_ Jangan jadikan cinta sebagai pelampiasan, kita sudah saling dewasa_
Keadaan rumah sangat sepi, perempuan yang baru bangun tidur tampak merenung cukup lama ditepi jendela.Umminya sudah pulang, kemarin. Dirinya dan Dimas harus menunggu satu minggu, katanya masih pengantin baru.
Adelia sampai heran, Umminya pun manut saja dengan ucapan keluarga Dimas. Kamar milik Dimas sudah rapi, wangi. Sepertinya Dimas yang mengerjakan tugasnya, seharusnya Adelia namun ia sengaja memberantaki kembali.
Biar puas hati melihat hasil kerja lelaki itu tidak dihargai. Ia sengaja bangun siang, lagi pula ia tidak tahu harus melakukan apa, selama hidup di kota, ia tidak pernah memegang sapu atau bahkan membersihkan kamar, ada Bibi Asih yang melakukan untuknya, dibayar sesuai kesepakatan.
Ia merentangkan tangan, memperbaiki otot - otot tubuh. Walaupun kasur yang digunakan Dimas sebagai bagian dari pengantin, tetap saja rasanya tidak empuk seperti kasur di rumah Umminya.
Ia menyingkap gorden yang menutup jendela, hingga tampak lah punggung Dimas, tengah bergabung dengan para tetangga, merapikan perlengkapan dapur yang digunakan untuk memasak.
Lelaki itu sesekali tertawa sumringah, tersenyum malu mendapati godaan dari orang sekitar.
Tanpa disadari, Adelia tertawa sendiri melihat ekspresinya. Kali ini Dimas tampak lebih tampan, padahal hanya mengenakan kaos biasa saja. Bagaimana jika mengenakan Jas lalu berdasi, Ah, Arden bisa kalah saing. Pikir Adelia melayang jauh.
Tiba - tiba ia ingin mengusili lelaki itu, segera merapikan tampilan dan menyusul Dimas di luar.
" Sayang." Panggil Adelia, menutupi kepalanya dengan selendang," aku boleh temani kamu?"
" Iki yo, Pakde musti ngaleh to Mas. Bojomu wes teko, jan ayu tenan, wes disayang - sayang, menak to nikah ki?" Ucap salahsatu Bapak - Bapak yang tengah berkumpul.
Wajah Dimas berubah malu, matanya menyipit, memastikan perempuan yang memanggilnya sayang adalah istrinya.
" Maaf Pakde." Jawab Dimas tertawa kecil, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
" Orak popo, manten anyar yo bioso, lekat macam ulat." Timpal yang lain, lalu tertawa lebar.
Adelia hanya tersenyum kikuk, ia tidak tahu arti yang diucapkan lelaki paruh baya itu.
" Kamu serius mau menemani saya?" Tanya Dimas," mengambil tumpukan piring kotor." Kamu harus bantuin juga, karena kamu menawarkan diri, maka dari itu Bapak - Bapak yang harusnya mencuci piring jadi pergi."
Adelia mengerucutkan bibir," itu hukuman untukmu."
" Kenapa saya dihukum?"
" Pikir saja sendiri." Ia menatap Dimas puas.
KAMU SEDANG MEMBACA
IM SORRY HUSBAND
Romance4 in Romance Adelia Pertiwi, usia 21 tahunnya sudah menjadi lembaran baru. Menjadi istri untuk lelaki yang bernama Dimas Zidan. Tenaga pengajar di yayasan milik Umminya, perjodohan tanpa persetujuan. Bagi Adelia hanya menguntungkan sebelah pihak, d...