Nada menarik napasnya, bel pulang sekolah sekitar sepuluh menit lagi akan berbunyi, namun saat ini dirinya baru menuliskan sepuluh bagian dari total delapan belas bagian catatan yang diberikan oleh gurunya.
Nada tidak akan mengeluh dan terus menghela napas kasar saat yang diberikan tidak terlalu panjang atau paling tidak hanya sekitar tiga baris kertas per bagian, namun catatan yang saat ini harus ia catat itu berisi minimal enam baris kertas perbagiannya, jadi kurang lebih kini dirinya masih butuh menulis sekitar empat puluh delapan baris rentetan kata lagi.
"Mama, Dara mau pulang, ma!" keluh Nada karena dirinya masih belum menyelesaikan tugas tersebut.
Karena tempat duduknya yang berada tidak jauh dari meja guru membuatnya menatap guru pendidikan kewarganegaraan dihadapannya dengan tatapan memelas.
Guru bertubuh mungil dihadapannya itu menatap Nada dengan tatapan sengit, "kenapa kamu natap saya kaya gitu? Kaya saya punya utang aja sama kamu," ujar guru tersebut dengan suaranya yang terdengar sinis tersebut.
Nada menghembuskan napasnya kasar kembali, "Bu ini saya kumpulnya besok pagi aja ya. Saya janji sebelum jam tujuh pagi sudah ada diatas meja ibu," kata Nada dengan suaranya yang terdengar bersungguh-sungguh ditambah dengan tangannya yang mengacungkan jari telunjuk dan tengah membentuk peace.
Nada menatap gurunya tersebut dengan tatapan penuh permohonan, hari ini ia akan dijemput oleh kakak pertamanya dan akan menginap dirumah kakak pertamanya, maka saat dirinya akan pulang terlabat sudah dipastikan kakaknya itu akan mengomeli dirinya yang ngaret.
"Nggak selesaikan sekarang! Mau sampai jam enam kamu saya tungguin kok."
Jawaban dari gurunya tersebut membuat Nada memajukan bibirnya kesal, guru dihadapannya ini terlalu sulit diajak berkompromi.
Tanpa banyak ba-bi-bu Nada langsing menuliskan catatan yang diberi gurunya itu ke atas kertas putih miliknya, ia sudah tidak memikirkan tulisan rapi atau salah menulis, yang ia pedulikan hanya ia bisa menyelesaikan catatan dihadapannya ini selesai.
Matanya kini melirik jam dinding yang bertengger di bagian depan dinding kelasnya, sudah sekitar lima belas menit bel pulang berbunyi dan dirinya juga tinggal menyelesaikan sekitar dua bagian dari catatan tersebut.
"Sudahlah, anak ibu sudah nelpon, saya pulang duluan, pokoknya besok saya mau sebelum saya datang sudah ada di atas meja saya."
Guru didepannya itu berdiri dari duduknya sembari merapikan barang-barangnya.
Nada yang tengah memegang pulpen seketika diam dan tak mampu mengucapkan apapun, mulutnya kini terasa kelu.
Setelah tadi ia sibuk bernegosiasi untuk bisa mengumpulkan besok guru itu malah dengan gigihnya mempertahankan keputusannya, namun saat ia kini hanya tinggal menyelesaikan dua bagian dan sudah lima belas menit melewatkan waktu pulangnya guru tersebut malah menyuruhnya untuk pulang.
Nada menarik napasnya kasar saat guru itu sudah berjalan dengan dan santai meninggalkan kelasnya.
Nada menahan emosinya, ia menarik napasnya perlahan dan menghembuskannya dengan perlahan pula.
Setelah ia meredakan emosinya akhirnya Nada dengan tergesa merapikan mejanya yang berantakan.
Sambil menggerutu Nada langsung merebut tasnya dan langsung berlari ke arah gerbang sekolahnya.
Nada menghembuskan napasnya perlahan karena tepat saat ia berada di depan gerbang saat itu pula kakaknya sudah melakukan motornya dan meninggalkan sekolahnya.
Nada sebenarnya ingin mengejar motor kakaknya yang sudah menjauh, namun ia mengurungkan niatnya itu karena apa yang dilakukannya itu akan sia-sia karena sudah dipastikan bahwa kakaknya tidak akan menghentikan laju motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triangle | Tamat
Novela JuvenilDigombalin lewat ketikan bapernya sampai ke real life. _______________________________________________ Semua dilakukan secara virtual saat ini, namun haruskah aku jatuh hati kepada sosok yang kutemui sebatas ketikan jari? Semua tentang Nada yang ter...