepastian tentang hubungan kami, bukan? Kenapa dia harus pergi? Benarkah ucapan cintanya padaku kemarin hanyalah bualan belaka?" sebelum aku mengingat moment indah yang sudah kami lewati dua hari itu.

Namun khayalanku terbelah akibat ocehan dari wanita jalang di hadapanku ini, "Hei! Kenapa Tuan diam saja, hem? Masih berniat menikmati lubang lebar milik Queen Madison lagi? Cihhh...! Cari saja wanita lain yang lebih sempit dan nikmat, Tuan. Aku yakin Queen Madison tidak akan pernah sudi menginjakkan kakinya ke tempat ini lagi. Dalam pikirannya hanyalah uang, uang dan uang, bahkan tangisanku saat menahan kepergiannya saja ia abaikan. Aku membencinya!" dan kata-kata itu sungguh membuatku merasakan sakit yang sama dengannya.

"Oughhh... Yesss...! Ini sudah hampir keluar, Beb! Jangan bicara lagi atau berikan saja lubang pantatmu untuk kumasukiii...! Yeachhh..." teriak Filemon, membuat aku harus kembali ke dunia nyata sekali lagi.

"Kau menjijikan, Filemon! Bawa wanita ini ke kamar sekarang juga!" lalu aku tentu saja segera membalas teriakkan sahabat gilaku itu, "Apa kau ingin menyemburkan lendirmu di depanku lagi seperti tempo hari, heh? Sial!" sebelum mengejeknya.

"Kau yang... Oughhh... Yesss... Kau yang me..menyingkir dari sini, Mike! Ughhh... Yes, Babyyy... Mainkan lebih keras lagiii...!" sahut Filemon membuatku bola mataku melebar, "Lubang milik Elisabeth pasti lebih nikmat karena hanya kau yang mencicipi, jadi sudah waktunya kau bertobat dengan berita kehamilannya ini. Ughhh... Ssttt..." tetapi memang apa yang dia ucapkan adalah sebuah kenyataan yang sulit untuk dibantah.

Aku memang suka dengan rasa sempit yang Elisabeth punya ketika kami sedang menyatu, hanya saja rasa itu berbeda ketika milikku berada dalam lubang milik Queen yang selalu membuatku meledak-ledak.

"Kau tidak bisa meninggalkan aku seperti ini, Queen! Kita masih bisa bertahan sampai Elis melahirkan dan hidup bersama, setelah aku menceraikannya!" tegasku dalam hati sembari meneguk langsung smirnoff dari botolnya, "Aku akan mencari tahu di kasino mana kau bekerja saat ini, lalu berapa pun akan kubayar untuk bisa membebaskanmu nanti!" lalu kembali bermonolog.

Aku sangat paham bagaimana peraturan yang ditetapkan pemilik sebuah kasino untuk para pekerjanya di kota Texas, dan uang bukanlah masalah bagiku untuk seorang Queen Madison.

Tekad dalam hati untuk terus mempertahankan posisinya di sampingku sudah bulat, kendati mungkin Elisabeth tidak akan menerima keputusanku nanti.

"Achhh... ach... ach... Yes yes yes yes yes yesss... Oughhh... Yeachhh...!"

Maka itu aku berusaha menulikan dua telingaku saat teriakkan gila Filemon yang mendapatkan pelepasan terjadi, karena memang aku masih ingin menanyakan kasino mana yang menjadi tempat kerja Queen saat ini.

Aku yakin wanita yang sedang menelan lendir nikmat Filemon ini pasti tahu tentang itu, karena mungkin Queen adalah sahabat baiknya selama mereka berkerja di sini.

🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡

To be continue...

ᴡʜᴇɴ ᴛʜᴇ ꜱᴛʀɪᴘᴘᴇʀꜱ ꜰᴀʟʟɪɴ' ʟᴏᴠᴇ (ᴇɴᴅ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang