#14. Singa Betina

610 45 1
                                    

- Jika lapar, maka makanlah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- Jika lapar, maka makanlah. Jika lelah, tidurlah. Dan jika hatimu terluka, sadarlah!

Dimas bernapas lega sebelum ikut melelapkan diri, sempat beradu pendapat namun ia tetap harus kalah, tak ada pilihan untuk memenangkannya.

Jika bukan karena pemaksaan dari Ibu mertuanya yang sedang melakukan perjalanan bisnis, Dimas memilih tidur di kontrakan hingga malam wajib berkunjung tiba.

Ia sudah bisa menerka, Adelia akan memberikan pandangan buruk atas penginapannya satu minggu ke depan. Sejak Umminya mengatakan mereka tinggal satu atap. Wajah Adelia sudah berubah kesal, berkali - kali menatap sinis pada Dimas.

Jarum jam berdetak kencang, angka pun sudah menunjukkan larut malam. Namun Dimas tidak mampu terlelap, ia benar - benar gelisah.

Handphone milik Adelia tiba - tiba berdering, panggilan pertama tidak terjawab. Sepertinya sang pemilik kelelahan hingga terlelap.

Panggilan ketiga, samar - samar Dimas menemukan Adelia sudah tersadar, mengangkat panggilan dengan panik.

" Apa? Kamu nabrak orang?" Raut wajah Adelia sangat khawatir," keadaan kamu sendiri bagaimana?"

" Tidak ada luka, cepat kemari!"

" Aku ke sana, sekarang."

Dimas menyalakan lampu, menatap Adelia diserang kepanikan.

" Siapa yang mengalami kecelakaan?" Dimas menghampiri istrinya, tengah sibuk mencari baju ganti.

" Arden, tunanganku."

" Apakah dia tidak memiliki keluarga, hingga menganggu waktu istirahatmu?" Tatapan Dimas sangat tajam.

" Aku tidak suka, kau ikut campur masalahku!"

" Kau istriku, kau tidak lupa itu kan? Saya yang lebih berhak atas dirimu, bukan Arden." Balas Dimas.

" Kau saja yang menganggapnya seperti itu, aku tidak." Adelia menoleh ke belakang," dia tunanganku, dan kau hanya lelaki pilihan Ummi."

" Tetap saja Adelia, saat ini saya masih suami sah, apa salahnya menuruti permintaan saya, sekali ini saja. Enam bulan bukan waktu yang lama, bantu saya untuk tidak memikul dosa kau juga."

Adelia menghela napas, semakin muak." Pikul saja sendiri, aku tidak meminta kau untuk menikahiku. Jelas, dosa yang kau tanggung bukan masalahku sekarang."

" Ya, saya tahu, saya ini memang lelaki bodoh. Tapi tolonglah, jangan posisikan saya seperti buah simalakama. Kau istri sah, mahramnya saya. Malam - malam keluar, menemui lelaki lain. Kau mengerti, agama kita melarangnya."

" Itu adalah risiko kau menikahiku Dimas. Sudahlah, jangan berisik." Adelia menjentik dagu Dimas." Jangan mengadu macam - macam pada Ummi atau kau akan aku jadikan duda esok pagi!"

" Saya harus seperti apa Adelia, ketika menjadi suamimu?" suara Dimas terdengar lemah, menahan lengan Adelia sebelum meninggalkan kamar.

" Tidak perlu menjadi apa - apa, sebab aku tidak ingin kau menjadi suami." Ia menepis tangan Dimas.

IM SORRY HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang