AUTHOR POV
Satu bulan sudah terlewat sejak kepergian Queen Madison dan Michael Jones dari Texas ke Ottawa, kini kebahagiaan itu siap diwujudkan oleh mereka berdua.
Kursus pernikahan dari Gereja Katedral juga sudah dilaksanakan dengan baik selama satu minggu penuh, maka minggu depan janji suci itu siap diucapkan dari mulut mereka berdua.
Hanya saja perdebatan sering kali muncul di antara keduanya, tentu saja semua terjadi karena konsep pernikahan yang ada di isi kepala mereka masing-masing.
"Untuk apa menyewa gedung sebesar itu, Mike. Lagi pula kita tidak punya banyak kenalan di kota ini, bukan? Sebaiknya kau menginvestasikan uangmu untuk sesuatu yang bisa menghasilkan, karena sebentar lagi kau akan menjadi seorang..." ujar Queen Madison menggantungkan ucapannya.
"Menjadi seorang apa, Honey? Mengapa kau tidak meneruskan ucapanmu?" sahut Michael Jones penasaran.
Wajah kikuk Queen Madison tergambar jelas di sana, namun Michael Jones lebih dulu berlari ke toilet dan membuat wanita itu semakin ling lung.
"Hoekkk... Hoekkk..."
Ia menyusul ke toilet, karena mendengar suara Michael Jones yang memuntahkan isi perutnya, "Astaga, Mike?! Apa yang terjadi? Apa perutmu sakit? Ayo kita ke dokter sekarang," lalu terkejut karena ternyata Michael Jones benar-benar terlihat menyedihkan.
Calon suami Queen Madison, saat ini memang sedang berjongkok di depan closet dan wajahnya tampak sangat pucat.
Tak ayal Queen Madison secepat kilat membantu Michael Jones untuk berdiri, "Awas, Honey. Aku belum sele-- Hoekkk... Hoekkk...!" akan tetapi ia kembali memuntahkan isi perutnya di sana.
"Mike, berdirilah. Apa kau tidak bisa memuntahkan itu di wastafel? Kenapa harus berjongkok di sini? Ini menjijikkan, Mike. Ayo cepat berdiriii..." hingga membuat Queen merengek seperti anak kecil.
Sayangnya Michael Jones tidak segera menjawab dan mengabulkan permintaan sang kekasih, "Hoekkk... Hoekkk..." karena rasa mual itu kembali datang sekali lagi.
"Oh, God. Tunggu sebentar, Mike. Akan kucoba menelepon Bibi Hillary dan menanyakan nomor seorang dokter atau apalah itu yang bisa membantumu," maka Queen Madison pun berinisiatif untuk menghubungi kakak kandung mendiang ibunya.
Beberapa hari setelah pindah ke Ottawa, kedua wanita itu memang sempat bertemu dan bercerita panjang lebar.
Bibi Hillary yang menikah dengan seorang pria dari kota Ontario--salah satu daerah di Kanada--sungguh sangat bahagia, hingga memilih untuk bermalam di Ottawa.
Hal itu tentu saja karena selama ini ia tak pernah tahu bagaimana kabar sang keponakan setelah adiknya--Harriet--meninggal dunia. Sehingga mereka pun bercerita berbagai hal, termasuk kisah tentang Daniel Anderson yang berstatus ayah biologis Queen Madison.
"Tidak usah, Queen. Aku baik-baik saja," sahut Michael Jones membuat Queen Madison terkejut.
Terang saja wanita itu tiba-tiba saja berubah menjadi seperti seorang polisi wanita yang sedang mengintrogasi penjahat, "Apanya yang baik-baik saja, Sayang? Kau bahkan seperti mayat hidup di mataku saat ini. Apa saat olahraga tadi pagi, kau memakan sesuatu?"
"Harusnya aku yang bertanya, Honey. Sudah berapa lama kau merahasiakan bayi kita dariku?" namun jawaban dari Michael Jones yang berusaha berdiri sembari memegang sebuah test pack, benar-benar membuat Queen Madison salah tingkah.
"Kau mengambilnya dari tempat sampah, bukan? Aku baru mengetahui hal itu tadi pagi, Sayang. Saat kau lari pagi, perutku lapar dan aku turun ke super market di kompleks apartemen ini, tapi aku juga menyempatkan diri untuk membeli itu," sehingga Queen Madison pun menjawab demikian, diikuti dengan senyum kikuknya.
Michael Jones pun merasa sedikit menyesal, karena tadi pagi ia meninggalkan kekasihnya itu sendirian di apartemen, "Kenapa tidak mengatakan hal ini padaku, Honey. Pakai jaketmu dan ayo kita ke dokter sekarang," lalu ia berniat untuk merayakan berita kehamilan Queen Madison dengan mengajaknya pergi ke dokter kandungan dan mencari makan siang sehat untuk calon bayinya.
Sayangnya Queen Madison tak mau menuruti perkataan tersebut, "Tapi kau sedang sakit, Mike. Kita bisa pergi ke dokter setelah kau sehat dan tidak terlihat menyedihkan seperti ini," karena ia tidak tega dengan keadaan Michael Jones.
Pria itu kemudian mendekat dan mengelus perut rata sang kekasih yang satu minggu lagi akan berubah status menjadi istrinya, "Hal ini akan bisa cepat terobati, Honey. Saat aku masih berada di dalam perut ibuku dulu, ayahku pun mengalami keadaan seperti ini. Mereka bilang saat aku beranjak remaja, itu adalah sesuatu yang lumrah saat masa kehamilan berlangsung dan baru akan hilang ketika ibuku sudah memasuki masa trimester kedua," lalu mulai menceritakan apa yang pernah ia dengar dari mulut mendiang kedua orang tuanya.
Sempat mengerutkan kening datarnya, "Yang benar saja? Maksudmu kau akan memuntahkan seluruh isi perutmu seperti tadi, sampai usia kandunganku empat bulan? Oh, God. Bukankah itu masih lama terjadi? Kau percaya dengan teori yang dikatakan oleh mendiang Ayah dan Ibumu itu?" Queen Madison pun melontarkan sejumlah pertanyaan.
"Aku serius, Honey. Memang itu yang akan terjadi padaku sampai bayi kita berusia empat bulan di dalam perutmu," hingga membuat Michael Jones berhenti mengelus perut kekasihnya.
Alhasil sebuah percakapan panjang kembali terjadi antara Michael Jones dan Queen Madison di sana, "Lalu bagaimana kau bisa sehat jika sehabis makan, kau harus mengeluarkannya lagi? Cafe yang kau rencanakan dengan Greg dan Filemon itu bagaiamana? Apa harus ditunda sampai kesehatanmu membaik juga?"
"Aku tidak sakit, Honey. Maka itu kita harus pergi ke dokter sekarang, agar dia bisa memberimu penjelasan dari maksudku tadi."
"Tapi aku tidak ingin pergi sekarang, Mike."
"Kenapa, Honey? Apa kau tidak ingin memeriksakan keadaannya di dalam sana? Kita bisa melihatnya dari layar monitor dengan menggunakan alat milik dokter kandungan nanti."
"Aku tahu, tapi aku ingin melakukan yang lebih menyenangkan dari pada itu, Michael Jones. Aku ingin kau menyentuhku. Kau paham?!" hingga berujung dengan suara Queen Madison yang sedikit keras terlontar, akibat rasa kesal yang tiba-tiba saja timbul dalam dirinya.
Tentu saja Michael Jones tak dapat menjawab perkataan kasar sang kekasih untuk beberapa detik, karena satu telapak tangannya sudah berada di depan bibirnya.
Akan tetapi ia segera mengejar langkah Queen Madison, "Apa yang kau tunggu? Kenapa diam saja, hem? Aku ingin kau puaskan, Michael Jones. Aku ingin itu karena semalam kau terlalu banyak minum dan tertidur saat kita sedang bercinta. Kau sungguh keterlaluan! Kenapa kau selalu menggantungkan pelepasanku, di saat dia akan keluar? Sungguh menyebalkan!" saat wanita itu mencecarnya dengan kata-kata pedas sembari berbalik dan hendak menggapai heandle pintu kamar.
"Maafkan aku, Honey. Kau ingin aku sentuh? Baiklah ayo kita memulainya sekarang. Kurasa itu adalah obat yang ampuh untukku saat ini. Bagaimana?" karena sesungguhnya ia pun menginginkan hal yang sama.
Satu pelukan dari arah belakang punggung Queen Madison bersama dengan kedua tangan Michael Jones yang terus meremas gundukan daging di dada, pun membuat pertahanan wanita itu goyah.
"Mikeee..."
"Yes, Honey. Ayo kita kembali ke tempat tidur," sehingga kisah selanjutnya adalah pergulatan panas di antara mereka berdua, yang diwarnai dengan serentetan desahan dan racauan nikmat.
🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴡʜᴇɴ ᴛʜᴇ ꜱᴛʀɪᴘᴘᴇʀꜱ ꜰᴀʟʟɪɴ' ʟᴏᴠᴇ (ᴇɴᴅ)
RomanceJatuh cinta, sama sekali tak pernah terpikirkan oleh Queen Madison. Selama ini hanya uang yang ada di benaknya, sehingga selain menari tanpa busana, ia juga merelakan tubuhnya menjadi bagian untuk menghasilkan lembaran dolar. Sayangnya, semua hal te...