Skema hidup impian: Bayi➡Anak – anak ➡ Remaja➡ Dewasa➡Jatuh cinta➡ Menikah➡bahagia.
___ Sore ini kamar kita kedatangan kupu - kupu,orang tua dulu bilang ada sosok yang kamu harapkan datang di hidupmu. Siapa kah dia?___
" Hai," Dimas menyapa Adelia, perempuan itu tampak sibuk bersama tatanan bunga mawar di halaman rumah.
" Eh, Dimas." Adelia menoleh ke sebelah, mengukir senyum manis. Satu minggu setelah akad Arden ia lebih sedikit membaik, berkat bantuan Dimas pastinya.Walau sedikit sekali tapi sudah bisa di apresiasi. Dimas bahkan meluangkan waktu guna bercerita, baik cerita lucu atau terkadang sharing tentang Agama, hingga beberapa kali Adelia tertidur nyenyak di pelukan Dimas. Dimas juga sering bermain Gitar, menghadirkan beberapa melodi – melodi indah, Dimas yang mencandai dirinya, sekedar mencium wajah Adelia ketika akan tidur. Maka Adelia begitu cepat menutupi wajah, hingga tawa mereka terdengar, menghias di antara ruang kamar sempit itu.
" Suka mawar ya?" Tanya Dimas, berusaha menebak.
Adelia mengangguk," suka, kamu yang menanamnya?"
" Iya, saya suka berkebun dan juga tanam – menanam, kamu mau mencoba?"
Adelia mengangguk." Boleh, tapi mawar saja ya, akan aku simpan di kamar kita nanti."
" Biar apa?" Dimas mengambil pot kosong, menggali tanah subur untuk di tanami bunga mawar pilihan Adelia.
" Kamar itu kalau ada mawarnya bakal harum, kamarku di rumah Ummi kan penuh banget dengan nuansa bunga mawar." Jari Adelia memasukkan tanah yang digali Dimas ke dalam pot." Karena kita juga suka bunga mawar. Nggak salah dong aku bawa masuk ke kamar, kamu keberatan?"
Dimas menggeleng." Cincin pernikahan kita mana Adelia?" Ia menatap kearah jemari lentik Adelia, hanya cincin pertunangannya bersama Arden yang melingkar manis dijarinya.
" Aku simpan, dari awal menikah tidak pernah aku pakai. Cerai nanti pasti aku kembalikan, kamu bisa tautkan pada perempuan yang akan menjadi istrimu." Adelia masih asik dengan kegiatannya, tidak peduli ekspresi Dimas.
" Nggak perlu dikembalikan, simpan saja. Kenang – kenangan dari saya, kan selama jadi suami belum pernah memberikan satu hal yang spesial untuk kamu." Dimas tersenyum, ikut berjongkok dan membantu Adelia.
Adelia menoleh wajah Dimas yang tidak berjarak," benar nih untukku?"
" Anggap saja sebagai hadiah." Dimas berusaha menampilkan senyumnya, seakan – akan menunjukkan diri bahwa baik – baik saja.
Adelia terkekeh." Kamu bukan tipe cowok romantis, Ibu yang bilang begitu. Artinya apa ya tiba – tiba memberi perempuan hadiah mahal?"" Tidak ada arti apa – apa, untuk kamu saja. Barangkali bermanfaat, walaupun kamu sanggup membeli lebih daripada itu. Jangan menilai dari harganya, tapi ketulusan pemberinya."
Adelia membersihkan kedua tangan dari tanah yang melekat, manggut – manggut.
" Dimas," panggilnya melembut. Duduk di kursi sedangkan Dimas masih berjongkok.
" Hmmm," sahut Dimas." Kenapa?" Ia menoleh ke belakang.
" Kamu kok tidak pernah menuntut hak sebagai suami? Setidaknya kamu kan sudah menjalani kewajiban – kewajiban padaku, nggak marah atau kesal gitu? Dua bulan lalu kamu menikahiku, ngerasa baik – baik saja dengan Ibu yang sering menanyakan cucu?"
Dimas meletakkan sekop, ikut duduk satu kursi dengan Adelia." Saya tidak ingin menyakitimu Adelia, hubungan yang seperti itu sudah dalam dan harus ada rasa, kamu saja belum bisa memiliki perasaan apa pun apalagi sampai menyerahkan tubuhmu padaku, mana mungkin saya bisa melakukannya. Kecuali kesediaan itu datang darimu sendiri." Dimas mengayunkan kakinya yang tidak menyentuh tanah.
" Maafkan aku ya Dim, aku tidak bisa menyerahkan sepenuhnya tugas sebagai seorang istri padamu. Jika kamu ingin menunaikan kebutuhanmu sebagai seorang lelaki dengan halal, aku tidak masalah dijatuhkan talak saat ini juga dan menikahlah dengan perempuan lain. Aku ingin kamu bebas, punya pandangan masa depan yang baik, tidak seperti sekarang." Adelia mengerucutkan bibir.
" Bahkan kamu belum mencoba untuk mencintai saya sudah mengatakan enggak bisa, apa itu pernah terlintas di benak kamu? " Ya, Dimas masih harus berjuang dihadapan Adelia saat ini.
Adelia menggeleng, tersenyum pada Dimas." Kamu memang baik Dimas, sabar dan unik.Tapi aku ada ngomong ke kamu kan, bareng kamu itu nggak buat aku ngerasain something yang tiba – tiba kepikiran ' aku istri Dimas Zidan', aku harus gimana? Aku nggak mau merepotkan diri sendiri apa lagi orang lain." Curahnya serius.
Dimas tertawa miris," saya masih belum percaya saja menikahi perempuan yang tidak bisa menaruh rasa yang sama."
Adelia meletakkan jemarinya di atas punggung tangan Dimas," pernah denger kalimat ' Perempuan yang baik untuk lelaki yang baik pula ' begitu pun sebaliknya, kamu baik sekali dan tidak pantas dimiliki aku yang seperti ini tampilannya, tidak menutup aurat, tidak berjilbab seperti Selvi ataupun Virra, salat saja bolong – bolong kalau kamu tidak berisik. Minim agama dan itu jauh berbeda dengan kepribadianmu Dimas."
" Kamu baik kok Adelia, semua yang ada di diri kamu bisa diubah. Perlahan kita coba bareng – bareng, mau?" Dimas menawarkan diri.
Adelia menghela napas," tidak Dim. Aku tidak bisa hidup bersamamu tanpa cinta."
Bunga mawar yang ada pada salah satu tangkai jatuh ke tanah, masih segar. Dimas hanya menatap tanpa mengambilnya, mawar itu jatuh sesuai dengan relung jiwanya masuk perlahan – lahan menghentikan seluruh nadi.
IM SORRY HUSBAND
Adelia tersenyum kikuk mendapati keluarga mertuanya di ruang tamu, niatnya menuju dapur segera terurung. Tampak Dimas duduk di sebelah sang ayah sambil merangkul, sesekali tertawa lepas. Entah apa yang sedang dibicarakan, yang pasti keluarga Dimas benar – benar membaur. Lelaki itu sayang keluarga, benar – benar idaman untuk kalangan perempuan yang baik.
⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️
FULL CERITA TERSEDIA DI APLIKASI DREAME
KAMU SEDANG MEMBACA
IM SORRY HUSBAND
Roman d'amour4 in Romance Adelia Pertiwi, usia 21 tahunnya sudah menjadi lembaran baru. Menjadi istri untuk lelaki yang bernama Dimas Zidan. Tenaga pengajar di yayasan milik Umminya, perjodohan tanpa persetujuan. Bagi Adelia hanya menguntungkan sebelah pihak, d...