Part 17

12K 479 1
                                    

MICHAEL JONES POV

Houston Race Park, hanya itu yang bisa aku dapatkan dari seorang strippers dengan nama asli Monica Lauren. Dia adalah sahabat Queen Madison, selama bekerja di bar yang aku kunjungi bersama Filemon. Selebihnya Monica sama sekali tak tahu apa-apa lagi. Ia memberi tahu sifat Queen yang sangat gila dengan uang, sampai akhirnya tergoda dengan pendapatan besar jika bekerja di kasino mewah tersebut.

Ya, Houston Race Park adalah sebuah kasino mewah yang terletak di pantai teluk Texas. Aku akhirnya tahu tentang tempat itu, setelah berhasil mencari penjelasan secara rinci dari apikasi google dalam ponselku. Pemiliknya adalah mantan residivis yang pernah membunuh kakak tirinya untuk dapat memiliki tempat tersebut, namun aku tidak memusingkan hal tersebut.

Intinya sekarang aku tahu jelas di mana Queen berada, sehingga aku tinggal mengajak Filemon dan Greg untuk mengatur strategi baru di hidupku.

Baik itu strategi tentang bagaimana cara agar terlepas dari Jhonson Mayer dan Elisabeth yang terus saja menuntut tanggung jawab dariku, serta strategi agar Queen dapat kembali percaya padaku.

Tetapi semuanya pikiranku tentang Queen Madison buyar, "Sayang, ayo kita ke meja makan. Daddy sudah ada di sana. Dia ingin membicarakan tentang persiapan pernikahan kita," saat Elisabeth datang dari arah belakang punggungku.

"Oh, Tuhan! Apalagi ini? Kenapa aku harus bertemu dengan si tua bangka itu?!" sehingga batinku segera menjerit, karena memang aku tidak pernah suka saat berhadapan dengan Jhonson Mayer.

Tadi pagi saat si tua bangka itu menelpon dan memintaku datang, aku sudah mati-matian menolak permintaannya. Tetapi aku hanya bisa pasrah ketika dia berkata Elis dalam keadaan tidak baik, karena kram perut yang melanda wanita itu sejak semalam.

Kemudian apakah harus aku kembali menuruti permintaan Elis, ketika mereka ingin memaksaku seperti sekarang ini? Tentu saja itu tidak akan pernah kulakukan, sebelum usia kandungan Elis sudah mencapai 10-12 minggu.

Hal tersebut karena aku akan melakukan tes DNA dengan menggunakan metode pemeriksaan dari cairan amnion atau bisa juga dari villi chorialis, dan itu adalah saran sang dokter kandungan yang tempo hari memasang alat kontrasepsi di tubuh Elis.

Maka dengan ketus aku mencoba untuk menjawab perkataan Elis, "Aku sudah makan saat datang ke sini tadi, Elis. Jadi aku--"

"Aku tidak menyuruhmu untuk makan jika memang perutmu masih kenyang, Michael Jones! Aku mau kau duduk dengan Daddy dan membicarakan tentang pernikahan kita, karena perutku akan membesar! Kau pikir aku akan diam saja mendengar orang lain mengoceh tentang keadaanku yang akan menjadi seorang ibu, sementara statusku belum menjadi istrimu?! Itu tidak akan pernah terjadi dalam hidupku! Jadi cepat temui Daddy atau aku akan coba membunuh diriku lagi seperti kemarin!" tetapi sekali lagi wanita gila ini berteriak, dan juga mengancam akan membunuh dirinya sendiri seperti kemarin.

"Oh, Tuhannn...! Kenapa dia harus bertingkah seperti anak-anak, di saat aku sudah menjelaskan secara detail tentang keinginanku melakukan tes DNA terhadap janin di dalam perutnya ini, hah?" batinku menggerutu, "Dengar, Elis! Sudah kukatakan untuk menunggu sampai beberapa bulan ke depan, saat aku mendapatkan hasil dari tes DNA itu, bukan? Lalu kenapa kau memaksaku seperti ini, bahkan terus saja membawa-bawa Ayahmu? Apa kau karena aku adalah lelaki yang mengambil perawanmu, sehingga kau bisa seenaknya mengklaim jika bayi ini adalah anakku?! Aku juga tidak akan diam saja ketika kau ingin membodohiku, Elisabeth Mayer! Camkan ocehanku baik-baik!" lanjutku menumpahkan kekesalan, yang kali ini tak lagi hanya di dalam hati saja.

Kulihat Elis segera menumpahkan dua butir air mata di pipi putihnya, namun itu sama sekali tidak bisa menghentikan keinginanku untuk terus melangkah pergi dari mansion mewah keluarga Mayer tersebut.

BRAKKK...!

"Arghhh...! Brengsekkk...!" teriakku setelah membanting pintu mobil dengan sangat keras.

Mobil sport pun kubawa melaju dengan kecepatan di atas rata-rata membelah jalanan padat kota Texas, sebab tujuanku hanya ingin segera bertemu Filemon dan juga Greg.

Bip bip bip bip bip bip

Sayangnya ponsel pintar yang berada di saku celanaku terus berbunyi dan bergetar, sehingga mau tak mau aku pun harus sedikit menurunkan kecepatan laju berkendara.

"Nomor siapa ini?" lalu bertanya pada diriku sendiri, saat sebaris nomor ponsel tanpa nama muncul dari layar ponselku.

Klik

Dan karena memang aku sudah terbiasa tak memberi kesempatan pada penelepon aneh tanpa lebih dulu konfirmasi melalui pesan singkat, maka dengan cepat aku menutup panggilan tersebut.

Bip bip bip bip bip bip

Namun ponselku sekali lagi berbunyi, sehingga aku pun sedikit ragu untuk mereject-nya seperti tadi.

Alhasil dengan hati-hati aku mulai menggeser ikon hijau dengan gambar gagang telepon pada layar ponselku, "Hall--"

"Hei! Siapa kau?! Kembalikan ponselku, wanita jalanggg...! Heiii... tunggu kauuu...! Jangan lariii...! Kembalikan ponselku cep-- klik"

Dan jawaban di ujung panggilan telepon itu benar-benar membuatku terkejut, hingga aku memilih untuk berbelok ke dalam sebuah pelataran parkir dari toko roti yang ada di kiri jalan.

"Ada apa ini sebenarnya? Siapa perempuan jalang yang diteriaki oleh laki-laki di dalam panggilan telepon tadi?" batinku dengan cepat menatap sebaris angka di layar ponsel.

Tut tut tut tut tut

Karena rasa penasaranku yang besar, maka aku pun dengan cepat menelepon kembali nomor tersebut hingga terdengar nada sambung di telingaku.

"Hallo, siapa kau?! Apa kau teman si wanita jalang yang berusaha meminta bantuan untuk kabur dari Houston Race Park ini tadi? Jangan berharap kalian bisa berkompromi untuk itu, Brengsek! Aku si Black Stone tidak akan membiarkan kalian seenaknya merugikan Tuan Bill Gates! Kau lihat saja apa yang akan kulakukan pada wanita jalang yang seksi ini! Aku akan membuatnya terus bergerak telanjang di atas tiangnya sampai besok! Kau paham! Klik," dan duniaku seakan runtuh, saat barisan kalimat itu masuk ke dalam indera pendengaranku.

Segera saja aku membekap keras mulutku dengan satu telapak tangan, "Queennn... Kaukah itu? Ada apa denganmu, Sayang? Kenapa kau hanya diam saja tadi? Apakah mereka menyiksamu, hingga kau akhirnya menghubungiku seperti tadi?" sembari membatin.

Dan seketika saja tubuhku terasa lemas, layaknya seorang pelari maraton yang baru saja bertanding di tengah lapangan besar.

Tut tut tut tut

Dengan cepat ibu jariku mencari nomor ponsel Greg dan menelpon hingga nada sambungnya terdengar di telingaku.

"Hallo, Mike? Kau--"

"Cepat datang ke Corona Bakery sekarang juga, Greg! Aku ingin menemuimu, tapi mobilku tiba-tiba saja rusak. Aku berada di pelataran parkirnya, dan katakan pada Filemon untuk datang ke sini juga besamamu. Ada masalah penting yang harus kalian selesaikan, dan kali ini aku akan memberi sepuluh persen saham di perusahaan jika kalian berhasil membantuku! Klik," lalu sebuah kebohongan terpaksa aku buat, karena memang aku sangat tidak lampu mengendarai mobilku lagi.

Yang ada di dalam isi kepalaku hanyalah mengharapkan bantuan dari Greg dan Filemon, agar aku segera bisa segera bertemu dengan Queen. Meskipun harus mengorbankan sepuluh persen saham di perusahaan ayah yang sudah menjadi milikku saat ini.

🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡

To be continue

ᴡʜᴇɴ ᴛʜᴇ ꜱᴛʀɪᴘᴘᴇʀꜱ ꜰᴀʟʟɪɴ' ʟᴏᴠᴇ (ᴇɴᴅ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang