26

194 18 3
                                    

Gara-gara acara mamanya yang mendadak, Bella harus membatalkan janji dengan Andra. Beruntung Andra juga tidak bisa datang karena ada hal yang harus diselesaikannya.

Bella merengut terus sepanjang perjalanan. Bahkan, dia cuek saat mamanya bercerita banyak tentang bisnisnya yang berkembang akhir-akhir ini. Paling-paling mama hanya akan mengajaknya reuni lagi, mengenalkannya pada teman-teman lama mama. Lalu. Ditempat berkumpul itu, Bella hanya bisa
merengut. Mendengarkan obrolan para ibu-ibu yang tidak dimengertinya.

Mama memberhentikan mobil ditempat parkir, disebuah restoran mewah disekitar kompleks tanjungan Plaza. Restoran itu berpenerangan kuning, dengan kursi-kursi anggun yang tertata rapi. Bella mengekor dari belakang dengan bibir tertutup. Aroma ruangan yang begitu khas menyeruak masuk kelubang hidungnya saat pintu dibuka pelayan.

Ada sesuatu yang salah. Bella tidak menjumpai teman-teman mama direstoran ini. Biasanya, kalau ada janji
seperti ini, satu dua teman mama sudah ada yang menunggu ditempat janjian.

"Kita akan menemui siapa, Ma?" rasa ingin tahu Bella terusik.
"Ini bukan reuni teman-teman mama,
kan?"
Mama Bella tersenyum. Wanita itu berpenampilan rapi malam ini. Kesan wanita karier yang sukses tidak hilang dari dirinya.

"Ada seseorang yang ingin mama kenalkan kepadamu, sayang."
Bella menelan ludah. Sepatah jawaban dari mamanya cukup membuat mulutnya terbungkam. Yang akan ditemuinya malam ini bukan teman-teman mamanya, melainkan seseorang. Seseorang yang sering mengantar mama pulang akhir-akhir ini. Seseorang yang mungkin akan menjadi papa barunya. Bella resah.

Pantas saja mama meminta Bella berpakain rapi malam ini, lebih tepatnya berpakaian anggun. Sebelum ini, Bella tidak pernah memakai pakaian seformal sekarang. Mama juga berpesan agar Bella
mengikat rambutnya kebelakang, dirapikan.

"Mama ingin mengenalkanmu kepada Pak Hermano Prakarsa, Sayang." jelas mama sumringah.
Langkah mereka nyaris sampai kemeja yang dipesan. Bella berpikir sejenak, nama belakang laki-laki itu seperti marganya Andra.

"Laki-laki yang sering mengantar mama pulang?" Bella meyakinkan. Mamanya mengangguk sambil tersenyum. Lalu, saat mereka sudah sampai dimeja, mama segera memperkenalkan laki-laki itu,

"Ini pak Hermano Prakarsa, Bella. Dan, ini putranya...."
Bella terpaku, bukan melihat laki-laki yang diperkenalkan mama, melainkan karena putra laki-laki itu....

"Bella...." Andra tak percaya. Sapaannya menyadarkan Bella. Ternyata, ini bukan mimpi buruk. Laki-laki didepannya itu anak Pak Hermano yang saat ini adalah kekasih mamanya adalah Andra, kekasihnya.

"Kalian sudah saling kenal rupanya." ungkap Hermano senang. Baik Andra maupun Bella tidak ada yang menimpali. Mereka berdua hanya bisa saling pandang, lalu memandang orangtua masing-masing dengan tatapan kosong.

Makan malam itu berlangsung hambar bagi Bella juga Andra.

** **

Andra duduk tercenung tanpa bisa berkata apa-apa. Dia tahu bahwa ayahnya memang dekat dengan seorang wanita diluar sana. Andra tahu, cepat atau lambat bahwa mendiang ibunya akan tergantikan dengan wanita lain. Andra tidak peduli dengan hal itu, asalkan ayahnya senang, dia rela melakukan apapun.

Andra juga tahu bahwa ayahnya sedang dekat dengan seseorang yang jauh dari kotanya. Ayahnya dekat dengan wanita yang notabene partner bisnisnya sendiri, yang membuat ayah Andra sering keluar kota untuk mengembangkan bisnis, sekaligus menseriusi hubungan dengan wanita itu.

Namun..., dia tidak pernah menyangka bahwa wanita itu adalah mama Bella. Mama dari seorang gadis yang sangat dicintainya.

Sebelum ini Andra belum pernah bertemu dengan mama Bella sekalipun. Tiap kali bermain ke rumah Bella, mama Bella belum pulang. Pertemuan pertama dengan mama Bella yang tak terduga. Pertemuan dengan mama Bella sebagai kekasih ayahnya. Pertemuan degan mama Bella yang akan menjadi bagian dari keluarganya, menggantikan posisi ibunya.
Andra duduk bertelanjang dada diujung tempat tidur.

Keajaiban HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang