Nada menggelengkan kepalanya sambil menatap Yazra, "nggak usah, gue bisa sendiri," kata Nada dengan suara tegas.
Ia berkata tegas agar Yazra tidak mengikuti dirinya lagi, ia sudah sangat malas untuk berurusan dengan cowok yang ada dihadapannya ini.
"Beneran nggak papa?" Tanya Yazra lagi untuk meyakinkan.
Nada mengangguk dengan mantap, ia benar-benar tidak ingin Yazra berada didekatnya lagi, setidaknya biarkanlah dirinya itu waktu untuk benar-benar move on.
Setelah terlihat berpikir akhirnya Yazra memutuskan mengangguk dan memberikan Nada jalan untuk pergi ke mini market yang saat ini jaraknya sudah tidak begitu jauh dari tempatnya.
Tanpa berbasa-basi Nada langsung melewati tubuh Yazra dan berjalan dengan langkah sedikit tergesa untuk menyebrangi jalan.
Naas, saat Nada menyebrang jalan ia tidak terlalu memperhatikan jalanan karena ia terlalu sibuk dengan pikirannya.
Tadi hampir saja dirinya terserempet oleh sebuah motor yang melaju dengan kencang.
Jantung Nada seolah terkecekat, ia masih merasakan bagaimana dirinya hampir saja ditabrak oleh motor tersebut.
Saat tersadar, dirinya saat ini sudah berada di dekapan tubuh seseorang yang entah siapa, Nada memejamkan matanya karena masih menetralkan jantungnya yang hampir menggila.
"Hati-hati, gue duluan."
Nada sadar saat pelukan kokoh itu sudah terlepas dari tubuhnya, menyisakan dirinya sendiri yang saat ini masih terpaku pada apa yang baru saja terjadi.
Nada membalik tubuhnya, alisnya bertaut ketika menatap sosok bertubuh jangkung yang posisinya membelakangi dirinya.
Nada menggeleng pelan, jelas sekali bahwa cowok itu bukanlah Yazra karena yang ia sadari Yazra tadi mengenakan kaos putih dan celana pendek, namun cowok yang menyelamatkannya itu menggunakan kaos hitam dan juga celana jeans.
Nada menggerutu saat melihat cowok itu sudah menghilang dari pandangannya karena sudah mengendarai motornya.
Nada bahkan belum sempat berterimakasih dan melihat sosok yang menjadi penolongnya tadi.
Hembusan napas kasar keluar dari bibirnya, sebaiknya ia lebih cepat dan lebih berhati-hati lagi, ia tidak ingin hal seperti tadi terjadi lagi, bukan tidak memungkinkan nanti tidak ada yang menolongnya.
-Triangle-
Nada menghembuskan napasnya kasar, setelah tadi bertemu dengan Yazra tanpa disengaja, hampir terserempet motor, dan tidak sempat berterimakasih membuat kepalanya terasa berdenyut.
Entah hal apa lagi yang akan terjadi untuknya hari ini, rasanya kepalanya sudah lelah memikirkan apa saja yang nanti akan terjadi.
Nada berbaring di kasurnya, tangannya meraih ponsel yang ia letakkan di atas nakas.
Jarinya membuka aplikasi WhatsApp yang sayangnya tidak menampilkan pesan apapun selain grup keluarga dan juga grup PMR yang ribut.
Jemarinya membuka pesan teratas yang sengaja ia beri pin, menggulir layar hingga menampilkan pesan pertama diantara keduanya, membaca lagi kisah yang pernah tertulis didalam benda persegi tersebut.
Nada menghembuskan napasnya kasar, ia sadar, memang akan begini fasenya, setelah menjadi sedekat itu kita akan menjadi sejauh ini.
Dirinya tengah memperhatikan pesan-pesannya dengan Nako, yang memang semakin lama semakin seperti tidak ada pembahasan.
Yang dulu selalu bertukar kabar dan selalu mendapat topik untuk dibicarakan semakin lama semakin menyempit hingga hampir tak menemukan pembahasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triangle | Tamat
Teen FictionDigombalin lewat ketikan bapernya sampai ke real life. _______________________________________________ Semua dilakukan secara virtual saat ini, namun haruskah aku jatuh hati kepada sosok yang kutemui sebatas ketikan jari? Semua tentang Nada yang ter...