#11. Batas Kota

514 44 2
                                    

Seminggu pernikahan telah berlalu, satu bulan pernikahan dipenghujung tanggal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seminggu pernikahan telah berlalu, satu bulan pernikahan dipenghujung tanggal. Perputaran jarum jam tetap berjalan normal, pergantian siang dan malam yang sempurna. Tidak ada yang perlu diragukan akan kekuasaan yang ditunjukkan Allah, benar - benar sempurna.

Berbeda dengan dua makhluk Tuhan yang sudah terlibat pernikahan, selalu ada saja masalah kecil yang diperbesar. Dimas lebih banyak mengalah, Adelia masih tetap keras kepala.

Sesuai kesepakatan, mereka pun tidak hidup satu rumah. Dimas memiliki alasan logis yang diberikan pada pemilik Yayasan tempatnya bekerja, tidak lain adalah mertuanya saat ini.

Kontrakan yang menjadi tempat bernaung, memang lebih dekat dengan Yayasan. Hingga ia pun tidak takut terlambat ketika berangkat bekerja. Ia akan tetap pulang ke rumah mewah itu, di hari libur dan menemui Adelia selayaknya suami - istri yang sementara waktu dipisahkan oleh jarak.

Yasmin pun menyetujui, tidak mempermasalahkan. Adelia benar - benar tidak percaya, mendapati sikap penerimaan Umminya yang begitu hangat pada Dimas, pesona Dimas terlalu dalam bagi perempuan paruh baya itu.

" Mengapa Ummi tidak menikahimu saja, dia yang menyukaimu, aku yang menjadi tumbal." Ucapnya pada lelaki di hadapan, malam ini Dimas harus menginap, menemui Adelia sebagai seorang suami.

" Jangan bicara seperti itu, terdengar sangat tidak sopan. Ummi mu tidak melihat saya selayaknya orang yang dicintai, ia hanya kagum." Jawab Dimas, menatap wajah istrinya.

" Apanya yang tidak sopan, aku kan bicara fakta." Sungut Adelia.

Dimas tersenyum tipis, mengganti pakaian mandi dengan baju santai untuk tidur.

" Kau sudah makan malam?" Adelia bertanya, sekedar basa - basi dan menciptakan perbincangan di kamar.

" Sudah, bagaimana dengan kamu sendiri?" Dimas memberikan pertanyaan serupa pada Adelia.

" Makan di mana? Aku belum makan malam tapi aku ada beli martabak, kau mau tidak?" Ia mengambil kotak berisi martabak yang dipenuhi taburan keju.

" Kamu yang beli?" Dimas memastikan, menatap wajah perempuan yang berjarak sangat dekat dengan wajahnya.

" Bukan, aku titip dengan pekerja di rumah. Tadi ke Supermarket, ya sudah, sekalian saja." Jemarinya mengambil satu martabak, lalu memakannya.

Dimas menatap bibir mungil Adelia, bergerak mengikuti dalam mulutnya yang sibuk mengunyah.

" Bagaimana temanmu jika kau menginap di sini?" Mata mereka beradu, Adelia buru - buru menghindar.

" Mereka tidak mempermasalahkan, yang saya datangi kan istri saya sendiri, tidak berdosa jika saya harus menginap." Dimas mengambil satu potong martabak lalu melahapnya.

Adelia mengangguk." Benar juga, kalau kita sudah bercerai, mana mungkin kau bertandang kemari lagi." Tawa kecilnya terdengar menyakitkan bagi Dimas." O, ya. Aku boleh bertanya?"

IM SORRY HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang