- Cukup, saya saja yang merasakan betapa tidak enaknya di abaikan, kamu jangan.- Dimas Zidan- OKE!- Adelia pertiwi
Adelia menyingsingkan celana, menyusul Dimas yang sibuk bekerja di sawah. Tanpa alasan, ia menyusul. Sembari menunggu waktu pulang ke kota, tidak salah memberi asupan mata dengan hamparan - hamparan padi yang menguning.
Adelia takjub, merasakan kebahagiaan yang sulit diungkapkan. Benar - benar pemandangan yang harus diabadikan.
Ia tersenyum tipis, menghampiri Dimas di gubuk sawah. Sibuk mengusir burung - burung yang ingin memakan padi.
" Hai." Sapanya cukup manis Dimas," pemandangannya indah sekali, saya suka."
Dimas tersenyum." Untuk apa menyusul, cuaca di sini panas sekali, Adelia. Kulit kamu bisa rusak."
Ia terkekeh, bibirnya tampak mengerucut." Tidak ada salahnya, saya memberikan hadiah terbaik pada diri sendiri, sebelum meninggalkan desa kamu."
" Ya sudah, yang terpenting saya sudah mengingatkan." Sahut Dimas, menggeser posisi duduknya untuk Adelia.
" Sawah milik Ayah luas sekali." Ia memberikan pujian, matanya berkeliling. Menikmati suasana yang panas namun menyenangkan.
" Sawah milik Ayah, bukan ini."
" Lalu?" Ia menoleh ke arah Dimas.
" Itu," Dimas menunjuk petakan sawah yang sudah kosong." Ayah baru saja akan mulai menanam padi lagi."
" Untuk apa kamu di sini, kalau sawah ini bukan milik Ayah."
" Memang bukan milik Ayah, tapi milik saya sendiri." Dimas melepaskan topi yang dikenakan, lalu mengulurkan pada Adelia." Pakai lah, hari ini panas sekali, saya takut kulitmu akan berubah."
" Ish!" Adelia berdecak, lalu memasang topi milik Dimas pada kepala." Aku pikir, lelaki sepertimu belum memiliki asset. Untuk sawah seluas ini, lumayan kok." Ia memberi pendapat.
" Memang, saya ini belum memiliki apapun yang bisa meyakinkan kamu."
" Kenapa saya kamu bawa - bawa?" Tatapan Adelia terlihat tajam.
" Apa salahnya? Saat ini kamu istri saya, tanggung jawab saya untuk menafkahi, walaupun kamu bersikeras tidak menganggap pernikahan kita ada, saya merasakan begitu nyata meminta kamu pada wali hakim."
" Bagaimana caranya, untuk saya lebih terbuka padamu, rasanya sulit." Tatapannya menerawang langit." Boleh dikatakan, pernikahan kita ini tanpa tujuan, saya memang tidak bisa menolak saat perjodohan lalu, tapi saya akan menolak ketika kamu sudah sah menjadi suami."
" Saya tidak mengerti." Kata Dimas, matanya tidak berpaling dari wajah Adelia.
" Jujur Dim, saya ini sudah memiliki kekasih, kami sudah bertunangan secara pribadi. Tiba - tiba saya dipaksa oleh Ummi agar segera menikah, saya sudah berusaha menolak. Tapi saya tidak punya kekuatan." Ia bercerita," saya tidak mengenal kamu, sedikit pun saya tidak mengetahui tentang kamu. Saya asing sekali, maka dari itu, marilah kita bercerai saja. Untuk enam bulan, kita jalani pernikahan selama enam bulan, lalu selesai. Agar saling menjaga diri, setelah menikah, kamu dan saya akan kembali ke kota, kamu tetap pada rumahmu yang lama dan saya akan keluar dari rumah Ummi."
Dimas merasakan sawah yang sedang ditunggui, membalikkan tubuhnya. Mendengar permintaan Adelia yang tidak pernah ia bayangkan.
" Maaf, Adelia. Saya serius menikah, serius mengajak kamu beribadah. Saat akad nikah lalu, saya serius menikah bukan untuk main - main. Bukan menikah kemarin lalu enam bulan bercerai. Jika saya salah, katakan salahnya Adelia, saya akan perbaiki." Wajahnya masih tidak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IM SORRY HUSBAND
Romans4 in Romance Adelia Pertiwi, usia 21 tahunnya sudah menjadi lembaran baru. Menjadi istri untuk lelaki yang bernama Dimas Zidan. Tenaga pengajar di yayasan milik Umminya, perjodohan tanpa persetujuan. Bagi Adelia hanya menguntungkan sebelah pihak, d...