#17. Birthday Dimas

579 32 1
                                    

- Aku adalah sosok yang bisa tertawa didepan umum, namun kesulitan menyembunyikan rasa perih pada sepinya malam, disudut kamar ditemani tangisan- Author

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- Aku adalah sosok yang bisa tertawa didepan umum, namun kesulitan menyembunyikan rasa perih pada sepinya malam, disudut kamar ditemani tangisan- Author

" Selamat ulang tahun, Dimas." Adelia mengucapkan hari spesial sang suami, jemarinya sibuk memasang kancing baju kerja Dimas." Pasti kaget kan? He .. he.. he, aku sengaja membuat kejutan untukmu khusus hari ini."

Dimas menahan lengan Adelia, mempertemukan bola mata mereka." Kamu tidak sedang bermimpikan, Adelia?" Ia kesulitan mempercayai kata - kata yang keluar dari bibir mungil milik istrinya.

" Semoga usiamu tepat dua puluh lima tahun, memberikan keberkahan pada diri sendiri dan orang - orang sekitar. Menjadi manusia baik, lelaki bertanggung jawab, semakin tampan dan penuh aura positif bagi lingkunganmu." Adelia terkekeh, mengecup pipi Dimas penuh ketulusan." Apa menurutmu masih seperti mimpi?"

" Kok bisa tahu, hari ini saya bertambah usia?"

Adelia mengerucutkan bibir, mencemooh Dimas." Aku lihat di buku pernikahan kita, make a wish dong."

" Make a wish?" Dimas tidak mengerti, keningnya berkerut.

Adelia mengangguk." Keinginan kamu diusia dua puluh lima tahun. Harapan yang ingin kamu capai, minta pada Tuhan. Ayo, berdoa Dim."

Dimas mengangguk, mengangkat kedua tangannya untuk berdoa.Ia memejamkan mata, berharap doanya sampai pada Allah dan dimakbulkan.

" Sudah?" Adelia bertanya ketika Dimas membuka mata.

" Sudah, saya boleh bertanya tidak padamu?" Dimas menatap tubuh Adelia yang bergerak menuju lemari.

" Hmmmm, boleh." Jawabnya tanpa menatap Dimas.

" Ucapan yang kamu berikan pada saya, tuluskah dari hatimu?"

Adelia membalikkan tubuh, melipatkan tangan dada. Mengulum senyum manis pada Dimas, hingga ia tampak cantik sekali, lelaki yang tengah memperhatikan, ketar - ketir sendiri membawa hati. Sudah berdesir hebat, takjub akan ciptaan Allah yang masih berstatus istrinya.

" Aku tidak perlu jawablah Dim, malas." Sahutnya dibarengi kekehan kecil," yang pasti, aku tidak meminta imbalan apapun. Aku tidak memaksa kau untuk membujuk Ummi, aku hanya ingin mengucapkan sebagai bagian dari peran seorang istri. Itu saja, jangan pula kau bebani."

" Saya bahagia, kamu menyempatkan diri untuk mengucapkan hari kelahiran saya." Ucapnya, Adelia sudah berdiri dihadapan.

" Untukmu.." Ia menyerahkan kotak bersampul pita merah," memang tidak mahal, hadiah ini aku yang membuatnya sendiri Dim."

Kedua kalinya, Dimas tidak percaya. Ia benar - benar terharu atas perhatian Adelia, sekalipun ia sering mendapat perlakuan tidak baik.

" Boleh saya buka?"

Adelia mengangguk.

Dimas membuka hadiah dari Adelia, dadanya berdebar hebat. Entah mengapa, aneh sekali. Ini bukan pertama kalinya menerima kado dari seorang perempuan.

" Aku menjahit sendiri Dim, saat SMA lalu lalu, aku mengambil ekstrakulikuler design dan menjahit. Kamu lelaki pertama yang menerimanya, Arden bahkan belum pernah mendapatkannya."

Satu baju koko putih, harum khas kain baru yang selesai dijahit. Senyum Dimas melengkung sempurna, di dalam hati terus bertasbih atas kelembutan Adelia yang bersusah - payah untuk dirinya.

" Terima kasih banyak istriku." Ujar Dimas romantis," hadiah ini sangat berarti bagiku. Aku doakan, Adelia dalam limpahan kasih - sayang Allah, diberikan kelapangan hati dan dipertemukan orang - orang baik agar menjagamu."

Diam - diam Adelia tersentuh, Dimas lelaki yang menghargai. Ingat sekali, ia pernah menawarkan Arden untuk dibuatkan baju, namun ditolak. Kekasihnya lebih menyukai pakaian - pakaian bermerk dan memiliki harga yang fantastis.

" Boleh nanti aku menjemputmu?"

" Untuk apa? Kau akan mengajakku ke suatu tempat?" Adelia mencibir.

" Iya, rencananya saya ingin mengajakmu makan siang di luar. Itu pun jika kamu ada waktu luang, bisa menemani saya."

" Tidak usah Dim, aku harus menemui Arden setelah jam kuliah berakhir. Ajak temanmu saja, ya." Adelia menolak, meraih tas yang tergeletak di atas kasur." Yuk, berangkat."

Jika Adelia sudah menolak, Dimas pun tidak pernah membujuk atau merayu. Ia selalu memberi keleluasaan, tidak ingin dikatakan sebagai benalu.

IM SORRY HUSBAND

Dimas fokus menyelesaikan tugasnya, memeriksa hasil ulangan siswanya tadi. Hingga tidak menyadari, tatapan dari perempuan yang duduk tidak jauh darinya. Sekali mata mereka saling bertemu, Dimas menyikapi biasa - biasa saja. Kedua kalinya, masih mendapati tatapan selvi belum beralih, ia terkejut. Di ruangan hanya ada mereka, membuat Dimas tidak enak hati.

" Istri Kakak teman kampus lalu ?" Selvi bertanya.

" Bukan, dia bukan teman saat kuliah." Sahut Dimas, menyandarkan tubuhnya ke sofa." Masih sangat muda, usianya baru saja menginjak dua puluh satu tahun, mahasiswi semester lima."

" Kenal di mana?" Pertanyaan Selvi terdengar menaruh cemburu.

" Saya di jodohkan, Vi." Dimas mengulum senyum tipis," istri saya adalah anak dari pemilik yayasan ini. Namanya Adelia Pertiwi, saya diminta langsung oleh Bu Yasmin untuk menikahi anaknya. Setelah saya meminta pertolongan Allah, ada pula jawaban dari permintaan itu."

______________

⬇⬇

FULL CERITA TERSEDIA DI APLIKASI DREAME

FULL CERITA TERSEDIA DI APLIKASI DREAME

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
IM SORRY HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang