Prolog

1.4K 41 0
                                    

Suasana dimeja makan menjadi tenang. Bagi Bella, ini menyerupai upacara pemakaman yg khidmat ketimbang acara makan malam bersama. Bella tidak suka suasana seperti ini.
"Kemarin, kami dan mama Viyan sempat saling cerita, Bell." Mama mengelap bibirnya dengan tisue.
Andra tahu, akan dibawa kemana arah pembicaraan ini.
"Sepertinya, kamu dan Viyano cocok. Yah, kalian ternyata dipertemukan waktu KKN, Saling
dekat sampai sekarang. Bahkan, Viyan juga jadi sahabat Andra."
Bella ingin menjerit. Rasanya, gerak peristaltik ditenggorokannya semakin pelan. Lenyap bersama nafsu makannya yg tiba2 menguap.
"Kami sudah sepakat ingin menjodohkan kalian." Mama menjentikan jarinya. Layaknya ini ide brilliant yg patut dipuji.
Andra tersedak makanannya sendiri, seiring dengan segelas air putih yg tumpah membasahi pahanya.
"Andra, kamu nggak papa?" tanya mama cemas.
Andra mengibaskan tangannya pelan. "Enggak papa, Ma"
"Itu kalau kamu bersedia, sayang." papa melanjutkan dengan suara bijak.
Bella tetap tenang dengan gayanya sendiri. Memotong rendang dengan garpu, lalu menyuapkan kemulut dengan gerakan pelan. Ada banyak hal yg terlintas dipikirannya sekarang. Yg membuat hatinya terasa seperti di iris-iris. Membuat air matanya membeku, sampai tidak ada ekspresi yg tergambar diraut wajahnya.
"Benar. Itu kalau kamu setuju, Bella. Mama dan papa tidak memaksa...," lanjut mama masih dengan suaranya yg khas dan lembut.
Bella mengakhiri makan malamnya. Menenggak segelas air putih sampai habis, lalu mengelap bibirnya dengan tisue. Setelah itu hanya ada satu jawaban yg terlintas dipikirannya.
"Kalau Viyan juga mau, ya nggak papa, Ma." kata-kata itu seperti bukan diucapkan Bella. Dia lelah menjadi seperti ini terus. Menjadi seorang pendiam, yg hanya bisa berkata 'iya', tanpa bisa mengeluarkan isi hati yg sesungguhnya. Sungguh, ini menyakitkan.
"Kalau begitu, kita tinggal menunggu jawaban Viyan pa."
Andra meletakan peralatan makan dengan pelan. Tenaganya hilang mendengar kata persetujuan
Bella. Sendi geraknya melemas begitu saja. Napasnya tercekat.
Bella terlihat asyik menikmati makanan pencuci mulut. Bahkan, dia tidak peduli dengan tatapan Andra yg sejak tadi menghujam ke arahnya.
'dia bukan Marbella yg ku kenal...'

Keajaiban HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang