#6.Sah

4.9K 180 5
                                    

Gambar hanya sebagai pemanis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gambar hanya sebagai pemanis.

- Adelia-

Akad ini sebagai wujud cintaku pada Ummi, menemani hidup sosok lelaki yang menjadi pilihan bukan dipilih. Andai saja kalimat perjodohan itu tidak ada, mungkin semua tidak akan berakhir di meja pernikahan.
 

" Saya terima nikah dan kawinnya Adelia Pertiwi dengan maskawin cincin emas dan seperangkat alat shalat di bayar tunai." Suara lantang Dimas memenuhi ruangan, yang menjadi tempat dirinya dan Adelia melaksanakan akad nikah.

" Bagaimana saksi?" tanya petugas Kantor Urusan Agama yang menjadi wali dari mempelai perempuan.

" Sah," jawab kedua saksi yang duduk tidak jauh dari Dimas.

" Alhamdulilah." Ucap para undangan serentak.

Doa pun terlantunkan setelah prosesi ijab kabul berjalan dengan lancar. Ada rasa haru yang tidak bisa dijelaskan oleh Dimas, perjalanannya selama 24 tahun, kini sudah menjadi suami untuk Adelia.

Namun bagi Adelia, semua masih terasa mimp menjadi bagian hidup lelaki yang tidak dikenalnya sama sekali. Hanya isak tangis yang terdengar, antara hati dan mata berjalan selaras untuk mencurahkan rasa sedih yang tidak terbendung.

" Adelia," panggil Dimas pelan." Boleh aku membacakan doa barakah untuk kita?"

perempuan itu mendongakkan kepala, wajahnya berurai air mata. Entahlah, ia hanya ingin lelaki itu merasakan kesedihannya hari ini.

Dimas pun membacakan doa pernikahan, setelahnya mereka menandatangani buku nikah, Dimas menyerahkan maharnya kepada Adelia.

" Silahkan, Mas Dimasnya memberikan mahar pada istri." Ucap petugas Kantor Urusan Agama.

" Adelia.." Ucap Dimas bergetar.

" Aduh, jangan nama Mas suami, panggilan sayang." Petugas itu mengajari, sembari mencandai Dimas sebagai pengantin baru." Biasanya dipanggil apa istrinya?"

" Adik saja, Pak." Sahut Dimas.

" Nah, itu juga manis." Lelaki paruh baya itu tertawa.

" Dik, Adelia. Ini mahar dari saya, seperangkat alat shalat, mohon diterima dengan tulus dan ikhlas." Ujarnya mengikuti arahan dari pihak KUA, keringat dingin semakin membasahi sekujur tubuh Dimas.

Adelia mengangguk, menerima mahar yang diberikan oleh Dimas.” Terimakasih, Mas.” Ia tersenyum tipis, hanya mereka berdua yang bisa melihatnya.” Saya terima mahar dari kamu dan akan saya pergunakan sebaik mungkin."

IM SORRY HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang