12

291 13 0
                                    

"Kita nganggur hari ini?" Andra bergabung kerumah perempuan. Kamera DSLR tergantung dilehernya.

Teman-teman Andra masih tepar dirumah laki-laki. Mereka kelelahan setelah menguras tenaga untuk perbaikan plang nama jalan. Hanya Andra yang mampu terjaga tepat waktu.

Hari itu tidak ada jadwal apapun. Progam berat sudah dibereskan kemarin. Radit memang luar biasa. Ambisinya yang membuat anggota lain mengeluh ternyata membuahkan hasil. Proker divisi
infrastruktur selesai dalam waktu sehari, walaupun sampai tengah malam.

"Aku nggak nganggur." Angel berkelit. Dia berkutat dengan buku-buku pelajaran SD. Duduk bersimpuh ditikar yang biasa digunakan untuk rapat.

Andra mendekat. Tertarik dengan apa yang sedang dilakukan Angel. Kening Angel kadang berkerut. Sesekali, dia membolak-balik halaman buku-buku itu dengan acak.

Pada saat tertentu, Angel tampak mengacak-acak rambutnya. Ada rasa kesal yang terselip saat dia membaca beberapa materi pelajaran.

Klik!
Angel menoleh setelah mendengar bunyi kamera. Andra menjepret foto Angel. Kebiasaan Andra tiap kali membawa kamera DSLR. Menjepret apapun yang menarik perhatiannya.

"Aku belum berpose, Ndra!
"kalau kamu bepose, bukan candid namanya."
Angel tersenyum. Baginya, dijadikan model candid oleh Andra adalah suatu yang menyenangkan.

Andra pernah bilang kalau gambar-gambar yang dibidiknya diambil dengan perasaan. Apa yang tertuang dihasil foto Andra adalah perasaannya. Itu berarti, pose Angel yang barusan di candid Andra juga hasil oleh perasaan Andra.

"Bagus, kan?" Andra menunjukan hasil candid nya. Angel melongok ke kamera Andra. Potret dirinya dari samping. Memberi lekuk sempurna pada hidungnya yang berujung lancip. Helaian rambutnya yang bergelombang jatuh natural.
Pencahayaan yang di setting Andra
dikameranya juga pas. Warna pirang dirambutnya menjadi hidup. Ditambah, Angel terlihat menonjol di photo itu. Dengan background yang dibuat blur oleh Andra.

Photo itu bercerita. Hasil photo Andra selalu seperti itu, memiliki sesuatu yang ingin disampaikan.
"Jangan terlalu terpesona dengan hasil jepretanku," kata Andra.

Angel memang terpesona dengan hasil jepretan Andra. Dia juga suka fotografi. Namun, sejauh ini dia selalu mengambil objek dengan teknik, bukan dengan perasaan.

Apa yang ada dikameranya adalah hasil
jepretan berteknik, bukan tuangan perasaannya. Dibandingkan hasil jepretan Andra, hasil jepretannya terkesan tak bernyawa.

"Pindahin ke laptop ya, aku mau copy." Angel tersenyum lebar. Andra mengangguk. "Ngomong-ngomong, kalau nggak ada kerjaan kayak gini jadi membosankan ya?"

Angel menyodorkan buku pelajaran SD yang sejak tadi dibacanya. "Bantu aku buat soal buat cerdas cermat?"
Andra menggeleng. "No! Bagianku sudah selesai."

Beberapa menit kemudian, Viyan menyusul kerumah perempuan. Dia menahan kuap sambil mengucek matanya. Matanya masih segaris, nyawanya belum sepenuhnya terkumpul. Selembar handuk tersampir dibahu kanannya. Tangan kirinya menenteng peralatan mandi.

Sebuah ide terlintas dikepala Andra. Viyan satu-satunya anggota kelompok yang membawa mobil. Dia tidak keberatan jika mobilnya digunakan untuk kepentingan kelompok dan mengerjakan proker KKN.

"Yan, jalan yuk."
Viyan belum sepenuhnya sadar. Suara Andra terdengar seperti dengungan yang susah dicerna.

"Aduh, buka dulu dong matamu. Mandi sana, " protes Andra. "Kamu nggak mau refresing? Ke danau pelangi yuk? Atau kemana gitu?"
Ajakan Andra membuat Viyan tersadar sepenuhnya. Refresing setelah berkuat dengan proker berat selama dua minggu. Menarik, kebetulan hari ini tidak ada proker yang harus dikerjakan.

Keajaiban HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang