12 - Genggam

190 49 16
                                    

Sambil memegang setumpuk kertas di tangannya Nada berjalan pelan menuju ke UKS untuk menempatkan kembali kertas-kertas yang tadinya dipergunakan peserta lomba untuk menuliskan jawaban.

Dengan langkah pelan Nada menyusuri koridor sekolahnya yang saat ini tampak lebih ramai dari biasanya karena acara yang sempat tertunda karena waktu ISHOMA tadi sudah kembali berjalan.

Suara riuh dari lapangan bahkan dapat Nada dengar dari posisinya saat ini, matanya melirik kearah lapangan yang saat ini tengah ramai para kakak kelasnya yang tengah menikmati alunan lagu yang dimainkan oleh salah satu band di sekolahnya.

Karena asik menelusuri lapangan tanpa sadar tubuh Nada terhempas jatuh ke lantai karena menabrak sesuatu.

"Aduh." Nada mengaduh sambil memegang lututnya yang terasa nyeri karena terbentur lantai.

"Lo nggak pa-pa?" tanya seseorang yang saat ini tengah ikut berjongkok menyejajarkan posisi mereka.

Kepala Nada mendongak, matanya menatap siapa orang yang saat ini tengah berjongkok di hadapannya.

"Astaga, Nada! Sakit ya? Maaf ya," suara orang tersebut terdengar sangat menyesal.

Nada menghembuskan napasnya, "Kalo jalan itu pake mata!" ketus Nada sambil mencoba berdiri dari posisinya saat ini.

Nada membuyarkan bayangan di otaknya tentang akan ditolong seorang cowok ganteng yang akhirnya menolongnya dan menawarkan bantuan untuk membawakan barang-barang yang dibawanya tadi, namun nyatanya yang saat ini ikut berdiri di hadapannya adalah salah satu orang yang paling jago membuatnya migrain seketika.

"Ck, Lo mau gue tolongin gitu amat sih, Nad, lagi baik nih gue," cowok itu kembali bersuara diikuti dengan decakan kesal yang keluar dari bibirnya.

"Heh Bambang, ngapain lo ada disini?!" sarkas Nada sambil memunguti kertas-kertas yang berserakan tersebut.

Cowok yang tak lain adalah Bambang itu memutar bola matanya malas, "Ini buat umum kan? Ya udah sih, sewot amat lo!" ucap Bambang santai sembari menatap Nada yang saat ini tengah membereskan kertas-kertas yang sebenarnya sengaja ia senggol tersebut tanpa ingin membantunya.

"Lo nggak ada rasa bersalahnya ya? Bantuin coba!" Nada menatap bengis kearah Bambang yang saat ini memang enggan untuk membantunya.

"Sayangnya gue emang nggak punya rasa bersalah gimana?" tanya cowok itu balik dengan senyumannya yang tampak sangat menyebalkan di mata Nada.

Nada berdecak kesal menatap Bambang yang saat ini dengan santainya bersedekap tangan di hadapannya.

"Gue duluan ya, semangat!" kata cowok berseragam putih biru itu sembari berjalan pelan meninggalkan Nada yang saat ini masih sibuk membersihkan kertas-kertas yang tidak terkumpul-kumpul karena terus saja tertiup angin tersebut.

Nada menarik napasnya mencoba untuk menetralkan emosinya yang melambung naik hanya kerena cowok berseragam putih biru yang tak lain adalah adik kelasnya sejak sekolah dasar dan di SMP tersebut.

Mata Nada membulat tat kala kini ada sebuah tangan yang tanpa sadar terulur untuk membantunya membereskan kertas-kertasnya yang berserakan tersebut.

Nada mengangkat pandangannya untuk melihat siapa orang tersebut, matanya bertambah lebar kala ia mengetahui siapa orang yang membantunya tersebut. Cowok yang tangan kanannya sibuk membereskan kertas dan tangan kirinya tengah menahan kamera itu membuat tubuhnya tidak bereaksi kala melihatnya.

"Ini, udah semua."

Pandangan Nada mengikuti cowok yang saat ini tengah berdiri dengan sebuah tangan yang menyodorkan ke arah Nada untuk memberikan tumpukan kertas tersebut.

Nada masih terdiam beberapa saat sebelum suara cowok itu menginterupsinya untuk tersadar dari lamunannya, "Maaf ya, Zra," kata Nada tersenyum kikuk sambil mengambil kertas-kertas yang diulurkan oleh Yazra tersebut.

Yazra tak membalas ucapan Nada dan hanya balas tersenyum kepada cewek itu, "Kalau gitu gue duluan ya," kata Yazra sambil berjalan pergi meninggalkan Nada sebelum melambaikan tangannya ke arah Nada.

Tanpa sadar sebuah lengkungan hadir di pipi Nada, Nada tersenyum memandang punggung Yazra yang saat ini sudah semakin menjauh dari dirnya.

-Triangle-

Helaan napas kasar yang keluar dari mulut Nada saat mendengar apa yang baru saja diucapkan sang kakak kelas yang saat ini tengah berdiri di hadapannya.

"Saya nggak mau tau, Nad, kamu cari Devan sampai dapat, kalau enggak kamu cari kamera, saya nggak peduli kamera siapa pun, kalian seksi acara harusnya paling ngerti tapi kok kaya gini," ucap sang kakak kelas yang tak lain adalah seniornya di PMR.

Nada menganggukkan kepalanya patuh mendengar ucapan kakak kelas tersebut. Nada menggerutu kecil saat mengingat dia harus kembali sibuk lagi, dan hal ini diakibatkan hanya karena salah satu anggota seksi acara yang bertugas mendokumentasikan acara tidak ada saat sekitar sepuluh menit lagi acara pembagian hadiah yang juga merupakan acara akhir dimulai.

Dengan berdecak kesal Nada berjalan cepat kearah tangga dan menuruni tangga tersebut dengan cepat, ia harus kembai lagi ke gedung sekolah untuk mencari Devan yang hilang itu atau paling tidak menemukan seseorang yang membawa kamera.

Nada berlari memasuki lapangan acara, ia menajamkan matanya untuk mencari Devan yang membuatnya naik pitam itu.

"Nad, kok disini?" tanya Lara yang saat ini tengah beridiri di samping Raina yang belum pulang juga.

"Liat Devan nggak? Acara udah mau dimulai anak dokumentasi ilang semua!" ujar Nada to the point.

Lara menggelengkan kepalanya diikuti Raina yang mengangkat bahunya acuh.

"Gue duluan ya, mau nyari si kunyuk Devan, kabur ninggalin tanggung jawab tu orang! Lo cepetan ke atas ya!" kata Nada sambil meninggalkan dua orang yang hanya menganggukkan kepalanya.

Nada masih berkeliling mencari Devan yang sejak tadi dicarinya, tangannya meraih ponselnya dan melihat waktu di ponselnya, Nada mengacak rambutnya frustasi saat melihat waktu yang ia miliki hanya dua menit saja.

Hingga akhirnya pandangan Nada terfokus ke arah seseorang yang saat ini tengah memegang kamera dan tengah membidik sesuatu.

Nada menggelengkan kepalanya, namun pada akhirnya ia berdecak kesal, Nada akhirnya memutuskan untuk menghampiri cowok tersebut dengan berlari.

"Yazra! Pinjem kameranya boleh nggak? Eh, harus boleh deh, pinjem ya?" Nada menatap Yazra dengan wajah memelasnya, Yazra yang terkejut itu hanya menatap Nada dengan alis berkerut.

Nada berdecak saat melihat Yazra yang saat ini masih saja diam tanpa suara di hadapannya, "Yazra, pinjem ya, gue kembaliin kok, nggak bakal gue gadai kok!" Nada mengangkat dua jarinya membentuk peace.

Yazra yang awalnya menatap Nada ragu itu akhirny menganggukkan kepalanya, "sekalian gue fotoin aja nggak papa kok, lagian acara lombanya udah selesai, mau?" tawar Yazra yang jelas saja langsung mendapat anggukan antusias dari Nada.

"Ikut gue ya, acaranya di laboratorium," ajak Nada sambil menarik pergelangan Yazra dengan semangat.

Keduanya kini berlarimelewati gerbang sekolahnya menuju ke arah luar tepatnya ke laboratorium sekolahnya, tanpa mereka sadari kedua tangan mereka saat berlari itu masih bertaut, saling menggengga untuk menyalurkan rasa yang tak pernah tersampaikan.

-Triangle-

Yuhuuu... Tugas minggu ini nggak ada abisnya gaes jadi updatenya telat deh, padahal aku udah janji update setiap minggu, maaf yaa..

Triangle | TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang