24

295 19 10
                                    

Viyan membaca pesan singkat yang masuk keponselnya. 'Bella?'
Gadis itu memintanya untuk datang menjemput didepan fakultas ekonomi.

"Jangan bilang-bilang Andra ya."
Isi pesan terakhir yang dikirim Bella untuk Viyan.

Ada hal tak beres yang terjadi antara Bella dan Andra. Sesuatu yang bukan urusan Viyan, tapi begitu mengusik rasa ingin tahu dihatinya. Permintaan dari Bella membuatnya serba salah.

Jujur, dia masih menyukai gadis itu. Namun, menjemput seorang gadis yang tengah bermasalah dengan kekasihnya bukanlah ide bagus.

Ini hanya memperkeruh suasana. Viyan tidak mau Andra menuduhnya sebagai pihak ketiga yang merusak hubungannya dengan Bella.

"Mau di jemput?"
tidak ada pilihan lain.
Lima belas menit kemudian, Viyan menghampiri Bella dengan honda jazz merahnya. Bella menunggu dengan ekspresi tak terbaca. Berdiri dibawah pohon yang ada didepan fakultas.

Mata Bella terlihat beda. Tidak ada sinar cerah dibola matanya yang hitam. Hanya ada sorot keruh, juga sebaris bekas air mata yang membuat matanya membengkak merah.

Setelah membukakan pintu, Viyan mempersilahkan Bella masuk kemobilnya. Sedan merah itu melaju mulus dijalanan Bandung yang lumayan padat.

"Aku nggak tahu apa yang terjadi antara kamu dan Andra. Aku nggak memaksamu cerita. Tapi, tenangkan dulu pikiranmu. Kamu nggak mau terlihat seperti itu didepan mamamu, kan?" Viyan memasang seatbelt.

Dalam kondisi seperti apapun, dia selalu bisa berfikir jernih. Logika Viyan lebih baik daripada emosinya.

"Angel... dan Andra..." ucap Bella terbata-bata. Tidak perlu kalimat panjang untuk mengerti apa yang terjadi pada hubungan Bella dan Andra, tidak perlu menunggu Bella untuk menceritakan semuanya.

Viyan tau bahwa Bella tidak suka mengeluarkan banyak kata-kata. Yang bisa dilakukan Viyan untuk Bella saat ini adalah memberikan rasa nyaman pada gadis itu.

"Mungkin mudah bersimpati untuk kesedihan orang lain. Tapi, ikut merasakan kesedihan orang lain tidak semudah itu. Terlebih, jika menyangkut perasaan hati."

viyan mengusap kepala Bella dengan
lembut. Menumpahkan rasa sayang dan keinginan untuk melindungi yang selalu dia simpan selama ini.

Bella diam tanpa berkomentar apa-apa. Usapan kecil Viyan dipuncak kepalanya bisa membuatnya tenang.

'seseorang yang mengerti kamu bisa merasakan isi hatimu, Bella. Walaupun kamu terbungkam diam seperti itu'. Viyan melirik Bella.

Viyan tahu suatu saat hal ini pasti akan terjadi. Antara Bella, Andra dan Angela.

****

Bella sudah pergi bersama Viyan. Itu yang dilihat Andra dengan sepasang matanya.
Tangan Andra terkepal. Menendang apapun yang ada didepannya. Pasti ada sesuatu yang membuat Bella seperti itu.

Bella tidak pernah tampak sepanik itu sebelumnya. Walaupun lebih sering diam, Bella tidak pernah membohongi perasaannya sendiri.

Bella berbeda hari itu, itu yang ditangkap Andra. Dia sengaja menonaktifkan ponselnya. Sengaja tidak mendengarkan panggilan dan teriakannya. Bahkan, tidak menggubris kehadirannya yang dengan
susah payah mengejar mobil Viyan.

Ada apa dengan Bella? Andra kembali ke kelas. Angel belum beranjak dari tempat duduknya sejak satu jam lalu. Dia duduk termenung dibangkunya. Menyangga dagu, sambil menerawang
ke jendela kelas.

Melihat kedatangan Andra, Angel tertoleh. Dia melemparkan senyum semanis mungkin untuk Andra.

"Angela." Andra memberikan penekanan pada suaranya.
"Ada apa dengan dia? Apa yang kamu bicarakan dengan Bella? Aku meliahatmu berbicara dengan dia. Dikelas ini, hanya berdua." Andra mengatur napasnya. Dadanya naik turun.

Keajaiban HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang