#3. Sebatas Mimpi

4.3K 209 4
                                    

- Hatimu boleh hancur, tapi duniamu jangan.- Author

- <>-

  “ Serius harus pulang hari ini juga?" Lelaki yang baru saja bangun tidur menatap Dimas diambang pintu, bersiap –siap untuk pulang dikediaman orang tua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 
 “ Serius harus pulang hari ini juga?" Lelaki yang baru saja bangun tidur menatap Dimas diambang pintu, bersiap –siap untuk pulang dikediaman orang tua.

“ Mau bagaimana lagi, aku harus bicara pada Ayah dan Ibu. Mereka yang lebih mengerti, aku tidak bisa menyelesaikan sendiri.” Ia mengikat tali sepatu, sekilas melirik lelaki yang berdiri didekatnya.

Aydan mengangguk, mengerti maksud ucapan Dimas." Ada uang?"

" Masih, tabungan bulan lalu cukup untuk ongkos."

" Simpan saja uang tabunganmu, Mas." Aydan masuk ke kamar. Tak lama lelaki itu kembali, mengulurkan beberapa lembar kertas berwarna merah bernilai rupiah.

 " Kamu pakai saja uang ini, tabungan itu jaga – jaga kalau nanti jadi lamaran.” Kata Aydan, meletakkan uang ke saku jaket Dimas.

“ Eh, janganlah, Dan. Tidak enak pula aku.” Ia berusaha menolak namun Aydan bersikukuh agar diterima.

“ Janganlah pula kau pikirkan dalam - dalam, bisa jatuh sakit nanti. Kau akan menikah."

Dimas menatap Aydan yang berdiri di hadapan." Terima kasih banyak, Dan."

" Kita susah – senang bersama, dari masa kuliah, kau juga tidak pernah pikir – pikir kalau mau bantu aku dan Bang Faqih. Yang terpenting urusan kamu selesai, segera menemukan jawaban terbaik untuk jodohan pilihan Bu Yasmin." Jawabnya menyemangati.

Dimas memeluk tubuh sahabatnya, menepuk bahu Aydan penuh haru. Walaupun mereka berbeda suku, tidak ada batasan untuk berbuat kebaikan.

" Aku pamit, Assalamualaikum." Dimas mengenakan helm, lalu naik ke atas motor.” Salam ke Bang Faqih, mohon doanya.”

Aydan tertawa kecil, manggut – mangut." Waalaikumussalam, hati-hati, kabari kalau sudah sampai di rumah."

Dimas mengacungkan jempol, Motor pun melaju, meninggalkan kontrakan yang mereka tempati.

Tempat tinggal sejak masih kuliah, selain harga yang ekonomis, ia juga sudah malas diribetkan dengan barang – barang bawaan ketika akan pindah. Namun jika nanti benar - benar menikah, mau tidak mau ia harus keluar, meninggalkan Aydan dan Faqih sebab ia sudah memiliki istri, Adelia Pertiwi mana mungkin tinggal bersama dua orang temannya, bisa menjadi bahaya besar.
 
 
IM SORRY HUSBAND
 
Rumah panggung sederhana menjadi tempat Dimas berhenti, dua Adiknya terlihat sedang berada di halaman rumah. Sibuk membersihkan rumput – rumput liar, sedangkan yang paling kecil tampak asik dengan susunan bunga yang begitu indah.

Assalamualaikum.” Sapa Dimas tersenyum, mengejutkan adik bungsunya yang sedang sibuk.” Rajin banget pada bersih – bersih.”

“ Eh, Mas Dimas.” Ia berteriak kegirangan, memeluk kakak lelaki satu – satunya yang sudah lama menetap di kota.

IM SORRY HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang