13 Kenyamanan

280 14 0
                                    

"Kamu yang nyetir, Ndra?" tawar Viyan. Dia orang satu-satunya yang membawa mobil dikelompok itu. Viyan langsung setuju saat Andra mengajaknya keluar. Itung-itung sebagai balas budi karena saat
mencari sponsorship beberapa hari yang laju Viyan sudah meminjam sepeda motor Andra.

Membuat Andra harus pulang dalam keadaan basah kuyup bersama Bella karena kehujanan dijalan. Sejauh ini, mobilnya hanya diagunakan untuk kepentingan proker.

Mengangkut peralatan yang jumlahnya tidak sedikit ke tempat lain, untuk tumpangam anggota lain saat menjalankan proker ditempat jauh, sampe ke hal sepele membeli perlengkapan sehari-hari dikota yang jaraknya beberapa
kilometer dari lokasi KKN.

"Okelah." Andra menyanggupi saat Viyan memintanya untuk mengemudi.
Mobil yang dikemudikan Andra harus melalui tanjakan-tanjakan curam. Melewati hutan pinus yang menghijau saat musim hujan, melewati jalan perkampungan yang sempit.

Serta jalan-jalan menikung dengan kemiringan curam. Bagi Andra ini menarik. Sebagai pencinta alam, adrenalinnya tertantang untuk mengemudi dijalanan seperti itu. Terlebih udara disepanjang perjalanan begitu sejuk.

Akhirnya, mereka sampai ditempat tujuan. Untuk menuju danau, mereka harus memarkir mobil terlebih dulu, lalu berjalan ke danau. Jalan menuju danau menanjak.

Pengunjung juga tidak begitu
ramai. Sebuah danau buatan dengan area luas menghampar didepan mereka. Dinding-dinding danau terlihat kukuh dan menggambarkan ciri khas bangunan Jawa. Disalah satu bagian danau, ada bangunan yang menjorok ke perairan.

Bangunan bercat biru itu berdinding tebal, dari jauh, menghambar pegunungan dan dedaunan hijau. Seolah-olah pegunungan itu menjadi pembatas area disekitar danau. Udaranya benar-benar asri.

"Jadinya yang ikut cuma empat orang ya, kita." Andra paling antusias. Kameranya menangkap banyak objek. Hanya ada Andra, Viyan, Bella, dan Angel. Teman-teman lain memilih menghabiskan waktu untuk istirahat diposko.

Bella menghela nafas panjang, lalu membuangnya perlahan. Sejauh mata memandang, yang ada hanya hamparan air tenang. Hijau dedaunan, serta jajaran pegunungan.

Suasananya menenangkan. Tanpa derung mesin motor. Tanpa bau asap kendaraan. Juga tanpa silau cahaya yang terpantul dari gedung berkaca.

Sepasang mata Bella menatap lurus kedepan, menikmati setiap menit saat udara disitu menyapu wajahnya. Rambutnya tergerai. Dia menggunakan Tshirt putih yang dipadukan dengan cardigan warna hitam, lengkap dengan skinny legging gelap. Sepasang sneakers putih. Pilihan cocok karena udara disitu dingin.

"Sepertinya aku salah kostum deh," Angel menggigil. Dia melirik Bella sekilas. Bella terlihat nyaman dengan pakaiannya. Angel merasa bahwa pilihannya salah. Baju Angel tipis. Super loose shirt warna abu-abu tanpa lengan, dipadukan dengan skinny legging hitam, serta sepasang ankle boots warna cokelat.

"Ada yang mau ikut denganku?" Andra mengerling jail. Naluri petualangnya muncul setelah melihat tangga yang ada diujung jalan. "Aku mau kesana." Andra enjoy dengan T-shirt skinny nya yang berwarna hitam. Berlapis hoodie abu-abu lengan panjang. Jeans berwarna biru dongker yang dipakainya tebal. Kakinya tertutup boots undercover warna biru gelap. Sering berada di gunung membuatnya sudah terbiasa dengan udara apapun.

Angel menggeleng malas. Dia sudah nyaman dengan posisinya diambang danau. "Aku disini saja deh."
"Viyan?" Viyan juga malas. "Tidak ada yang menarik disana." elaknya.

Viyan memakai sweter gelap tebal. Dia memilih jeans warna biru langit, serta sneakers putih bercorak hitam.

"Bell, ikut yuk," Paksa Andra begitu saja.
"Hmm? Ya udah, yuk." Andra terbeliak senang. Sebelum memaksa, Bella sudah berseadia menemaninya jalan-jalan.
Viyan terdiam untuk beberapa saat. Dia salah menduga, seharusnya dia tidak membiarkan Bella dan Andra pergi berdua saja...

**
Andra memimpin langkah. Memastikan Bella selalu baik-baik saja saat berada dibelakangnya. Mendaki undakan menanjak yang ada disekitar danau.
Bella mengatur napasnya yang mulai tersenggal-senggal. Ini baru jarak pendek, belum jarak panjang. Asyik, namun membutuhkan kekuatan ekstra bagi yang tidakk suka olahraga sepertinya.

Bella berhenti, mengelap peluh yang menetes dikeningnya. Padahal, udara ditempat itu sangat dingin, tapi masih
saja berkeringat.

Andra menghentikan langkah saat sadar tidak ada suara dibelakangnya. Bella ngos-ngosan, dia menelan ludah berkali-kali untuk mengatur nafas.

"Ini." Andra menyodorkan sebotol air mineral pada Bella.
Bella melongo sesaat. "oh, kamu bawa minum ya?"

"Kebiasaan bawa kayaknya Bell," Andra tersenyum. bella menerima air mineral yang disodorkan Andra. Menenggaknya dalam beberapa teguk. Tenggorokannya yang sempat kering kembali normal. Setidaknya, beberapa teguk air mineral itu
bisa membuat pita suaranya kembali lembab.

Bella mengembalikan botol air mineral kepada Andra. "Thanks, Ndra."
Andra menjulurkan tangan. Ide iseng tiba-tiba muncul dikepalanya. Andra menerima uluran tangan Bella, menariknya sekuat tenaga lalu pura-pura mendorongnya.

Bella sontak, dia tidak menyangka Andra akan mendorong seperti itu. Panik, Andra tidak menyangka Bella membuang tubuhnya ke depan memeluk Andra.

"Bell, aku bercanda..." terlambat. Andra belum sempat menyelesaikan kata-katanya, Bella sudah menubruknya. Andra bisa merasakan rasa panik yang mendera Bella. Dia menyesal. Seharusnya dia tidak melakukan lelucon sebodoh itu terhadap Bella.

"Bella, aku tidak bermaksud mencelakaimu. Sungguh," sesal Andra.
Bella panik. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa Andra akan mendorongnya sampai jatuh kebelakang.
Rasa takut itu menggelitik perutnya. Membuatnya panik setengah mati.

"Aku bercanda, Bella...." ulang Andra pelan. Mereka tidak mengubah posisi. Bella yang tetap memeluk Andra, dan Andra yang merasa bersalah.

"Aku takut," kata Bella pelan dalam pelukan Andra. Andra mengernyit. Dia mengerutkan kening sambil menatap Bella.

"Aku takut jatuh, Ndra..." suara Bella bergetar. Andra tidak tahu, apa yang membuat Bella jadi sepanik itu. Niatnya hanya bercanda, tapi reaksi Bella
begitu mengerikan. Tangan Andra terangkat, mengelus kepala Bella pelan. Menjanjikan ketenangan dan sebuah permintaan maaf.

Dalam jarak sedekat itu, dia bisa merasakan detak jantung Bella yang terpacu cepat. Tubuh Bella yang hangat, rambut lembutnya, juga sisi takut yang ada pada gadis itu. Bella yang akhir-akhir ini selalu memenuhi benaknya.

Andra mempererat pelukannya. Debaran hati saat melihat Bella semakin nyata. Dulu, mungkin hanya rasa kagum dan keinginan untuk kenal Bella lebih dekat. Namun sekarang rasa itu berubah, dia ingin memiliki Bella sepenuhnya, seperti saat ini. Saat hanya ada mereka berdua yang saling membisikan suara lewat perasaan. Aroma sampo Bella yang begitu khas menyeruak hidung Andra.

"Bella, rasa takut ada bukan untuk diresapi, tapi untuk dihadapi."
Bella mengangguk dalam diam. Hatinya berdebar tiap kali menerima rasa hangat dari tubuh Andra.

Bella tidak bisa berkelit lagi sekarang. Perasaannya untuk Andra memang nyata. Laki-laki ini selalu membuatnya tenang dalam keadaan apapun.

"Bell, lihat deh" mata Andra terpaku saat melihat pemandangan senja yang amat indah berwarna jingga. Bella mulai melepaskan pelukannya mengikuti ke arah mana mata Andra melihat.

"waah.. indah sekali ya Ndra"
Bella dan Andra menikmati senja di sore hari itu. Tangan Andra masih tetap pada posisinya merangkul Bella.

Keajaiban HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang